Budaya :
Rajapatni.com: SURABAYA – Acara buka puasa bersama antar umat beragama dan kepercayaan di Gereja Katolik St Yakobus di komplek Citraland pada Selasa (11/3/25) seolah terbungkus dalam budaya. Keragaman busana, yang dikenakan para hadirin, menunjukkan kenusantaraan. Termasuk masing masing pembicara dari agama dan kepercayaan yang berbeda beda berbicara dan berbagi hal yang sama. Yaitu makna puasa. Mereka punya cara berpuasa masing masing menurut cara dan aturan masing masing.

Puasa merupakan ibadah yang dapat menjadi momen untuk menginternalisasi nilai-nilai agama, seperti kasih sayang, kejujuran, pengorbanan, kebaikan bersama, dan tanggung jawab sosial.
Menurut H Nur Wahib mewakili Islam bahwa puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan terutama di bulan Ramadhan, yang merupakan salah satu dari lima Rukun Islam.
Menurutnya, puasa dilakukan dengan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Sementara dari perspektif agama Hindu, Winarno S.Ag dari Pura Kertabumi menyampaikan bahwa puasa itu berasal dari bahasa Sanskerta उपवास UPAVĀSA. Ini menunjukkan bahwa Umat Hindu memiliki tradisi puasa. Yaitu melakukan tradisi Upavasa.
Sementara dalam perspektif Katolik memandang bahwa puasa adalah tindakan sukarela untuk tidak makan atau minum pada hari-hari tertentu, seperti Rabu Abu dan Jumat Agung.
Puasa dilakukan sebagai bentuk pertobatan, permohonan doa, dan persiapan untuk sesuatu.
Secara umum, apapun agama dan kepercayaannya bahwa puasa mempunyai tujuan untuk meningkatkan ketakwaan, mendapatkan ampunan, dan sebagai penghapus dosa.
Di sana, puasa memiliki hikmah spiritual, yang bisa berdampak pada nilai sosial karena dengan puasa seseorang bisa merasakan lapar dan empati kepada sesama yang sedang merasakan lapar. Puasa bisa meningkatkan derajat rasa kesetiakawanan sosial.
Talkshow “Puasa dalam perspektif antar agama dan kepercayaan” berakhir saat adzan maghrib berkumandang. Maka dipersilakanlah para hadirin untuk menikmati hidangan, utamanya bagi umat muslim yang menunaikan ibadah puasa.
Umat Muslim Beribadah di dalam Gedung Gereja.
Suasana buka bersama ini penuh toleransi. Hadirin dari latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda merasakan hal yang sama. Menikmati rasa yang sama, diantaranya rasa soto, kopi, kacang, kurma, buah semangka dan jeruk. Tidak ada perbedaan dalam cita rasa Nusantara.
Tidak lupa, umat muslim yang selepas buka puasa juga dipandu ditunjukkan tempat sholat yang berada di ruangan di dalam gedung gereja Katolik St Yacobus di Komplek Citraland Surabaya.

Keberagaman Nusantara juga tampak pada ragam busana yang mereka kenakan. Ada adat Bali, Jawa, Sunda dan lainnya membungkus buka bersama. Lagu lagu yang dikumandangkan pun bernuansa Nusantara. Ternyata segala perbedaan pun bisa sewadah dalam giat budaya.
Buka bersama menyatukan perbedaan. Perbedaan bukan jembatan pemisah. Perbedaan adalah keindahan. Bagai beragam warna bunga, yang terangkai dalam satu vas. Itulah Nusantara. (PAR/nng)