Teknologi: Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Brazil Sepakat Terobosan Teknologi Digital dan Hak Cipta Untuk Pemajuan Kebudayaan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam G20 Pertemuan Menteri Kebudayaan. Foto: VOI

Rajapatni.com: SURABAYA – Sebuah gagasan di bidang teknologi untuk Pemajuan Aksara Jawa sebagai bagian dari wujud Kebudayaan Nusantara pernah dilontarkan oleh komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni.

Yaitu berupa aplikasi digital, yang mampu merubah sumber tulis manual Aksara pada prasasti baik berupa batu maupun lempeng logam dan manuskrip dari lontar maupun kertas menjadi suara sesuai bahasa yang ditulis dalam sumber itu.

Kelihatannya sulit dan mustahil karena untuk menjadikan Aksara yang berstandar saja terlebih dahulu harus bisa mengenali bentuk bentuk tulis manual dari berbagai sumber awal itu (prasasti dan manuskrip).

Maklum tulis manual secara alami berbeda dari penulis satu dengan penulis lainnya. Supaya tulisan itu bisa berstandar dan dapat dikenali oleh aplikasi, maka perlu berbagai sumber untuk dikonfigurasi menjadi satu bentuk penulisan Aksara yang berstandar agar dikenali oleh aplikasi.

Misalnya Aksara HA (ꦲ). Penulisan manual untuk aksara HA (ꦲ) pastinya berbeda beda dari satu tangan ke tangan lainnya. Padahal dalam Aksara Jawa misalnya, ada sejumlah Aksara dari HA hingga NGA. Belum lagi sandhangan, pasangan dan lainnya.

Namun demikian, di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Dulu ada pemikiran bahwa manusia bisa terbang, sepeda motor bisa terbang, Mobil bisa terbang hingga kapal bisa terbang. Saat itu, semua dikatakan khayal. Tapi sekarang, pemikiran itu telah dipatahkan oleh fakta ternyata dengan eksplorasi teknologi manusia, sepeda motor, mobil dan kapal bisa terbang.

Apakah kelak akan ada aplikasi digital yang bisa membaca Aksara tulis manual dan mengubahnya menjadi suara?

Dalam forum pertemuan G20 Menteri Kebudayaan di Brazil pada 8 November 2024, para menteri telah bersepakat untuk: 1) keanekaragaman budaya dan inklusi sosial; 2) lingkungan digital dan hak cipta; 3) ekonomi kreatif; dan 4) pelestarian, pengamanan dan promosi warisan budaya dan memori.

UNESCO: The Four G20 Minister of Culture Commitment priorities: 1) cultural diversity and social inclusion; 2) digital environment and copyright; 3) the creative economy; 4) and the preservation, safeguarding and promotion of cultural heritage and memory. 

Berangkat dari point #2 mengenai lingkungan digital dan hak cipta, maka ada dasar bagi negara negara yang tergabung dalam Kementerian Kebudayaan G20 untuk bisa mengeksplorasi kemampuan teknologi digital untuk upaya upaya Pelestarian Budaya, Khususnya Aksara. 

Bagaimana kelak akan ada penemuan di bidang teknologi digital, yang bisa merubah dari tulisan Aksara yang bersumber dari prasasti dan manuskrip menjadi Suara.

Tentunya ini menjadi Tantangan bagi negara negara yang memiliki Aksara tradisional seperti Indonesia, India dan Jepang. Kedua negara terakhir ini memiliki teknologi yang maju. Bagaimana kelak bisa mewujudkan temuan teknologi berupa aplikasi digital yang digagas oleh komunitas Aksara Jawa dari Indonesia.

Yaitu Teknologi aplikasi digital yang bisa merubah dari tulisan Aksara manual, yang belum berstandar menjadi suara. Apakah bisa? Ini menjadi Tantangan dan peluang bagi anggota G20 Kementerian Kebudayaan. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *