Rajapatni.com: Surabaya (23/9/24) – Komunikasi diplomasi kebudayaan antara komunitas ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Konsulat Kehormatan Republik India untuk Jatim dan Jateng di Surabaya membuka wahana kerjasama di bidang kebudayaan antara Surabaya dan India.
Surabaya (ꦗꦮ Jawa) dan India memiliki sejarah bersama yang panjang membentang hingga 3000 tahun ke belakang. Demikian kata Manoj Bhat, Konsul Kehormatan Republik India di Surabaya (21/9/24).
Dalam kisah pewayangan dan cerita cerita ꦫꦩꦪꦤ Ramayana dan Mahabarata, nama kota Ayodya di India sudah tidak asing di telinga Nusantara, utamanya Jawa.
ꦄꦪꦺꦴꦣꦾ Ayodhya adalah sebuah kota, yang terletak di tepi Sungai Sarayu di Negara Bagian India Uttar Pradesh. Ini adalah markas administratif Distrik Ayodhya serta Divisi Ayodhya di Uttar Pradesh, India. (Wikipedia).
Selain itu juga diceritakan adanya sebuah Kerajaan ꦏꦺꦴꦱꦭ Kosala. Yaitu nama sebuah kerajaan kuno di India yang namanya tercatat dalam kisah wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Kerajaan ini beribu kota di Ayodhya, dan merupakan tempat kelahiran Sri Rama, seorang awatara Wisnu. (Wikipedia)
Dalam ꦥꦼꦮꦪꦔꦤ꧀ pewayangan, Kerajaan Kosala lebih sering disebut dengan nama Kerajaan Ayodya.
Aksara Jawa dan aksara Nusantara lainnya adalah turunan dari ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦧꦿꦃꦩꦶ Aksara Brahmi. Rumpun aksara Brahmi adalah rumpun aksara abugida, yang diturunkan dari aksara Brahmi dari India Kuno. Aksara-aksara dari rumpun ini kemudian digunakan di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan sebagian Asia Tengah dan Timur. Aksara Jawa adalah salah satu turunannya.
Di bidang arkeologi, sebuah prasasti yang berasal dari Jawa Timur berada di kota Kalkuta. Namanya ꦥꦿꦱꦱ꧀ꦠꦶꦥꦸꦕꦔꦤ꧀ Prasasti Pucangan. Di India dikenal dengan nama Calcutta Stone.
Prasasti Pucangan atau dikenal juga dengan Calcutta Stone merupakan sebuah prasasti batu berasal dari Jawa Timur, Indonesia, yang ditemukan di sekitar lereng ꦒꦸꦤꦸꦁꦥꦼꦤꦁꦒꦸꦔꦤ꧀ Gunung Penanggungan. Prasasti ini ditulis menggunakan dwi bahasa Sansekerta dan Kawi, berasal dari tahun 963 Saka atau 1041 Masehi.
Prasasti ini peninggalan zaman pemerintahan ꦍꦂꦭꦁꦒ Airlangga, yang menjelaskan tentang beberapa peristiwa serta silsilah keluarga raja secara berurutan. Prasasti ini disebut juga dengan nama Calcutta Stone. Saat ini prasasti Pucangan masih tersimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta), India.
Prasasti Pucangan terdiri dari dua prasasti berbeda, yang dipahat pada sebuah batu. Di sisi depan menggunakan bahasa ꦗꦮꦏꦸꦤ Jawa Kuna dan di sisi belakang menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi kedua prasasti tersebut ditulis dalam aksara Kawi (Jawa Kuno). Prasasti ini berbentuk blok berpuncak runcing serta pada bagian alas prasasti berbentuk bunga teratai.
Penamaan prasasti ini berdasarkan kata ꦥꦸꦕꦔꦤ꧀ “Pucangan” yang ditemukan pada prasasti tersebut, yang menceritakan adanya perintah membangun pertapaan di Pucangan, sebuah tempat di sekitar Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Dinamakan Calcutta Stone karena posisi terakhir dimana prasasti ini disimpan adalah di ꦆꦤ꧀ꦝꦶꦪ India. Yaitu di kota Calcutta.
Masih banyak hal hal kebudayaan lain yang menjadi link antara Jawa dan India. Melalui hubungan kebudayaan antara ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Konsulat Kehormatan Republik India untuk Jateng dan Jatim di Surabaya akan lahir kegiatan bersama untuk meningkatkan derajat pemahaman dan kerjasama antara Surabaya (Jawa) dan India. (PAR/nng).