Budaya:
Rajapatni.com: SURABAYA – Bingkai toleransi antar umat beragama itu sudah ada di Surabaya. Lama sekali. Contohnya, posisi keberadaan tempat ibadah ditata dalam satu arena. Kita lihat bahwa Masjid Kemayoran (1840-an) berhadap hadapan dengan Gereja Katolik Kepanjen (1898) dengan satu lapangan alun alun di antara keduanya.
Dalam pemajuan toleransi ini, wajar jika ada kerjasama antar umat beragama dengan mengadakan satu kegiatan bersama. Dalam bulan puasa ini kita kenal dengan Berbuka Puasa Lintas Agama. Penyelenggaranya adalah aktivis aktivis dari latar belakang agama yang berbeda.
Surabaya memilikinya. Pada hari Minggu (11/3/25) diadakan Buka Puasa Lintas Agama di Gereja Katolik St. Yakobus, di kawasan Citraland Surabaya. Yang hadir terdiri dari umat Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan Kepercayaan. Kemudian pada Senin (24/3/25) diadakan lagi Buka Puasa Bersama di gereja Stefanus di kawasan Manukan Surabaya.

Kegiatan, yang diadakan di dalam bulan puasa ini, merupakan medium untuk mengasah spirit toleransi dan kerukunan umat beragama, utamanya di negeri yang berbhineka Tunggal Ika ini. Dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk tidak hanya terdapat perbedaan dari aspek etnis, adat istiadat atau tradisi, tetapi juga keyakinan atau agama.
Karenanya hidup dalam perbedaan, perlu dipupuk rasa saling menghormati dan toleransi. Dalam acara buka bersama di Gereja Santo Yakobus misalnya, pihak panitia menyediakan ruangan khusus bagi undangan dan hadirin yang beragama Islam untuk menunaikan sholat Maghrib setelah berbuka puasa.
Hal demikian mungkin saja tidak terjadi di negara lain. Pada suatu hari di tahun 2006, penulis sempat berhenti di suatu negara bagian Amerika Serikat untuk melihat dan sholat di sebuah tempat ibadah umat Islam (masjid). Tempat (bangunan) ini sebelumnya adalah sebuah gereja. Singkat cerita bangunn itu berubah fungsi menjadi masjid. Bentuk bangunannya seperti umumnya bangunan rumah, tidak memiliki kubah ataupun menara.
Di Surabaya, pada waktu waktu tertentu saja di bulan Ramadhan dalam acara Buka Puasa Bersama, umat Islam sempat sholat di dalam bangunan gereja. Melalui kegiatan bersama itu, maka rasa menghormati dan toleransi umat beragama yang berbeda keyakinan dapat terpupuk.
Toleransi kerap dimaknai sebagai saling menghormati dan menghargai atas perbedaan yang ada di antara umat manusia, baik yang berpuasa maupun sebaliknya. Kegiatan bersama secara sosial ini menjadi prasyarat adanya kerukunan antar manusia, apapun latar belakannya.
Surabaya punya itu dan dengan berlatar belakang sejarah yang pernah ada, maka kegiatan bersama antar umat beragama secara sosial di Surabaya akan menjadi tradisi baik bagi masyarakat yang berbhineka Tunggal Ika. Surabaya adalah miniatur Nusantara yang berbhineka Tunggal Ika. (PAR/nng).