Mengintip Hubungan Klasik Jawa-India dan Pemajuannya.

Rajapatni.com: Surabaya (24/9/24) – Cerita cerita Ramayana dan Mahabarata sering dipertontonkan dalam seni wayang kulit dan wayang orang. Kisah kisah klasik itu juga menghiasi pelataran Candi Prambanan di saat saat bulan Purnama.

Menurut Konsul Kehormatan India di Surabaya, Manoj Bhat, hubungan Jawa dan India sudah berjalan tidak kurang dari 3000 tahun. Sementara menurut Quora (situs komunitas tanya-jawab) bahwa Ramayana dan Mahabarata sudah ada sejak abad ke-4 sebelum Masehi.

Mahabarata adalah puisi panjang yang mengisahkan tentang perang besar antara keluarga Pandawa dan Kurawa. Sedangkan Ramayana menceritakan kisah Ramayana, Avatar dewa Hindu Wisnu dan istrinya Shinta.

Kedua epos tersebut sangat berpengaruh dalam budaya dan filsafat Hindu yang dapat ditelusuri kembali ke India kuno. Dalam cerita Ramayana itu sendiri dikisahkan bahwa salah satu jenderal Rama, Sugriwa, mengirim anak buahnya ke Yawadvipa. Yaitu Pulau Jawa, untuk mencari Shinta.

Selain itu banyak orang India dikabarkan telah mengunjungi Indonesia sejak zaman kuno dan orang Indonesia kuno (Bangsa Austronesia) juga telah memulai perdagangan bahari di laut Asia Tenggara dan Samudera Hindia.

 

Bahasa dan Aksara

Orang India purba menyebarkan ajaran Hindu dan banyak aspek budaya India, termasuk bahasa Sanskerta dan Aksara Brahmi India telah memainkan peran besar dalam budaya Indonesia, yang merupakan perpaduan dari India, China, Asia Tenggara, dan budaya asli Indonesia.

Jejak pengaruh India, yang paling terlihat jelas dalam jumlah besar, adalah kata-kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam kosakata Bahasa Indonesia.

Sementara nama Indonesia sendiri berasal dari bahasa Latin “Indus”, yang berarti “India”, dan bahasa Yunani nesos, yang berarti “pulau”. Jadilah Indonesia. Nama ini mulai dikenal sejak abad ke-18, jauh sebelum pembentukan Indonesia merdeka.

Indonesia memasuki periode sejarah setelah mengadopsi Aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dari India. Fakta ini sebagaimana terbukti dari temuan beberapa prasasti awal, yang berasal dari kerajaan kerajaan Indonesia tertua, seperti Yupa dari Kutai, Prasasti Tugu dari Tarumanegara dan catatan sejarah Kalingga.

 

Kerajaan Kerajaan Kuno

Kerajaan yang bercorak Hindu – Budha seperti Sriwijaya, Medang, Sunda dan Majapahit adalah bentuk bentuk pemerintahan yang berkuasa di Indonesia zaman dulu dan era klasik Hindu-Buddha ini berlangsung dari kurun waktu tahun 200 hingga abad ke-16, yang kemudian menyisakan kerajaan Hindu terakhir di Bali.

Di sepanjang sejarah kedua bangsa ini (Indonesia dan India), sebagian besar hubungannya berlangsung harmonis dan damai.

Namun ada satu pengecualian ketika India kuno dan Indonesia terlibat dalam peperangan.

Pada 1025 Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel di India Selatan, meluncurkan serangan angkatan laut ke pelabuhan Sriwijaya (Sumatera) dan merebut Kadaram dari Sriwijaya dan menempatinya selama beberapa waktu.

 

Budaya

Indonesia telah menyerap banyak aspek budaya India sejak kontak pertama hampir 3000 (tiga ribu) tahun yang lalu. Dampak yang paling jelas adalah kata serapan bahasa sanskerta ke dalam Bahasa Indonesia.

Epos India (Ramayana dan Mahabharata) memainkan peran penting dalam budaya Indonesia dan sejarahnya, selanjutnya menjadi populer di kalangan orang Indonesia sampai hari ini. Dalam teater terbuka Prambanan di Jawa Tengah, sendratari Ramayana terus digelar selama malam malam bulan purnama.

Sebuah contoh dalam pengaruh Hindu-Buddha dalam sejarah Indonesia lainnya adalah di abad ke-9, yang mana karya karya monumental berupa candi Borobudur dan Prambanan dibangun. Bahkan hingga datangnya ajaran Islam, hubungan antara kedua negara tetap kuat, bukan hanya karena India memiliki populasi Muslim yang signifikan.

Arsitektur Islam Indonesia, terutama di Sumatra, telah sangat dipengaruhi oleh arsitektur Mughal India. Hal ini terlihat jelas dalam arsitektur Masjid Raya Baiturrahman di Aceh dan Masjid Raya Medan.

Kekaguman budaya tidak bertepuk sebelah tangan. India juga merasa memiliki kedekatan budaya yang erat dengan budaya Indonesia. Rabindranath Tagore mengunjungi Jawa dan Bali pada tahun 1927 dan ia terpesona oleh budaya Bali dan ajaran Hindu Dharma Bali.

 

Kemerdekaan Indonesia

Pada 1945-1949, selama Revolusi Nasional Indonesia dan pembentukan republik, India dan Mesir adalah negara-negara paling awal, yang mendukung dan mengakui kedaulatan Indonesia, serta membina hubungan diplomatik dengan Republik Indonesia.

Pada tahun 1955, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Presiden Indonesia Soekarno adalah dua diantara lima tokoh pendiri Gerakan Non Blok.

Selain Nehru, juga ada tokoh tokoh India lainnya, yang menjadi inspirasi bagi Indonesia.

 

Mahatma Gandhi

Mahatma Gandhi, dengan empat ajarannya yaitu ahimsa (melawan tanpa kekerasan), hartal (mogok kerja), satyagraha (tidak mau bekerjasama dengan pihak asing) dan swadesi (tidak mau memakai produk luar negeri), yang mana salah satunya SWADESI menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia yang digunakan Soekarno untuk menggunakan produk produk dalam negeri.

SWADESI ini masih relevan dengan strategi dan kebijakan pemerintah Republik Indonesia sekarang untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri yang bertujuan untuk memberdayakan Industri dalam negeri dan memperkuat struktur Industri. Strategi ini adalah TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang merupakan besaran kandungan dalam negeri pada Barang, Jasa, serta gabungan Barang dan Jasa.

 

Jawa-India Ties

Jawa-India Ties, sebuah kolaborasi antar bangsa berdasarkan budaya dan aksara dari Surabaya. Foto: PAR/amrih

Berdasarkan data dan catatan sejarah itu, komunitas aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni dan Konsul Kehormatan Republik India untuk Jawa Timur dan Jawa Tengan di Surabaya membentuk Jawa (Indonesia)-India Ties. Hubungan ini utamanya didasari pada Aksara Jawa yang merupakan bagian dari Aksara Nusantara, adalah turunan dari Aksara Pallawa dan Dewanagari India.

Hubungan keaksaraan ini adalah bagian dari hubungan kebudayaan yang kini sedang dibangun oleh kedua belah pihak. Untuk mewujudkan itu, Konsul Kehormatan Republik India di Surabaya memberangkatkan salah satu pengurus Puri Aksara Rajapatni ke India dalam misi Kebudayaan dan Pendidikan.

Jawa-India Ties ini bertujuan untuk menjalin kerjasama Surabaya – India (dengan ruang lingkup kerjanya) yang saling menguntungkan (mutual cooperation) untuk mendukung mempererat hubungan bilateral Indonesia – India.

Selain pengiriman utusan ke India sebagai salah satu programnya, ada juga program program lain yang telah disiapkan. Diantaranya adalah penelusuran arkeologi (sejarah di situs situs kuno di Jawa) untuk saling memperkaya wawasan sejarah kedua belah pihak. Educational Games dalam upaya pengenalan Aksara dan Java Graph, Javanese Script Documentary Film making. (PAR/nng).

 

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_India_dengan_Indonesiah

https://id.wikipedia.org/wiki/Biju_Patnaik

https:/

/id.wikipedia.org/wiki/Mahatma_Gandhi

https://tkdn.kemenperin.go.id/

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *