Melatih Calon Designer Muda Melek Aksara Jawa.

Rajapatni.com: Surabaya (11/8/24) – Hampir genap setahun penanda dimulainya penulisan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa di Surabaya. Yaitu sejak dikeluarkannya Surat Edaran Sekretaris Kota Surabaya atas nama Walikota Surabaya tertanggal 19 September 2023 mengenai penggunaan aksara Jawa di lingkungan Pemerintahan Kota Surabaya.

Penulisan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa itu sebagai bentuk nyata Pemerintah Kota Surabaya untuk turut memperingati Hari Aksara (Literasi) Internasional yang jatuh pada 8 September 2023 kala itu. Kini mendekati satu tahun, aksara Jawa sudah bertengger di sekitar 145 kantor kelurahan, 31 kantor kecamatan, semua kantor OPD di lingkungan pemerintahan Kota Surabaya, termasuk di Balai Kota dan Kantor DPRD Kota Surabaya.

Namun kiranya perlu disadari bahwa penulisan aksara Jawa dalam bentuk signage itu masih bersifat ꦏꦼꦩꦠ kemata (terlihat mata atau membiasakan agar terlihat oleh mata). Masyarakat belum bisa membacanya. Ada tahapan berikutnya agar sempurna. Yaitu Kewaca (bisa membaca), Ketata (bisa menyusun kata atau menulis) dan Kerasa (bisa merasakan maksa yang tersimpan.

Meski masih pada tahap Kamata (bisa dilihat), namun dengan terbiasanya melihat signage signage beraksara jawa itu, publik akhirnya ꦠꦼꦂꦠꦸꦤ꧀ꦠꦸꦤ꧀ tertuntun bisa membacanya (masuk tahap kedua) karena terbiasa melihatnya. Wajar, karena transliterasi aksara latinnya ada di bagian atas atau bawah dari aksara Jawanya.

Pegiat aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni terus mencari cara dalam memajukan aksara Jawa di Surabaya. Foto: Nanang.

Upaya untuk membuat ꦩꦱꦾꦫꦏꦠ꧀ masyarakat melek aksara Jawa memang menyertai praktik penulisan aksara Jawa di ruang ruang publik itu. Yaitu melalui kegiatan belajar aksara Jawa, yang diadakan oleh komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, dengan nama Sinau Aksara Jawa. Kegiatan Sinau ini diadakan setiap Sabtu sore di Museum Pendidikan Surabaya atas kerjasama dengan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya.

Karena dalam beberapa penulisan signage itu masih dijumpai adanya kekurang tepatan tata tulis aksara Jawa, maka ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, melalui Sinau Aksara Jawa, melatih calon calon desainer muda yang selama ini belajar di jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual) di beberapa sekolah dan perguruan tinggi.

Belajar membuat desain yang berbasis aksara Jawa. Foto: Nanang.

Secara khusus mereka diajak mengenal ꦣꦱꦂꦣꦱꦂ dasar dasar aksara Jawa seperti halnya peserta Sinau aksara Jawa pada umumnya. Selanjutnya para desainer muda ini diajak membuat penulisan kata kata bijak dalam aksara Jawa, yang hasil akhirnya adalah desain hiasan dinding atau signage dengan aksara jawa. Jika mendesain hiasan dengan menggunakan aksara Latin, mereka sudah terbiasa dan itu adalah hal biasa. Tapi mendesain dengan menggunakan aksara Jawa, ini baru luar biasa.

Pengenalan aksara Jawa melalui media digital. Foto: Nanang.

Desain dengan aksara Jawa adalah peluang karena pekerjaan jenis ini masih tergolong ꦭꦁꦏ langka di Surabaya. Umumnya masih menggunakan aksara latin. Penggunaan aksara Jawa mengandung nilai estetika, seni dan budaya. Secara langsung, menggunakan aksara Jawa dalam seni desain hiasan dinding adalah upaya pelestarian budaya bangsa.

Antusias mengikuti materi beraksara Jawa. Foto: Nanang.

Dari kota Surabaya, harapannya tidak hanya muncul penggunaan aksara Jawa untuk penulisan signage, tapi juga muncul ꦥꦼꦏꦼꦂꦗ pekerja pekerja seni yang mampu mendesain dengan menggunakan aksara Jawa.

Kegiatan mendesain dengan menggunakan aksara Jawa inilah yang sedang dilakukan ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni melalui Sinau Aksara Jawa.

“Kita berharap mereka bisa menjadi desainer desainer yang melek aksara Jawa dalam membuat desain desain seni dalam mengiringi pemajuan aksara Jawa di Surabaya”, kata Ita Surojoyo, pendiri ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, yang membimbing desainer desainer muda yang ambil jurusan DKV.

Memang diharapkan dari kegiatan ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa ini bisa menghasilkan orang orang yang melek aksara Jawa dan syukur bila mereka bisa menghasilkan karya karya kreatif yang sekaligus menjadi cara cara melestarikan aksara Jawa. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *