Rajapatni.com: Surabaya (22/8/24) – Masih dalam suasana peringatan Hari Ulang Tahun ꦏꦼꦩꦼꦂꦣꦺꦏꦄꦤ꧀ Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 di bulan Agustus 2024, Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Surabaya mengajak penghuninya menjelajah Surabaya. Mereka adalah para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang mendapat beasiswa dari negara untuk belajar di beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Surabaya. Ada 25 mahasiswa menjelajah Surabaya dengan mengunjungi Monumen Tugu Pahlawan, Kota Lama Surabaya dan belajar menulis Aksara Jawa. Jelajah Surabaya ini pada Rabu 21 Agustus 2024.
Tujuan pertama dalam ꦗꦼꦭꦗꦃ Jelajah Kota Surabaya adalah Monumen Tugu Pahlawan. Banyak mahasiswa, yang sudah mendengar nama Tugu Pahlawan, tapi belum pernah dan belum berkesempatan berkunjung. Mereka tau bahwa Tugu Pahlawan adalah simbol penghargaan atas para pahlawan dan pendahulu yang gugur dalam peristiwa mempertahankan kedaulatan bangsa di bulan November 1945.
Selain dipaparkan peristiwa heroik, yang kemudian ꦥꦼꦕꦃꦥꦼꦫꦁ pecah perang pada 10 November 1945, mereka juga mendapat penjelasan tentang awal mula Surabaya yang kala itu masih sebagai sebuah desa di tepian sungai (naditira pradesa). Nama Surabaya tertulis pada sebuah prasasti yang dibuat oleh Raja Majapahit, Hayam Wuruk, pada 1358. Tepatnya pada 7 Juli 1358 M.
Adapun nama Surabaya sebagaimana tertulis pada prasasti yang beraksara Kawi itu berbunyi Syurabhaya (ꦯꦸꦫꦨꦪ). Sedangkan dalam aksara Jawa yang berarti dewa buaya adalah Surabaya (ꦱꦸꦫꦧꦪ).
Sesuai dengan yang tertulis pada ꦥꦿꦱꦱ꧀ꦠꦶ prasasti, “Syurabhaya” artinya “berani menghadapi bahaya”. Sementara kata yang dipakai sekarang tertulis “Surabaya”, artinya “dewa buaya”. Ada pergeseran makna dari Syurabhaya (berani menghadapi bahaya) ke Surabaya (dewa buaya).
“Lho….?!”, celetuk salah satu mahasiswa.
Yang lebih mengejutkan para ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ mahasiswa adalah begitu mereka mengetahui makna bangunan Tugu Pahlawan. Umumnya publik tau bahwa bangunan fisik Tugu Pahlawan ini menggambarkan peristiwa tanggal 10 bulan November tahun 1945.
“Melalui monumen Tugu Pahlawan ini, kita diharapkan tidak melupakan sejarah. Tugu Pahlawan adalah sebuah refleksi masa lalu”, jelas Nanang, Ketua ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, yang memandu rombongan mahasiswa Nusantara ini.
“Ingat, Tugu Pahlawan juga mengandung makna proyeksi masa depan. Melalui ꦠꦸꦒꦸꦥꦃꦭꦮꦤ꧀ Tugu Pahlawan, kita diingatkan apa yang harus generasi penerus ini lakukan dalam menyongsong masa depan. Misalnya dalam 100 tahun setelah kemerdekaan, yaitu tahun 2045”, tambah Nanang mengingatkan para mahasiswa tentang apa yang harus mereka lakukan dalam mengisi kemerdekaan guna meraih cita cita para pendahulu.
Bahwa pesan proyeksi masa depan itu berada pada ꦒꦸꦤꦸꦔꦤ꧀ gunungan (segitiga runcing di atas) berwarna keemasan yang melingkar saling mengait sebagai gambaran persatuan pada pangkal tugu.
“Di setiap gambar gunungan ini ada relief lingga-yoni yang menyimbolkan sebuah konsepsi yang melahirkan senjata dewa Wisnu berupa gambar Cakra dengan puncak bergambar Trisula”, lanjut Nanang yang menggambarkan hadirnya anak manusia yang berkualitas dan dahsyat dalam meraih cita cita bangsa.
Setelah mengetahui makna dari Tugu Pahlawan yang ternyata tidak hanya bermakna Refleksi (sejarah masa lalu), tetapi juga mengandung makna ꦥꦿꦺꦴꦪꦺꦏ꧀ꦱꦶ Proyeksi (harapan) masa depan.
Nanang pun meminta mahasiswa sebagai voluntir untuk menjelaskan mimpi tentang masa depannya. Salah satu di antaranya adalah pemuda asal ꦥꦥꦸꦮ Papua yang akrab dipanggil Boy. Ia bermimpi menjadi seorang pengusaha.
Setelah berorientasi tentang Tugu Pahlawan dan kisah Surabaya di bawah lebatnya ꦥꦼꦥꦺꦴꦲꦺꦴꦤꦤ꧀ pepohonan, mereka diajak mendekat ke Tugu Pahlawan dan masuk ke dalam Museum Tugu Pahlawan. (PAR/nng).