Mahasiswa Nusantara Belajar Aksara Jawa Untuk Mengenal Budaya Lokal di Surabaya.

Rajapatni.com: Surabaya (22/8/24) – Menulis Aksara Jawa adalah ꦒꦺꦴꦫꦺꦱꦤ꧀ goresan yang penuh dengan lekukan mulai dari aksara Ha (ꦲ) hingga Nga (ꦔ). Menurut Darusuprapta (2002:5), carakan (huruf Jawa), yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa, pada dasarnya terdiri atas 20 aksara pokok, yang bersifat silabik (bersifat kesukukataan) dan disebut nglegena.

Aksara ꦔ꧀ꦭꦼꦒꦼꦤ Nglegena atau Aksara pokok, yaitu aksara yang berfungsi menghubungkan suku kata tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup wignyan, layar, dan cecak.

Mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia belajar mengenal aksara Jawa di Surabaya. Foto: AMN for Rajapatni

Sebanyak 25 ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, belajar mengenal aksara Jawa, salah satu dari Aksara Nusantara di ruang galery Radar Surabaya di jalan Kembang Jepun pada Rabu sore (21/8/24). Mereka berkegiatan dalam program Jelajah Kota Lama Surabaya dalam naungan Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Surabaya.

Belajar Aksara Jawa adalah salah satu dari mata kegiatan dalam ꦗꦼꦭꦗꦃ Jelajah Kota Lama Surabaya. Lainnya adalah kunjungan ke Tugu Pahlawan Surabaya, Jalan Jalan di kawasan Zona Eropa dan Pecinan, dan gelaran tarian Nusantara di plataran Gedung Internasio.

Kegiatan belajar Aksara Jawa itu dipandu oleh tim komunitas aksara Jawa, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni. Menurut Nanang Purwono, ketua Puri Aksara Rajapatni, yang memandu jalanya kegiatan, pemberian materi belajar aksara Jawa sifatnya adalah pengenalan dan menjadi bagian dari cerita sejarah kawasan Kota Lama Surabaya.

“Dulu sebelum bangsa asing, utamanya Belanda, masuk ke kawasan ini, sudah ada penduduk lokal yang terdiri dari bangsa Jawa dan Madura. Mereka berbicara dengan bahasa masing masing. Orang Jawa bicara menggunakan bahasa Jawa. Orang ꦩꦣꦸꦫ Madura bicara bahasa Madura. Ketika mereka menulis, mereka sama sama menggunakan aksara Jawa”, jelas Nanang sebelum memulai kegiatan Sinau Aksara Jawa.

Nanang menambahkan bahwa kegiatan mengenal ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa ini merupakan bagian dari kegiatan Jelajah Kota Lama Surabaya, yang memang secara kultural memiliki sejarah keberagaman suku bangsa dan kebangsaan, sehingga kawasan ini cocok menjadi kelas terbuka belajar masalah keberagaman dan toleransi.

Pengasuh Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Gamal Haryo Putro memberikan arahan. Foto: nanang

Hal itu menjadi alasan digelarnya kegiatan bagi para mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut pengasuh ꦄꦱꦿꦩꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Surabaya, Mayjen (Purn) DR. Gamal Haryo Putro, SIP., M. HUM., yang menyertai kegiatan edukatif ini, kegiatan kebangsaan ini adalah salah satu cara dalam memelihara persatuan dan kesatuan yang berdasar pada kebhinekaan. Kota Surabaya adalah wadah kecil kebhinekaan Nusantara.

Mahasiswa asal Papua tekun menyimak aksara Jawa. Foto: nanang

Melalui kegiatan mengenal Aksara Jawa, khususnya bagi mahasiswa yang datang dari luar Jawa, mereka bisa belajar ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦭꦺꦴꦏꦭ꧀ tradisi lokal dimana mereka saat ini bertempat tinggal. Mereka tinggal di Surabaya selama dalam masa studi di berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) sebagai peraih beasiswa dari pemerintah.

“Siapa yang datang dari Jawa?”, tanya ꦒꦶꦤꦚ꧀ꦗꦂ Ginanjar, salah satu dari pengajar yang sore itu mendampingi para mahasiswa Nusantara itu.

Menurutnya, mereka yang datang dari ꦗꦮ Jawa, belajar aksara Jawa dalam kegiatan Jelajah Kota Lama Surabaya tidak akan mengalami kesulitan. Sementara mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di Nusantara, belajar aksara Jawa adalah tantangan yang tentu menyenangkan.

“Aksaranya banyak lengkung lengkung”, komentar Caroline yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tantangan tapi menyenangkan karena mereka mendapatkan ꦥꦼꦔꦭꦩꦤ꧀ pengalaman baru dalam memahami arti Nusantara yang berbhineka ini.

“Dimana bumi dipijak, di situ bumi dijunjung”, kata pengajaran lainnya, Wiji Utomo, yang berharap bahwa selama mereka ada di Surabaya bisa belajar semaksimal mungkin tentang Surabaya. Diantaranya tentang budaya Surabaya.

Sementara bagi seorang mahasiswa, yang berasal dari ꦱꦸꦩꦠꦿꦈꦠꦫ Sumatra Utara, kegiatan belajar aksara Jawa ini mengingatkan dirinya bahwa di Sumatera Utara juga ada aksara lokal.

“Saya pernah belajar aksara ꦧꦠꦏ꧀ Batak ketika masih di Sekolah Dasar”, katanya.

Melalui kegiatan belajar aksara Jawa di Surabaya menjadi pengingat mereka, yang di daerahnya masih memiliki aksara sendiri sendiri. Aksara aksara, yang masih ada dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia inilah, yang selanjutnya disebut sebagai Aksara Nusantara.

“Meskipun dalam waktu ꦱꦠꦸꦗꦩ꧀ satu jam tidak bisa menguasai aksara Jawa, minimal kalian diingatkan apakah di daerah kalian masing masing masih punya aksara lokal, aksara Nusantara”, jelas Nanang yang memberi muatan belajar aksara Jawa kepada para mahasiswa Nusantara.

Ginanjar dan Wiji Utomo mendampingi para mahasiswa. Foto: nanang

Dalam kegiatan ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa pada Rabu sore itu, para mahasiswa belajar menulis aksara dan berakhir dengan menulis nama masing masing dengan menggunakan aksara Jawa. Sinau aksara, yang dibimbing oleh dua pengajar Puri Aksara Rajapatni ini, Ginanjar dan Wiji Utomo, berakhir dengan penulisan masing masing nama pada gantungan kunci, yang selanjutnya menjadi souvenir sebagai kenang kenangan dari Surabaya.

Salah seorang mahasiswa dari Papua sangat tertarik dengan aksara Jawa sebagai bagian dalam mengenal budaya lokal. Foto: nanang

Di antara para mahasiswa itu adalah mereka yang berasal dari ꦥꦥꦸꦮ Papua. Belajar aksara Jawa di Surabaya telah memberinya cara dalam mengenal budaya Surabaya.

Setelah kegiatan dalam kelas di ruang Galery Radar Surabaya, selanjutnya mereka diajak jalan jalan di Kota Lama Surabaya. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *