Rajapatni.com: Surabaya (21/6/24) – Di sebuah rumah loji, yang berdiri mentereng di tepi jalan raya Mojokerto – Jombang, berdiam prasasti kawak peninggalan era Kerajaan ꦩꦼꦣꦁ Medang, jauh sebelum kerajaan Kahuripan, Singasari dan bahkan Majapahit. Ia terdiam tanpa suara tapi banyak bercerita. Prasasti ini berangka tahun 852 Saka atau 930 Masehi.
Di rumah Loji ini, dahulu, pernah bertempat tinggal Henricus Maclaine Pont beserta keluarganya. Maclaine Pont adalah arsitek asal Belanda lulusan Technische Hogeschool Delft (THD) yang pada tahun 1924 melakukan penelitian ꦄꦂꦏꦺꦪꦺꦴꦭꦺꦴꦒꦶ arkeologi di sekitar Trowulan.
Rumah ini sekaligus kantor Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit (OVM). Yaitu sebuah perkumpulan yang secara aktif melakukan penelitian tentang keberadaan ꦆꦱ꧀ꦠꦤ Istana Majapahit.
Pagi itu, Selasa (11/6/24), dengan berselimut ꦏꦧꦸꦠ꧀ kabut Majapahit, bekas rumah Maclaine Pont terasa magis. Sinar matahari menerobos teras yang berhias beberapa artefak yang umumnya dari era Majapahit. Sinar matahari pagi itu jatuh miring sehingga sinarnya menerpa beberapa benda arkeologi, termasuk prasasti Gemekan. Inskripsinya terlihat semakin jelas karena sinar matahari.
Disebut prasasti ꦒꦼꦩꦼꦏꦤ꧀ Gemekan karena prasasti ini ditemukan di Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto pada 2022. Di era kerajaan Medang, wilayah persawahan itu bernama Masahar, sebuah Sima yang melekat pada bangunan suci Pangurumbigyan. Bangunan suci ini tersebut dalam prasasti.
Prasasti ini terbuat dari batu ꦄꦤ꧀ꦝꦺꦱꦶꦠ꧀ andesit dengan ukuran tinggi sekitar 90 cm, lebar 88 cm, dan tebal 21 cm. Bentuknya segi lima dengan bagian puncak yang meruncing dan bagian lain berbentuk datar yang diduga sebagai dudukan. Namun demikian kondisi fisiknya sudah tidak utuh. Ada beberapa bagian yang sudah pecah dan pecahannya tidak ditemukan.
Pada bidang prasasti yang relatif masih utuh ini terdapat tulisan beraksara ꦗꦮꦏꦸꦤ Jawa Kuna melingkari prasasti. Permukaan prasasti halus dengan tulisan yang terang dan rapi. Di kiri dan kanan prasasti ini masih ada benda benda arkeologi lainnya. Sementara rumah Loji ini sudah dimanfaatkan sebagai perpustakaan yang menyimpan buku buku referensi sejarah dan arkeologi. (nanang PAR)*
Maclaine Pont alias Mbah Kreweng