Rajapatni.com: Surabaya (10/9/24) – Cross Cultural Class dalam Peringatan Hari Aksara Internasional 2024, yang digelar bareng oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Wisma Jerman, tidak sekedar kelas literasi yang mengenalkan Aksara Jawa. Justru aksara Jawa itu sendiri menjadi alat yang menyatukan keberagaman para undangan dan pengunjung.
Pada Senin malam (9/9/24) Ruangan Halle (aula) di Wisma Jerman penuh warna, bagai untaian ꦧꦸꦔꦱꦼꦠꦩꦤ꧀ bunga setaman. Terdengar suara dalam berbagai bahasa. Warna busana beraneka warna. Model busana berbagai gaya. Bahkan anatomi aksara yang dituliskan berbeda beda.
Keragaman itu semua dirancang untuk memaknai ꦲꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫ Hari Aksara Internasional 2024, yang oleh UNESCO diangkat tema “Promoting multilingual education: Literacy for mutual understanding and peace”, mempromosikan pendidikan multibahasa: Literasi untuk Saling Pemahaman dan Perdamaian. Tema itu hadir nyata dalam Cross Cultural Class di Wisma Jerman
Dalam Cross Cultural Class itu hadir warga Jerman, ꦄꦩꦺꦫꦶꦏ Amerika, Jepang dan China serta Mongolia. Sementara dari Nusantara ada warna Jawa dan Bali. Mereka menuliskan kata dalam aksaranya masing masing. Bagi Jerman dan Amerika yang tidak memiliki aksara tradisional, mereka menggunakan aksara Latin.
Suasana malam itu, Senin (9/9/24), benar benar berbalut persaudaraan yang penuh ꦥꦼꦂꦣꦩꦻꦪꦤ꧀ perdamaian. Mereka berliterasi dalam balutan aksara Jawa. Aksara Jawa benar benar dirasa mengikat keberagaman itu. Bahkan direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, yang belum pernah mengenal aksara Jawa sebelumnya, bisa menulis namanya dan nama anaknya dalam aksara Jawa dalam waktu yang sesingkat singkatnya.
Cross Cultural Class ini memang dihadiri oleh Mike Neuber (Jerman), John Pierce (Amerika), Ishii Yutaka dan istri (Jepang), Terakawa dan Kota (Jepang), Para Finalis Miss Tiongkok (Top model), sejumlah pelajar SMA dan ꦧꦸꦣꦪꦮꦤ꧀ budayawan. Mereka dalam waktu yang singkat, sesuai alokasi jadwal yang dibuat dimulai dari pk. 18.30 hingga 20.00, belajar menulis aksara Jawa, yang selanjutnya menuliskan Aksara Jawa di atas kipas kertas. Tapi karena maraknya kegiatan yang asah, asih dan asuh itu, maka kegiatan baru berakhir lebih dari pk. 21.00. Kegiatan berjalan 2,5 jam dengan kesan menyenangkan.
Yang juga tidak kalah menarik dari para hadirin ini adalah mereka mayoritas mengenakan busana dan ꦥꦏꦻꦪꦤ꧀ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ pakaian tradisional masing masing. Yang Jawa mengenakan pakaian tradisional Jawa seperti yang dikenakan oleh A Hermas Thony dan Christ, Yang Jepang mengenakan kimono seperti tim dari kantor Konsulat Jepang, termasuk Ita Surojoyo. Yang warga Jerman, Mike Neuber, mengenakan pakaian ala Jerman tradisional. Selebihnya mengenakan batik dan adat Nusantara.
Sesi belajar menulis Aksara Jawa ini dipandu oleh ꦅꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo, pendiri Puri Aksara Rajapatni. Ita, dalam sesi itu, juga menjelaskan tentang mengapa penting belajar Aksara Jawa, juga aksara Nusantara termasuk mengenal aksara Dunia.
Setelah mengetahui latar belakang ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Wisma Jerman mengadakan Hari Aksara ini, Ita lantas menuntun menulis aksara Jawa. Ita dibantu oleh tim, Wiji Utomo dan Asyikul Hasan. Mereka menggunakan lembar kerja aksara Jawa. Mereka diajar menulis nama masing masing dengan menggunakan aksara jawa.
Setelah mengetahui cara ꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀ menulis nama mereka dalam aksara Jawa, selanjutnya mereka menulis nama mereka pada lembar kertas. Pungkasanya adalah mereka menulis nama mereka dalam aksara Jawa pada kipas kertas tradisional. Penulisan diatas kertas dan kipas kertas ini secara langsung dibimbing oleh tim dari Kantor Konsulat Jepang, yang terdiri dari Ishii Yutaka, Mei Ishii, Kota dan Terakawa. Penulisan di atas kertas dan kipas ini menggunakan cara tradisional Jepang.
Bagi para undangan menulis aksara Jawa di atas ꦏꦶꦥꦱ꧀ꦏꦼꦂꦠꦱ꧀ kipas kertas dengan menggunakan cara tradisional Jepang adalah pengalaman baru. Mereka menggunakan kuas dan tinta kaligrafi Jepang.
Di penghujung acara, masing masing ꦥꦼꦂꦮꦏꦶꦭꦤ꧀ perwakilan kebangsaan dan suku bangsa diundang ke depan untuk menulis bersama dari aksara masing masing. Dari Jepang diwakili Ishii Yutaka, dari Jerman oleh Mike Neuber, dari Amerika ada John Pierce, dari Mongolia ada Ivonne, lainnya mewakili Korea, China, Bali dan Pegon. Mereka menulis bersama dan hasilnya ditunjukkan pada hadirin.
Dari Halle Wisma Jerman dalam peringatan Hari Aksara Internasional 2024 telah tercipta rasa ꦥꦼꦂꦱꦻꦴꦣꦫꦄꦤ꧀ persaudaraan dan perdamaian sesuai tema yang diangkat UNESCO “Promoting multilingual education: Literacy for mutual understanding and peace”, mempromosikan pendidikan multibahasa: Literasi untuk Saling Pemahaman dan Perdamaian.
Rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Aksara Internasional yang diadakan oleh kolaborasi ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Wisma Jerman ini akan berakhir pada hari Selasa (10/9/24). Hari ini (10/9/24), sebagai pembungkus adalah Artis Talk dengan pelukis yang berlangsung mulai pukul 16.00. Sementara di pagi hari, pukul 09.00, seorang warga Jerman yang dikenal sebagai Londo Sampah, seorang pegiat lingkungan asal Jerman akan mengunjungi Pameran Lukisan. (PAR/nng)