Aksara:
Rajapatni com: SURABAYA – ꧌ꦱꦼꦫꦁꦏꦭꦶ꧍ Sering kali orang mengatakan bahwa dirinya dulu pernah belajar aksara Jawa ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). ꧌ꦥꦼꦂꦚꦠꦄꦤ꧀꧍ Pernyataan itu disampaikan oleh banyak orang ketika komunitas ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni dalam kegiatan mengenalkan atau mengajarkan Aksara Jawa di tempat dan waktu yang berbeda beda. Kini di usia mereka, yang sudah tidak kanak kanak, mereka tidak mengerti atau lupa lupa ꧌ꦅꦔꦠ꧀ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ ingat aksara Jawa.

Dengan demikian Aksara Jawa ini menjadi Ingatan bersama atau yang lebih umum bisa dibilang memory kolektif atau ꧌ꦅꦔꦠꦤ꧀ꦏꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦠꦶꦥ꦳꧀꧍ Ingatan Kolektif. Ingatan ini tidak hanya terjadi pada satu lingkungan masyarakat kecil, tetapi juga terjadi ꧌ꦭꦶꦤ꧀ꦠꦱ꧀ꦮꦶꦭꦪꦃ꧍ lintas wilayah.
Misalnya dalam sebuah ꧌ꦥꦿꦺꦴꦒꦿꦩ꧀꧍ program siaran radio RRI Surabaya dalam program “Sinau Bahasa dan aksara Jawa”, penelpon ꧌ꦅꦤ꧀ꦠꦼꦫꦏ꧀ꦠꦶꦥ꦳꧀꧍ interaktif nya masuk dari berbagai daerah. Mereka mengatakan bahwa mereka pada saat kecil pernah belajar aksara Jawa. Mereka ꧌ꦄꦥꦿꦺꦱꦶꦪꦱꦶ꧍ apresiasi terhadap acara siaran “Sinau Bahasa dan Aksara Jawa”.
꧌ꦏꦉꦤ꧍ Karena aksara aksara daerah ini kondisinya semakin ditinggalkan penggunanya (꧌ꦠꦶꦝꦏ꧀ꦝꦶꦥꦏꦻ꧍ tidak dipakai), maka kondisinya menjadi rawan punah. Cepat atau lambat aksara Jawa bisa benar benar punah. Sementara aksara aksara daerah itu ꧌ꦱꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶ꧍ sendiri menjadi aksara tulis pada naskah naskah kuno (manuskrip) Nusantara.
꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫ꧍ Aksara Daerah Dalam Naskah Kuno

Ketika orang orang sudah ꧌ꦱꦼꦩꦏꦶꦤ꧀꧍ semakin asing terhadap aksara daerah ꧌ꦧꦼꦂꦄꦂꦡꦶ꧍ berarti juga mereka menjadi masing terhadap manuskrip manuskrip Nusantara, yang mestinya harus ꧌ꦝꦶꦗꦒ꧍ dijaga.
Menjaga manuskrip ꧌ꦱꦼꦧꦼꦠꦸꦭ꧀ꦚ꧍ sebetulnya bukan saja menjaga fisik kitabnya, tetapi justru harus menjaga isinya (kandungannya), yang ꧌ꦠꦼꦂꦡꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ tertulis dalam aksara daerah.
Tetapi sayang ꧌ꦧꦃꦮ꧍ bahwa kenyataannya dan keberadaannya semakin asing, yang ternyata ꧌ꦊꦧꦶꦃ꧍ lebih asing daripada aksara asing sendiri. Ini bahaya. Di suku Cia Cia Sulawesi, masyarakatnya ꧌ꦗꦸꦱ꧀ꦠꦿꦸ꧍ justru menggunakan aksara Asing (yaitu aksara Korea).
꧌ꦈꦱꦸꦭꦤ꧀꧍ Usulan Aksara Nusantara Sebagai IKON

꧌ꦎꦭꦺꦃꦏꦉꦤꦅꦠꦸ꧍ Oleh kerena itu komunitas Puri Aksara Rajapatni Surabaya dalam rangka penggalian Potensi Ingatan Kolektif Nasional (IKON), ꧌ꦪꦁ꧍ yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas), mengusulkan agar Aksara Nusantara bisa ꧌ꦝꦶꦗꦝꦶꦏꦤ꧀꧍ dijadikan dan dimasukkan sebagai Obyek Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dan Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK).
Dari pernyataan orang orang yang ꧌ꦝꦶꦲꦶꦩ꧀ꦥꦸꦤ꧀꧍ dihimpun oleh komunitas Puri Aksara Rajapatni, maka dapat disimpulkan bahwa ꧌ꦱꦼꦱꦸꦔ꧀ꦒꦸꦃꦚ꧍ sesungguhnya Aksara Nusantara adalah Obyek Ingatan Kolektif Nasional (IKON).
Ingatan kolektif ini adalah ingatan bersama yang dimiliki oleh ꧌ꦱꦸꦮꦠꦸ꧍ suatu kelompok, mulai dari lingkungan keluarga, ꧌ꦭꦶꦔ꧀ꦏꦸꦔꦤ꧀꧍ lingkungan sekitar dan bahkan bangsa, yang menggambarkan cara mereka mengingat dan memahami masa lalu. Mereka punya ꧌ꦥꦼꦔꦭꦩꦤ꧀꧍ pengalaman bersama dan serupa. Yaitu pernah belajar ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦝꦲꦺꦫꦃ꧍ aksara daerah.
Ingatan kolektif tidak hanya sekadar kumpulan ingatan ꧌ꦥꦿꦶꦧꦝꦶ꧍ pribadi, tetapi juga ingatan yang terciptakan melalui ꧌ꦅꦤ꧀ꦠꦼꦫꦏ꧀ꦱꦶ꧍ interaksi sosial dan budaya.
Ingatan Kolektif ini terjadi secara natural melalui ꧌ꦥꦿꦺꦴꦱꦺꦱ꧀꧍ proses sosial dan budaya di mana ingatan pribadi menjadi bagian dari ingatan bersama, dan ini sudah ꧌ꦠꦼꦂꦙꦝꦶ꧍ terjadi dari generasi ke generasi berikutnya.
Ingatan kolektif bisa ꧌ꦝꦶꦭꦶꦲꦠ꧀꧍ dilihat dalam bagaimana cara orang dalam suatu negara mengingat ꧌ꦥꦼꦫꦶꦱ꧀ꦠꦶꦮ꧍ peristiwa bersejarah, misalnya: “saya dulu pernah belajar aksara Jawa di sekolah tapi ꧌ꦱꦼꦏꦫꦁ꧍ sekarang saya lupa”.
Karenanya ingatan kolektif ini ꧌ꦩꦼꦩꦲꦶꦤ꧀ꦏꦤ꧀꧍ memainkan peranan penting dalam membentuk identitas sosial, ꧌ꦏꦼꦱꦠꦸꦮꦤ꧀꧍ kesatuan nasional, dan kebanggaan nasional suatu kelompok. Aksara Nusantara adalah ꧌ꦅꦝꦺꦤ꧀ꦠꦶꦠꦱ꧀꧍ identitas bangsa Indonesia.
꧌ꦤꦶꦭꦻ꧍ Nilai Penting

Aksara Nusantara sebagai Ingatan kolektif nasional ꧌ꦏꦉꦤꦩꦼꦩꦶꦭꦶꦏꦶ꧍ karena memiliki nilai penting sebagai identitas nasional, ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦼꦂꦑꦸꦮꦠ꧀꧍ memperkuat kesatuan, dan mempromosikan pemajuan kebudayaan. Ingatan ini juga menjadi ꧌ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀꧍ jembatan pembelajaran lintas generasi, menjaga warisan budaya, dan mencegah kepunahan aset ꧌ꦝꦺꦴꦏꦸꦩꦺꦤ꧀ꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭ꧀꧍ dokumen nasional.
Aksara Nusantara menjadi ꧌ꦥ꦳ꦺꦴꦟ꧀ꦝꦱꦶ꧍ fondasi bagaimana suatu bangsa ꧌ꦩꦼꦩꦟ꧀ꦝꦁ꧍ memandang dirinya sendiri dan tempatnya di dunia.
꧌ꦩꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ Melestarikan Aksara Nasional berarti mendukung Pemajuan Kebudayaan. Ini sekaligus melestarikan dan ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦿꦺꦴꦩꦺꦴꦱꦶꦏꦤ꧀꧍ mempromosikan warisan budaya. Melalui ingatan kolektif dapat meningkatkan kebanggaan nasional dan ꧌ꦩꦼꦩꦺꦴꦠꦶꦮ꦳ꦱꦶ꧍ memotivasi generasi muda untuk menjaga dan mengembangkan budaya mereka.
꧌ꦧꦼꦭꦗꦂ꧍ Belajar aksara Nusantara sebagai Ingatan kolektif berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini, ꧌ꦩꦼꦩꦸꦔ꧀ꦏꦶꦤ꧀ꦏꦤ꧀꧍ memungkinkan generasi muda untuk belajar dari pengalaman dan ꧌ꦏꦼꦧꦶꦗꦏ꧀ꦱꦤꦄꦤ꧀꧍ kebijaksanaan pendahulu mereka.
Menjaga Aksara Nusantara sebagai IKON berarti ꧌ꦗꦸꦒ꧍ juga melestarikan dokumen dan naskah bersejarah bangsa sehingga bisa mencegah dari ꧌ꦲꦶꦭꦔ꧀ꦚ꧍ hilangnya warisan budaya yang berharga dan menjaga agar tidak ꧌ꦥꦸꦤꦃ꧍ punah.
Lagi pula dengan menjaga Aksara Nusantara berarti pula ꧌ꦠꦸꦫꦸꦠ꧀꧍ turut menjaga dokumen bersejarah yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk ꧌ꦠꦼꦫꦸꦱ꧀꧍ terus mengembangkan budaya dan peradaban ꧌ꦩꦤꦸꦱꦶꦪ꧍ manusia.
Peradaban ꧌ꦊꦭꦸꦲꦸꦂ꧍ leluhur yang terungkap lewat manuskrip beraksara Nusantara ini dapat ꧌ꦝꦶꦩꦤ꧀ꦥ꦳ꦄꦠ꧀ꦏꦤ꧀꧍ dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran sehingga dapat membantu meningkatkan ꧌ꦥꦼꦩꦲꦩꦤ꧀꧍ pemahaman masyarakat tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa. (PAR/nng).