Rajapatni.com: Surabaya (22/7/24) – Masih mengulik sifat keeropaan dari zona Eropa ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya. Jika secara fisik (tangible), sangat kelihatan gedung gedung peninggalan dari era kolonial. Bagaimana dengan yang bersifat tak benda (intangible)?
Ini menarik. Pada masa penjajahan Belanda, muncul istilah ꦱꦶꦚꦺꦴ “sinyo” yang digunakan untuk menyebut anak laki-laki keturunan Belanda dan Indo. Meski sudah jarang dipakai, ada beberapa orang yang menggunakan istilah tersebut sebagai nama panggilan ataupun nama resmi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “sinyo” artinya anak laki-laki yang belum kawin dari bangsa Eropa atau peranakan Eropa. Lebih spesifik, sinyo merupakan sebutan untuk anak laki-laki keturunan campuran Belanda dan pribumi. Sedangkan, untuk anak perempuan sebutannya adalah ꦤꦺꦴꦤꦶ “noni”.
Mengutip buku “Sinyo” tulisan Maria Ulfa Hasballah, di keluarga ꦧꦁꦱꦮꦤ꧀ bangsawan, biasanya sinyo dijadikan sebagai panggilan kesayangan untuk anak laki-laki. Karena itu, tak heran jika sinyo kerap dipilih sebagai nama anak dengan harapan ia tumbuh menjadi orang yang tinggi derajatnya seperti bangsawan.
Dalam bahasa Belanda, anak laki-laki secara umum disebut dengan “jongen” atau “zoon”. Di Surabaya pernah ada ꦏꦮꦱꦤ꧀ kawasan dengan sebutan “Sinyo” dan “Noni”. Dimanakah itu?
Sinyo Krembangan
Mengutip keterangan ꦄꦒꦸꦱ꧀ꦥꦸꦂꦮꦶꦠ Agus Purwito, seorang dosen universitas Wijaya Kusuma (UWK) yang berdomisili di lingkungan Krembangan, Agus mengatakan bahwa di Krembangan, pernah ada sebuah kamp di jalan Indrapura, yang sekarang menjadi lokasi SMAK Stella Maris dan Kampung Kalongan serta Kampung yang bernama Rampah rampah. Disana yang disebut sinyo sinyo adalah pemuda pemuda Ambon. Mereka disebutnya Sinyo Krembangan.
“Nama Krembangan itu diambil dari orang pertama pendatang pertama dan menghuni daerah yang sekarang disebut ꦏꦿꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ Krembangan. Beliau itu adalah Ki Buyut Rembang, yang makamnya ada di Jl. Krembangan Makam”, jelas Agus melalui pesan WA.
Sementara jalan Krembangan sendiri berada di jalan yang memotong ke Utara dari bagian tengah ꦗꦭꦤ꧀ꦗꦒꦫꦒ jalan Jagaraga, di tengah tengah area perkampungan yang bernama rempah rempah.
Noni Pesapen
Di Utara kawasan kampung Sinyo Krembangan, tepatnya di kawasan Pesapen, disana di era kolonial dikenal dengan kampung Noni Noni. Noni adalah sebutan untuk anak ꦥꦼꦉꦩ꧀ꦥꦸꦮꦤ꧀ perempuan dari keluarga Belanda atau campuran.
Sebutan Noni ini dikumandangkan oleh penyanyi Belanda ꦏꦼꦭꦲꦶꦫꦤ꧀ kelahiran Surabaya yang baru saja meninggal dunia pada 15 Juli 2024. Yaitu Wieteke Van Dort. Judul lagunya Ajoen Ajoen. Berikut cuplikan lirik lagu Ajoen Ajoen.
“Djangan mandi Kali Pesapen, Kali Pesapen banjak lintah nja, Djangan kawin noni Pesapen, noni Pesapen banjak tingkahnja.
Ajoen ajoen ajoen in die hoge klapperboom, Ajoen ajoen Mas Mira Djangan main gila”…
Salah satu alasan bahwa di kawasan ini dikenal dengan Noni Noni adalah karena pernah adanya panti asuhan untuk anak anak perempuan. Tentunya mereka ꦕꦤ꧀ꦠꦶꦏ꧀ꦕꦤ꧀ꦠꦶꦏ꧀ cantik cantik. Panti asuhan ini bertempat di gedung House of Sampurnya yang didirikan pada 1862. Kemudian pada 1932 tempat tersebut dibeli oleh Liem Seeng Tee‚ pendiri Sampoerna‚ dengan tujuan dipakai sebagai fasilitas produksi rokok.
Kedua tempat ini, Krembangan dan ꦥꦼꦱꦥꦺꦤ꧀ Pesapen adalah tempat yang berdekatan dengan Kota Bertembok (walled Town) Surabaya. (Nanang)