Rajapatni.com: Surabaya (13/10/24) – Tania, seorang mahasiswi jurusan bahasa Inggris semester 3 di Universitas Terbuka, mengaku ꧌ꦱꦼꦭꦲꦶꦤ꧀ selain Bahasa Inggris juga gemar belajar Aksara asing seperti Korea dan Jepang. Menariknya kegemaran terhadap Aksara Korea dan Jepang ini bukan diperoleh secara ꧌ꦥ꦳ꦺꦴꦂꦩꦭ꧀꧍ formal di bangku sekolah dan kuliah. Tetapi Ia belajar sendiri secara otodidak, terutama Aksara Hangeoul Korea.
꧌ꦠꦤꦶꦪ꧍ Tania mengaku belajar Aksara Korea melalui ꧌ꦮ꦳ꦶꦝꦶꦪꦺꦴ꧍ video lagu lagu k-pop, yang disisipi subtitle Hangeoul, Aksara Korea. Ternyata pengalaman ini sudah dilakukannya sejak ꧌ꦌꦱ꧀꧈ꦌꦩ꧀꧈ꦥꦺ꧉꧍ SMP. Sekarang, ketika sudah kuliah, Ia bisa menulis Aksara Hangul.

Pengalaman ini disampaikan ketika Ia mengikuti kegiatan belajar Aksara Jawa di Museum Pendidikan ꧌ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya pada Sabtu (12/10/24), yang diselenggarakan oleh ꧌ꦥꦹꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni. Tania menceritakan mengapa dirinya tertarik belajar Aksara Jawa bersama Puri Aksara Rajapatni.
“Saya pernah ke Siola dan di sana saya melihat ada tulisan Aksara Jawa di Kantor Kantor Dinas. Lalu ketika saya bermain main di Kota Lama Surabaya, saya juga melihat banner yang menggambarkan kawasan kota lama. Pada banner itu bertuliskan Aksara Jawa. Saya lihat di banner itu ada nama Puri Aksara Rajapatni. Saya ꧌ꦧꦼꦂꦥ꦳ꦶꦏꦶꦂ꧍ berfikir apakah Puri Aksara Rajapatni ini sebuah komunitas yang IG nya sudah saya ikuti. Lalu saya mendaftar untuk ikut Sinau Aksara Jawa”, begitu cerita Tania yang akhirnya bergabung belajar Aksara Jawa yang diadakan di Museum Pendidikan Surabaya.
Museum Pendidikan Surabaya menjadi tempat yang mempertemukan peserta Sinau Aksara Jawa dengan ꧌ꦧꦼꦟ꧀ꦝ꧍ benda bersejarah yang menjadi koleksi di sana, khususnya manuskrip yang beraksara Jawa.

“Museum ini memiliki nilai sejarah terkait dengan dunia pendidikan. Yaitu pernah digunakannya museum ini sebagai sekolah ꧌ꦠꦩꦤ꧀ꦱꦶꦱ꧀ꦮ꧍ Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Di tempat ini kami mengenalkan dan mengajarkan Aksara Jawa, yang selanjutnya mengajak peserta melihat manuskrip beraksara Jawa yang dikoleksi di museum ini”, terang Ita Surojoyo, pengajar Aksara Jawa yang sekaligus sebagai pendiri Puri Aksara Rajapatni.
“Saya berniat belajar Aksara Jawa dengan Puri Aksara Rajapatni ini karena saya merasa malu kepada diri saya sendiri. Lho, saya ini bisa Aksara Hangul Korea dan ꧌ꦏꦚ꧀ꦗꦶꦗꦼꦥꦁ꧍ Kanji Jepang, kok saya gak mengerti Aksara Jawa. Saya tidak bisa membaca tulisan yang terpampang di Kantor Kantor Dinas dan di Kota Lama ya”, jelas Tania dalam instropeksinya.
Di kelas Sinau Aksara Jawa, ꧌ꦠꦤꦶꦪ꧍ Tania pun menunjukkan kemampuan menulis Aksara Korea di sela sela belajar menulis Aksara Jawa. Kemampuan menulis Aksara Korea sungguh lancar. Sementara kemampuannya menulis ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa masih perlu dituntun.

Pada lembar kerja Sinau Aksara Jawa, Tania menuliskan Aksara Hangul pada ꧌ꦱꦼꦠꦶꦪꦥ꧀꧍ setiap Aksara Jawa pada lembar kerja Sinau.

“Nah, ini Aksara Korea untuk Aksara Ha, Na, Ca, Ra, Ka….” jelas Tania yang menuliskan Aksara Korea di atas setiap Aksara Jawa.
Sementara menurut Ita Surojoyo, lembar kerja Aksara Jawa dengan ꧌ꦅꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦱꦶ꧍ instruksi Bahasa Inggris adalah salah satu upaya memperkenalkan Aksara Jawa secara ꧌ꦒ꧀ꦭꦺꦴꦧꦭ꧀꧍ global. Para peserta Sinau Aksara Jawa tidak menutup kemungkinan adalah mahasiswa asing atau warga ekspatriat.

“Pernah ada rombongan mahasiswa ꧌ꦅꦔ꧀ꦒꦿꦶꦱ꧀꧍ Inggris, yang belajar Aksara Jawa sebanyak dua kali pertemuan. Pertama diadakan di kelas Kampus. Hari ke-dua di Museum Pendidikan ini”, pungkas Ita. (PAR/nng)