Rajapatni.com: Surabaya (18/5/24) – AKSARA Jawa tidak sekedar formasi garis dan lekuk yang membentuk huruf atau Aksara yang bermakna. Ada makna huruf pada ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara jawa dan makna kata (kumpulan huruf). Aksara Jawa memiliki makna ganda: harfiah (literatif) dan filosofis.
Aksara Jawa mengandung nilai, yang nilainya tidak hanya berlaku untuk ꦎꦫꦁꦗꦮ orang Jawa sendiri tapi secara luas untuk umat manusia. Yaitu pelajaran hidup bagi manusia yang ada di alam semesta ini. Ini adalah nilai universal. Aksara Jawa bernilai bagi siapapun dan dimanapun.
Ketika bertemu dengan dosen dosen dari Miami Dade College, Florida, Amerika Serikat (16/4/24), keuniversalan itu terungkap. Ini setelah mereka mengunjungi Arca Joko Dolog yang menjadi perwujudan raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari. Pada lapik arca, yang berwujud arca buddha itu, terdapat inskripsi berbahasa ꦱꦤ꧀ꦱꦺꦏꦺꦂꦠ Sansekerta dalam tulisan Aksara Jawa Kuna.
Setelah dari arca Joko Dolog, mereka berpindah ke Taman Apsari untuk melihat dan membandingkan dengan Aksara Jawa generasi selanjutnya (era ꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦄꦒꦸꦁ Sultan Agung Mataram). Aksara Jawa ini berbentuk signage yang berbunyi Taman Apsari, berdiri menghadap ke arah jalan Gubernur Suryo dan gedung negara Grahadi.
Di Taman Apsari inilah diskusi tentang Aksara Jawa itu berlanjut. Mereka semakin tertarik ketika mereka menyadari bahwa Aksara Jawa itu mengandung makna yang bersifat universal. Di depan signage bertulis Taman Apsari dalam ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa, mereka diajak memahami salah satu Aksara yang sudah umum diketahui bahwa HA memiliki arti Heneng dan Hening. Makna ini sebagaimana dikatakan budayawan Surabaya Christ Wibisono di hadapan Sekda Kota Surabaya, Ikhsan, dalam sebuah pertemuan di ruang kerjanya pada Rabo, 15 Mei 2024.
Heneng artinya ꦱꦧꦂ sabar, pasrah serta tawakal dalam menerima kehendak Tuhan atau dalam bahasa Jawanya “Nrimo Ing Pandum lan tansah Sumeleh marang Peparinge Gusti Allah”.
Sifat sabar dan selalu ꦠꦮꦏꦭ꧀ tawakal dalam menerima kehendak atau takdir Allah adalah merupakan senjata pamungkas dalam menghadapi ribetnya, ruwetnya, serta sesaknya beban hidup yang menghimpit dalam perjalanan waktu yang mesti manusia lalui.
Dengan kesabaran serta ketawakalan kepada Allah, maka seberat apapun cobaan, godaan dan hambatan yang kita hadapi, niscaya akan ꦠꦼꦫꦱꦫꦶꦔꦤ꧀ terasa ringan.
Nilai ini berlaku bagi siapapun dan dimanapun. Tak terkecuali oleh warga ꦄꦩꦺꦫꦶꦏ Amerika yang sedang berkunjung ke Surabaya untuk belajar budaya.
Berbeda dengan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦭꦠꦶꦤ꧀ Aksara Latin, yang terdiri dari huruf A dan seterusnya hingga Z, dimana setiap huruf sama sekali tidak mengandung makna jika berdiri sendiri. Huruf Latin baru bisa bermakna jika dalam kesatuan yang membentuk kata. Misalkan M-A-K-A-N menjadi kata makan.
Menurut literasi Wikipedia, makan adalah suatu kegiatan mengkonsumsi makanan atau minuman yang biasanya untuk menyediakan sumber energi bagi makhluk hidup atau organisme heterotrof dan memungkinkan pertumbuhan.
Dalam Aksara Jawa, setiap Aksara mulai HA sampai NGA, masing masing bisa memiliki arti meskipun tidak baku. Tapi sudah jamak dikenal oleh masyarakat Jawa. Misalnya Aksara HA, secara umum kultural berarti ꦲꦼꦤꦼꦁ꧈ꦲꦼꦤꦶꦁꦣꦤ꧀ꦲꦼꦤꦸꦁ heneng, hening dan henung.
Makna filosofi ini sudah menjadi keyakinan masyarakat Jawa dan selanjutnya menjadi budaya yang diimplementasikan dalam kehidupan melalui ꦗꦭꦤ꧀ꦫꦶꦠꦸꦮꦭ꧀ jalan ritual.
Aksara Jawa tidak hanya berbentuk goresan dan keindahan yang bersifat literatif, tapi juga ruh yang hidup di dalam diri masyarakat Jawa.(nanang PAR)*