Aksara –

Rajapatni.com: SURABAYA – Berangkat dari sumber sejarah tertua, kata Surabaya ditulis Śūrabhaya. Bentuk tulisan Śūrabhaya ini sebagaimana didapat dari Prasasti Canggu (1358) dan Kakawin Negarakertagama (1365).
Kemudian bentuk tulisan itu berubah dari Śūrabhaya menjadi Surabaya. Sayangnya perubahan bentuk ini juga membawa perubahan makna. Jika Śūrabhaya berarti berani menghadapi bahaya. Sebuah pemaknaan yang indah dan baik. Sementara Surabaya adalah dewa buaya. Dewanya binatang buaya. Silahkan dinilai mana yang lebih baik!




Kira kira kapan terjadinya perubahan bentuk itu? Tidak diketahui dengan jelas.
Selain dari Śūrabhaya menjadi Surabaya, ada nama lain yang berbeda kata untuk Surabaya. Yaitu Surapringga, Surabanggi dan Suraweṣṭi. Nama Surapringga ini dapat dilihat di prasasti Masjid Kemayoran Surabaya. Kata Surapringga, yang juga menggunakan suku kata Sura, dan bukan Śūra. Bahkan penulisan dalam aksara Jawa barunya tidak menggunakan tata tulis tradisional.
Ada dua tata tulis. Tradisional dan Simplified. Tata Tulis Aksara Jawa Tradisional, adalah tata tulis yang mengacu pada susunan dan kelengkapan aksara Jawa sesuai serat Mardi Kawi dan keseluruhan karakter aksara Jawa. Sementara tata tulis Simplified adalah tulisan yang mengacu pada penyederhanaan, sehingga ada aksara aksara yang tidak digunakan (hilang).
Tradisional mengacu kepada kelengkapan aksara. Sementara Simplified mengacu pada penyederhanaan. Jika pada tradisional masih dikenal Ś (Sy), maka di Simplified tidak dikenal. Yang ada cuma S. Huruf lainnya lagi adalah Bha (ꦨ) Pada Simplified hanya ada Ba (ꦧ).
Bandingkan kata Śūrabhaya dalam tata tulis tradisional yang ditulis (ꦯꦸꦫꦨꦪ) dengan kata Surabaya dalam tata tulis Simplified (ꦱꦸꦫꦧꦪ).

Penulisan suku kata “Su” pada Surapringga sebagaimana terdapat pada prasasti masjid Kemayoran dengan menggunakan ꦱꦸ untuk “Su” untuk susunan Surapringga (ꦱꦸꦫꦥꦿꦶꦁꦒ). Ini berarti tata tulisnya sudah menggunakan Simplified.
Prasasti masjid Kemayoran ini dibuat pada kisaran tahun 1840-an. Kata Surapringga untuk nama Surabaya ini juga ditemukan pada mata uang koin, yang dikeluarkan oleh pemerintahan Inggris di Surabaya. Tulisan aksara Jawa pada koin itu.

berbunyi: Ĕmpni Ingglis yasa ing Surapringga 1744. Artinya ‘(mata uang) Kompeni Inggris dibuat di Surabaya 1744’. Tahun 1744 tarikh Jawa bertepatan dengan tahun 1817 Masehi. Kata Surapringga ditulis ꦱꦸꦫꦥꦿꦶꦁꦒ.
Pada masa masa sebelum tahun 1800-an belum diketemukan apakah Surabaya ditulis Surabaya (ꦱꦸꦫꦧꦪ), Surapringga (ꦱꦸꦫꦥꦿꦶꦁꦒ) atau Śūrabhaya (ꦯꦸꦫꦨꦪ).
Yang jelas bahwa nama Surabaya pernah ditulis Śūrabhaya, Surabhaya, Sourabaya, Soerabaia, Soerabaija, Soerabaja dan Surabaja. Ketika perubahan tata tulis Surabaya tidak mengalami perubahan makna, kiranya tidak jadi masalah. Tetapi jika perubahan itu mengalami perubahan makna, maka akan menjadi masalah tentunya. Setidaknya pada masalah makna, jika maknanya kurang baik?
Tetapi pemerintah kota Surabaya sekarang adalah pihak yang tinggal menerima atas perubahan yang telah terjadi sebelumnya. Pemerintah kota Surabaya sekarang tidak melakukan perubahan perubahan apapun.
Pemerintah kota Surabaya sekarang tinggal menggunakan pemaknaan yang sudah diyakini sekarang, yakni berani menghadapi bahaya atau tantangan meski namanya Surabaya. Adalah ide baik bila ada kesepakatan, yang akan lebih legitimate jika dibuat ketetapan hukum. Misalnya, minimal, di SKkan.
Yakni Surat Keputusan (SK) Walikota tentang makna Surabaya sebagai “Berani Menghadapi Bahaya”. (PAR/nng).