Yang Baru Dari Kelas Sinau Aksara Jawa.

Rajapatni.com: Surabaya (26/5/24) – Kelas Sinau Aksara Jawa (SAJ) gelombang III, yang diadakan oleh komunitas ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, telah dimulai. Kali ini diikuti oleh para pustakawan dari beberapa kecamatan dan pelajar. Mereka adalah Nur Indahyati (Bulak), Ony Rezeki (Pabean Cantian), Fitria Ayu (Semampir), Aan Aditya (Kenjeran) dan Ratna Tunggal (Krembangan) serta Alfredo siswa SMP. Kelas SAJ memang terbatas, mengingat tempat. Maksimal 10 orang.

Kelas baru Sinau Aksara Jawa gelombang III sudah dimulai. Foto: nanang PAR

Sebagaimana gelombang gelombang sebelumnya, kelas ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa ini bersifat aplikatif. Pembelajaran teori, yang langsung disertai praktek menulis. Yaitu menulis aksara, yang isinya pesan kegiatan keseharian, sesuatu yang tidak asing untuk dituliskan.

Pola ini menjadikan para ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦼꦭꦗꦂ pembelajar dapat dengan mudah mengingat penulisan aksara dan pesan aksara itu sendiri. Misalnya mereka menulis namanya masing masing dalam sebuah lembar kertas presensi.

Tentu, sebelum mengisi lembar kehadiran, mereka terlebih dahulu mendapat materi pengenalan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara jawa, peran dan manfaatnya. Bahkan mereka mendapat cerita keberadaan aksara Jawa dewasa ini dan apa urgensinya sinau aksara Jawa.

Ita Surojoyo mengajar di Kelas klasik Sinau Aksara Jawa di gedung heritage Museum Pendidikan Surabaya. Foto: nanang PAR

ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo, pengajar sekaligus pendiri Puri Aksara Rajapatni, memberikan gambaran tentang aksara Jawa secara sosial kultural serta pentingnya belajar dalam upaya pelestarian dan pengembangan untuk masa depan.

“saya sudah membiasakan diri membuat catatan kebutuhan dan kegiatan sehari hari dalam aksara Jawa”, Ita mencontohkan aktivitasnya sebagai motivasi para pembelajar.

Cara modern mengajar Aksara Jawa. Foto:nanang PAR

Pembiasaan itu, sebagaimana dicontohkan Ita, untuk dikerjakan. Yaitu mengisi lembar presensi dalam aksara jawa. Mereka mengisi presensi menggunakan aksara Jawa. Menulis presensi adalah sebuah tradisi dalam kebanyakan kelas. Tradisi itulah yang digunakan sebagai dasar dan latar belakang menulis ꦥꦿꦺꦱꦺꦤ꧀ꦱꦶ presensi Sinau Aksara Jawa dengan menggunakan aksara Jawa.

“Ya, sambil lihat materi ajar, mereka juga dituntun”, tambah Ita.

Hasilnya, selembar kertas presensi penuh dengan nama nama peserta dalam aksara Jawa.

Lembar presensi menggunakan aksara Jawa. Foto: nanang PAR

Dalam pertemuan pertama, mereka juga diperkenalkan pada penggunaan aksara secara digital. Penggunaan aksara secara digital inilah yang tidak kalah pentingnya dalam upaya peningkatan status aksara Jawa oleh Unicode dari level 7 (limited use) ke level 5 (recommended use). Karenanya dalam kegiatan sinau ini, mereka akan diajak menggunakan aksara Jawa secara digital melalui WAG. Jadi dari kegiatan belajar ini ada ꦏꦼꦧꦼꦂꦭꦚ꧀ꦗꦸꦠꦤ꧀ keberlanjutan.

AH Thony mengikuti kelas Sinau Aksara Jawa di Museum Pendidikan Surabaya. Foto: nanang PAR

Kegiatan perdana untuk kelas aksara Jawa gelombang III ini dihadiri oleh Penasehat ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, A Hermas Thony, yang keseharian sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya. Ia memberikan semangat kepada Tim Puri Aksara Rajapatni dalam membumikan aksara Jawa di Surabaya sebagaimana diharapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya.

A Hermas Thony meninjau progres revitalisasi kawasan Kota lama Surabaya (25/5/24). Foto: nanang PAR

Pada Sabtu sore (25/5/24), selain meninjau kelas Sinau Aksara Jawa, Thony juga melihat progres revitalisasi Kawasan ꦏꦺꦴꦠꦭꦩKota Lama di kawasan Jembatan Merah. Di sana Thony sempat menemui Ricky, Ketua RT 3 RW 10 di Jalan Mliwis. Thony berpesan kepada Ricky untuk mengajak warganya berperan dalam pemanfaatan Kota Lama yang dikerjakan pemerintah Kota Surabaya.

Thony mendengarkan pendapat warga. Foto: nanang PAR

“Ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai tempat kulineran tapi ditata yang baik agar menjadi jujugan santai pengunjung”, kata Thony kepada Ricky.

Ruang ruang publik seperti di kawasan Kota lama atau tempat-tempat lainnya, yang menjadi sentra kerumunan, juga menjadi sasaran kegiatan Sinau Aksara Jawa. Di akhir kegiatan ada Tugas Akhir (TA) bagi para peserta. Yaitu membuat banner beraksara Jawa untuk lapak atau kedai. Bisa jadi kedai yang ada di lingkungan RT 3 RW 10 di ꦗꦭꦤ꧀ꦩ꧀ꦭꦶꦮꦶꦱ꧀ jalan Mliwis akan menjadi etalase aksara Jawa.

“Itu menunjukkan adanya partisipasi masyarakat”, tambah Thony.

Hadir dalam kelas gelombang III di ꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦶꦣꦶꦏꦤ꧀ Museum Pendidikan Kota Surabaya adalah pengajar Wiji dan Ginanjar. Ikut mendampingi adalah sekretaris Novita. (nanang PAR)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *