꧌ꦥꦼꦂꦲꦠꦶꦪꦤ꧀꧍ Perhatian Dubes India Terhadap Aksara Jawa Terungkap Dalam Kunjungannya ke Prasasti Peninggalan Tarumanegara.

Rajapatni.com: ꧌ꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Surabaya (5/10/24) – Sebuah kronologi peradaban manusia di tanah Nusantara dari abad 1 hingga 4 mencatat bahwa pada tahun 100 Masehi sebuah peradaban kuno Teluk Lada muncul di Pandeglang, Jawa Barat. Lalu seorang perantau dari ꧌ꦥꦭ꧀ꦭꦮ꧍ Pallawa mendirikan kerajaan Salakanagara di Teluk Lada pada tahun 130 M. Selanjutnya serangkaian peradaban lainnya tumbuh di Timur Salakanagara pada tahun 300 M. Semua di Jawa Barat sekarang.

Pada 358 M sebuah kerajaan, Tarumanagara di bangun di sebuah tempat yang sekarang bernama Bekasi. Santanu dari Gangga India mendirikan kerajaan Indraprahasta di Cirebon pada pada 363 M. Tarumanagara keberadaannya jauh lebih besar dari Salakanagara dan Indraprahasta.. Karenanya Salakanagara dan Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara. Pada tahun ꧌꧇꧓꧙꧕꧇꧍ 395 Masehi Purnawarman naik tahta sebagai Raja Tarumanagara. (https://ngadirejo.temanggungkab.go.id/frontend/d_berita/2195)

Sebuah ꧌ꦥꦿꦯꦱ꧀ꦠꦶ꧍  prasasti peninggalan Tarumanegara dari abad 5 belum lama dikunjungi oleh rombongan Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty bersama keluarga KK Agrawal dan Sanjay Agrawal. Tentu peninggalan Tarumanegara ini menjadi perhatian ꧌ ꦝꦸꦠꦧꦼꦱꦂ꧍ Duta Besar Sandeep Chakravorty karena jejak sejarah ini ada hubungannya dengan India. Apa catatan Dubes India untuk Indonesia?

 

Catatan Dubes Sandeep Chakravorty dan Perhatiannya Pada Aksara Jawa

Dubes India Sandeep Chakravorty beserta keluarga Agrawal di Prasasti Tarumanagara. Foto: kol pribadi

Menarik untuk dicatat bahwa Aksara Jawa berasal dari aksara Pallava Granthi dari India Selatan. Bahasa ꧌ ꦱꦤ꧀ꦱꦼꦏꦼꦂꦡ꧍ Sansekerta dulu ditulis dengan aksara ini di India Selatan, dan kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Semua aksara di Asia Tenggara, baik itu aksara Jawa, Bali, Thai, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Burma, semuanya berasal dari aksara Pallava.

Perbedaan antara aksara India Utara/Timur, seperti aksara Devanagari, dan aksara India Selatan yang termasuk aksara Pallava cukup jelas, karena aksara Pallava ꧌ ꦧꦼꦂꦯꦶꦥ꦳ꦠ꧀꧍ bersifat melengkung dan tidak memiliki garis lurus seperti yang ada di aksara Hindi atau Bangla. 

Hal ini disebabkan karena aksara tersebut dahulu ditulis di atas ꧌ꦝꦲꦸꦤ꧀꧍ daun lontar dan jika menggunakan garis lurus atau persegi pada daun lontar, maka daun tersebut akan robek. Oleh karena itu, aksara yang melengkung dan bersifat ꧌ꦏꦸꦂꦯꦶꦥ꦳꧀꧍ kursif dikembangkan agar bisa ditulis di atas daun lontar.

꧌ꦥꦿꦯꦱ꧀ꦠꦶ꧍ Prasasti Citereum dengan sepasang telapak kaki dengan tulisan beraksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Peninggaran Raja Purnawarman. Foto: doc dubes india/PAR

Baru-baru ini, kami bersama dengan Bapak KK Agrawal dan Sanjay Agrawal mengunjungi sebuah tempat di dekat Bogor untuk melihat Prasasti Tarumanegara. Prasasti ini berasal dari abad ke-5. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta. Namun aksaranya adalah aksara Pallava. Prasasti ini merupakan ꧌ ꦥꦼꦔ꧀ꦲꦺꦴꦂꦩꦠꦤ꧀꧍ penghormatan kepada Raja Purnawarman. 

꧌ꦥꦿꦯꦱ꧀ꦠꦶ꧍ Prasasti Kebun Kopi peninggalan Raja Tarumanagara. Foto: wikipedia commons

Tempat ini sangat layak untuk dikunjungi. Bagi yang berminat, kami dapat mengatur ekspedisi. Berikut adalah beberapa ꧌ꦥ꦳ꦺꦴꦠꦺꦴ꧍ foto prasasti dari kerajaan Tarumanegara.

 

Prasasti Canggal Beraksara Pallawa

Prasasti Canggal beraksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta peninggalan Sanjaya. Foto: Kemendikbud

Prasasti Canggal adalah prasasti yang menceritakan tentang pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga oleh Raja Sanjaya untuk mengungkapkan rasa syukurnya atas keberhasilannya membangun kembali kerajaan dan bertahta dengan aman. Prasasti ini juga menceritakan tentang kekayaan alam dan hasil bumi Jawa, seperti ꧌ꦄꦼꦩꦱ꧀꧍ emas dan padi. 

Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kini prasasti itu disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta. 

Prasasti ini berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi dan merupakan sumber tertulis tertua yang menyebut ꧌ꦥꦸꦭꦻꦴ꧍  Pulau Jawa atau Yawadwipa. Prasasti ini juga menjadi salah satu bukti adanya Kerajaan Mataram Kuno. (https://www.google.com/search?q=prasasti+canggal)

 

Kerjasama Budaya

Berangkat dari latar belakang sejarah dan budaya, hubungan lebih erat dan saling menguntungkan antara Indonesia dan India sangat beralasan. Keduanya adalah bangsa yang besar. Khususnya, India dan Surabaya sendiri memiliki latar belakang sejarah yang sangat manusiawi. Yakni ketika di masa masa pendudukan Inggris di Surabaya. Inggris menggunakan warga India yang menjadi jajahannya untuk menyelesaikan konflik koloni di Surabaya.

Namun tentara India yang beragama muslim tersadar ketika yang dihadapi di Surabaya adalah sesama muslim, apapun ras nya. Karena itulah banyak tentara India yang membelot dari Inggris dan bergabung dengan pejuang Indonesia di Surabaya. Karena latar sejarah itu pulalah banyak warga India yang bermukim di Surabaya.

Menurut sejarawan dan arsitek ITS, Andy Mappajaya, yang pernah satu proyeknya bertempat di Kawasan Ketandan dan Tunjungan Surabaya, ia menemui komunitas India di sekitar lokasi proyek.

“Di Surabaya misalnya di Blauran dan Ketandhan. Juga ada nama nama Ram Punjabi serta nama toko Lalwani dan Atal sport. Itu warga India” pungkas Andy Mappajaya. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *