Rajapatni.com: Surabaya – Waktu kita masih kecil, permainan papan Ular Tangga adalah umum. Media papannya terbuat dari kardus berbentuk kotak bujur sangkar dengan gambar kotak kotak di dalamnya, yang masing masing kotak bernomor satu (1) hingga seratus (100) dimana antar beberapa kotak di deretan atas dan bawah terhubung dengan tangga dan ular.
Permainan ini bisa dimainkan oleh dua hingga empat orang. Cara bermainnya sangat sederhana, yaitu pemain melempar dadu dan bergerak maju sesuai dengan jumlah angka yang keluar dari dadu. Jika pemain mendarat di kotak dengan ujung tangga di bawah, mereka dapat naik ke kotak yang lebih tinggi. Namun, jika mereka mendarat di kotak dengan kepala ular, mereka harus turun ke kotak yang lebih rendah hingga batas ekor ular berada.
Permainan Ular Tangga yang juga disebut “Snakes and Ladders” ini ternyata berasal dari India. Permainan ini adalah permainan India kuno, yang dahulu disebut dengan nama “Moksha Patamu” atau “Moksha Patam“. Permainan ini awalnya dibuat sebagai representasi dari kehidupan manusia yang diwarnai dengan kemenangan dan kekalahan, serta hukuman (punishment) dan pahala (rewards).
Moksha Patamu dianggap sebagai permainan yang sangat penting dalam budaya India. Pada awalnya, permainan ini dimainkan oleh para brahmana dan kshatriya untuk membantu mereka memahami konsep-konsep seperti karma dan dharma, yang mana konsep konsep itu juga dikenal di tanah Nusantara.
Adapun tujuan dari “nenek moyang” India ini adalah bahwa permainan ular tangga ini adalah untuk mencapai kotak terakhir (nomor 100) di papan yang artinya berhasil mencapai puncak kehidupan dan kebebasan atau moksha (teologi akhirat Hinduisme) atau Muksa, setelah melalui haral lintang (jatuh bangun) di bawahnya (Dunia fana).
Memperhatikan kotak permainan yang masih digunakan di India, dimana di setiap kotak terdapat penjelasan yang tertulis dalam Aksara Hindi dan sebagai sarana permainan yang memiliki nilai edukasi dan budaya, maka akan lebih bermakna jika papan permainan Ular Tangga yang beredar di Nusantara juga dilengkapi dengan Aksara Nusantara. Bila di Jawa bisa menggunakan Aksara Jawa dan bila di Bali bisa menggunakan Aksara Bali. Demikian di tempat tempat lain yang masih menggunakan aksara lokalnya masing masing.
Permainan Ular Tangga, yang tidak asing bagi anak anak di Nusantara ini, menjadi bukti otentik hubungan budaya antara India dan Nusantara. Disana ada ajaran nilai nilai luhur, yang sama antara keyakinan di India dan keyakinan nenek moyang Nusantara, khususnya Jawa.
Ada nilai dan hukum alam sebab akibat dan rewards and punishment (Pahala dan karma) pada permainan ini. Moksha Patamu memberikan pelajaran moral kepada para pemainnya dan menunjukkan konsep-konsep seperti karma dan dharma atau baik dan buruk.
Meskipun telah mengalami beberapa perubahan dan variasi, permainan ini tetap menjadi bagian integral dari budaya India dan hubungannya dengan Nusantara serta merupakan bagian dari warisan budaya bersama. (PAR/nng)