Rajapatni.com: Surabaya (9/9/34) – Ada yang menarik dan patut mendapat ꦄꦥꦿꦺꦱꦶꦪꦱꦶ apresiasi dari pembukaan Hari Aksara Internasional (International Literacy Day) pada Minggu (8/9/24). Direktur Wisma Jerman Mike Neuber dalam bincang budaya di Halle Wisma Jerman, dimana digelar pameran lukisan tunggal karya Wiji Utomo selama tiga hari, menyatakan bahwa Mike, panggilan akrabnya, akan menggunakan aksara Jawa pada tempat tempat fungsional di lingkungan Wisma Jerman.
Salah satunya telah dicontohkan oleh pelukis ꦮꦶꦗꦶꦈꦠꦩ Wiji Utomo yang menghadiahkan satu buah karya lukis yang bertema aksara Jawa. Lukisan itu beraksara Jawa yang berbunyi “Halle Wisma Jerman”.
“Saya akan menuliskan aksara Jawa pada tempat tempat di lingkungan Wisma Jerman. Tapi butuh proses, kita kira dua bulan”, demikian kata Mike di depan para tamu dan undangan di dalam Halle.
Baginya aksara, termasuk Aksara Jawa, adalah penting karena aksara menunjukkan ꦏꦺꦴꦩꦸꦤꦶꦠꦱ꧀ komunitas dan nasionalitas. Karenanya untuk mendukung pernyataan Mike dan sesuai dengan tema Hari Aksara Internasional 2024 “Promoting multilingual education: Literacy for mutual understanding and peace”.
Melalui ꦄꦏ꧀ꦱꦫ aksara, disana terlihat adanya perbedaan. Dengan mengenal perbedaan, disana terbangun pemahaman dan pada gilirannya tercipta suatu perdamaian dunia. Karenanya dalam peringatan Hari Aksara Internasional ini, di Wisma Jerman juga digelar pameran Aksara Nusantara dan Dunia pada Wall of World’s Scripts. Berbagai aksara ini dipasang di koridor menuju ke Halle. Diantaranya ada Aksara Pallawa, Kawi, Jawa, Bali, Jepang, China, Dewanegari hingga Mesir. Tak kenal maka tak sayang dan tak apresiasi.
“Karenanya Wisma Jerman dan ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni melalui peringatan Hari Aksara Internasional ini memperkenalkan berbagai aksara”, kata Nanang Purwono, Ketua Puri Aksara Rajapatni.
Mengingat pentingnya mengenal aksara, utamanya bagi warga kota Surabaya dalam mengenal aksaranya sendiri, peringatan yang berlangsung hanya tiga hari di Wisma Jerman ini tidak cukup. Karenanya Wisma Jerman sebagai sebuah lembaga pendidikan dan kebudayaan menjadi link antara kebudayaan Jerman dan Surabaya.
Gagasan Mike Neuber yang merencanakan menggunakan Aksara Jawa di lingkungan Wisma Jerman mendapat aplaus dari hadirin, utamanya dari ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni yang selama ini mengenalkan aksara Jawa melalui berbagai aksinya.
Wisma Jerman akan menjadi contoh di ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya dimana Aksara Jawa akan menjadi bagian dalam kegiatan literasi di lembaga pendidikan dan kebudayaan ini. Bagaimana dengan lembaga pendidikan serupa di Surabaya?
“Jika ini terjadi, maka lembaga pendidikan yang berlabel asing, Jerman, menjadi sebuah lembaga pendidikan dan budaya pertama di Surabaya yang mengenalkan Aksara Jawa”, tambah Nanang.
Tidak hanya di Surabaya, di Jerman, tepatnya di kota Maxen, juga ada aksara Jawa. Aksara ini berbentuk ꦥꦿꦱꦱ꧀ꦠꦶ prasasti (relief) pada Blue House yang dibuat berdasarkan tulisan pelukis Raden Saleh.
Maka, seperti apa ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Aksara Nusantara dan Dunia? Wisma Jerman menjadi etalase selama 3 hari (8-10 September 2024). (PAR/nng)