Paradigma Budaya Dalam Proses Pembangunan Kota Surabaya

Gagasan :

Rajapatni.com: SURABAYA – Alangkah sulitnya melestarikan aksara Jawa. Itulah kesan umum, yang juga dirasakan oleh komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni. Jarak dan jurang antara harapan dan kenyataan masih terlalu lebar dan dalam.

Namun langkah maju masih dan harus terus bergerak. Baik langkah praktis maupun taktis strategis. Praktisnya selama ini meliputi mengajarkan Aksara Jawa, mendampingi penggunaan aksara jawa dan menyebarluaskan informasi tentang aksara Jawa melalui media.

Strategis dan taktisnya adalah melalui usulan dan upaya memasukkan Objek Aksara Jawa ke dalam Raperda Pemajuan Kebudayaan Kota Surabaya. Cara strategis ini bersifat masif karena melalui organ kelengkapan Pemerintah, Perda, dalam proses pembangunan kota.

Aksara Jawa menghiasi ruang lobby Bappedalitbang Kota Surabaya. Foto: Bappedalitbang untuk par.

Nantinya Peraturan Daerah (Perda) Pemajuan Kebudayaan diharapkan menjadi induk dari segala perilaku Peraturan Daerah yang berbudaya. Bahwa apapun Peraturan Daerah nya, implementasinya adalah perilaku warga yang bisa menjadi pembiasaan positif dalam mewujudkan target target pembangunan kota. Pembiasaan melalui Budaya adalah paradigma dalam pembangunan daerah.

Sehingga didapat konsep Paradigma budaya. Paradigma budaya adalah cara pandang yang digunakan untuk memahami peran budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Paradigma budaya dalam pembangunan daerah merupakan pendekatan yang mengintegrasikan budaya (kebiasaan) ke dalam berbagai aspek pembangunan. Paradigma ini penting untuk menjaga keberlanjutan budaya itu sendiri dan pembangunan daerah.

Apalagi dengan lahirnya Perda Pemajuan Kebudayaan Kota Surabaya nantinya. Perda ini diharapkan akan menjadi landasan berpikir dalam setiap perilaku, yang diatur oleh perda perda lainnya dalam pembangunan kota Surabaya.

Mengenalkan Aksara Jawa sebagai bagian dari budaya Jawa di Surabaya harus dilakukan dengan serius secara bersama sama (pentahelix) baik melalui cara cara praktis maupun strategis. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *