Rajapatni.com: Surabaya (11/4/24) – Mengisi hari kedua ꦊꦧꦫꦤ꧀ lebaran pada Kamis, 11 April 2024, saya menikmati ketenangan jalanan kota Surabaya. Dari rumah, saya menuju kawasan Kota Lama (Eropa) Surabaya di kawasan Jembatan Merah. Kawasan ini sedang dibenahi untuk menjadi daerah tujuan wisata sejarah kota Surabaya.
Suasana kawasan terlihat terang. Pohon pohon besar sudah ditebang. Sosok bangunan kolonial yang berjajar bak pagar raya terlihat jelas. ꦱꦔꦠ꧀ꦏ꧀ꦭꦱꦶꦏ꧀ Sangat klasik. Pemandangan jalan Rajawali, yang biasa sibuk, terlihat kosong. Maklum masih liburan lebaran. Saya menyempatkan ngopi susu di depan museum De Javasche Bank di jalan Kasuari.
Langit mendung putih dan hawa hangat hangat sumuk. Tapi angin ꦱꦼꦩꦶꦭꦶꦂ semilir. Matapun dibuat ngantuk. Terasa ingin tidur. Sunyi. Tidak ada polusi suara yang biasa terjadi. Tembok eks penjara Kalisosok menganga, kampak tua.
Sambil santai berselancar di dunia maya dan minum kopi susu, kutemukan gambar gambar di akun instagram pemerintah kota Surabaya, ꦱꦥꦮꦂꦒ Sapawarga. Di sana terpampang konten Aksara Jawa dengan judul Sugeng Rawuh Ing Suroboyo: “Ayo Sopo sing sek iso moco aksara Jawa?”.
Gambar gambarnya menampilkan gedung Balai Kota; Kelurahan Gubeng; Bagian Umum dan Protokoler; Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan; dan Bagian Organisasi, yang sudah bersignage Aksara Jawa. Pemerintah Kota Surabaya melalui akun Sapawarga bangga mempersembahkan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa.
Di kota Surabaya ada sekitar 145 kantor kelurahan, 31 Kecamatan, sekitar 20 kantor OPD serta kantor kantor bidang dan ditambah tempat tempat publik baik taman maupun ꦫꦸꦩꦃꦱꦏꦶꦠ꧀ Rumah Sakit pemerintah. Secara praktis Aksara Jawa dalam bentuk penamaan kantor kantor pemerintah sudah merata di kota Surabaya.
Di kawasan kota lama (Eropa), saya kembali mengamati pekerjaan revitalisasi kawasan yang terhenti karena libur lebaran. Komunitas budaya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni pernah menyampaikan kepada Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudpirapar), Hidayat Syah, untuk menggunakan Aksara Jawa pada nama nama jalan di kawasan Kota Eropa sebagai upaya pelestarian dan dukungan terhadap kawasan sebagai daerah tujuan wisata. Juga sebagai dukungan terhadap kebijakan walikota Surabaya, Eri Cahyadi, mengenai penggunaan Aksara Jawa.
Aksara Jawa adalah ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Aksara Nusantara dan selama ini kota Surabaya sangat intensif dalam upaya pelestarian itu, meski masih sebatas penggunaan sebagai nama nama instansi di lingkungan Pemerintahan Kota Surabaya. (nanang PAR)