Kampung Rempah di Kota Lama Maknai Surabaya Sebagai Jalur Rempah.

Rajapatni.com: Surabaya (22/7/24) – Tidak jauh dari pusat kota lama Surabaya ada perkampungan yang menamakan diri ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦉꦩ꧀ꦥꦃ Kampung Rempah. Kampung ini ada di wilayah RW11 Kelurahan Krembangan Selatan. Letaknya ada di sebelah Barat Daya dari pusat Kota Lama Surabaya.

Disana ada nama jalan Mrico, Jinten, ꦗꦒꦫꦒ Jagaraga, Kunir, Adas dan Kapulaga. Tidak salah jika Ketua RW 11, Eleyanoor Pelupessy dan pemuka warga, yang salah satunya adalah Tini Coren, mengangkat wilayahnya menjadi nama Kampung Rempah.

A H. Thony (baju putih) beserta Eleyanoor Pelupessy (kedua dari kiri) Ketua RW 11 Krembangan Selatan menitih Kampung Rempah di Surabaya. Foto: Ricky for Rajapatni

ꦉꦩ꧀ꦥꦃꦉꦩ꧀ꦥꦃ Rempah rempah adalah komoditi dagang lama yang diburu oleh bangsa asing di Nusantara. Umumnya ada di wilayah Indonesia Timur seperti Maluku dan sekitarnya. Namun, ada juga produk rempah yang berasal dari pedalaman Jawa.

Di era Kerajaan ꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀ Majapahit, salah satu kekuatan armada maritimnya di gugus 5, yang bertugas di Laut Jawa, menjaga jalur maritim untuk pelayaran yang menghubungkan pedalaman Jawa melalui jalur sungai dan wilayah Timur Indonesia. Dari dua titik (pedalaman Jawa dan Timur. Nusantara) titik temunya di Surabaya.

Pada zaman itu di abad ke 14 dan 15, pelabuhan Surabaya masih belumlah di ꦠꦚ꧀ꦗꦸꦁꦥꦺꦫꦏ꧀ Tanjung Perak seperti sekarang tetapi di pusat perdagangan Surabaya kala itu dengan sungai sebagai pelabuhan dagangnya. Dimanakah pelabuhan dagang sungai itu?

Lokasinya berada di kawasan yang sekarang adalah ꦥꦼꦕꦶꦤꦤ꧀ Pecinan, yang waktu itu sudah dikenal dengan nama 泗水 Su-Sui atau Si Shui. Posisinya di Timur sungai Kalimas. Ketika bangsa Eropa mulai menjejakkan kaki di Surabaya, mereka memilih bermukim di Barat sungai Kalimas. Berseberangan dengan etnis Pecinan.

Selain itu ada juga kawasan permukiman yang tidak jauh dari sungai ꦥꦼꦒꦶꦫꦶꦄꦤ꧀ Pegirian. Yaitu kawasan Ampel Denta yang menjadi lokasi permukiman yang dihuni oleh pengikut Raden Rahmad yang selanjutnya dikenal dengan nama Sunan Ampel. Di lokasi masjid Ampel terdapat gapura dengan relief bunga dan daun cengkih, salah satu komoditas rempah rempah kala itu.

Menurut Profesor Suparto Wijoyo, dosen Sekolah ꦥꦱ꧀ꦕꦱꦂꦗꦤ Pasca Sarjana Universitas Airlangga (Unair) bahwa relief cengkeh pada garupa komplek Masjid dan makam Sunan Ampel ini adalah wujud legitimasi Rempah rempah sebagai produk Nusantara, dimana Surabaya sebagai bagian dari Jalur perdagangan rempah.

Sungai Kalimas dan sungai Pegirian adalah ꦈꦫꦠ꧀ꦤꦣꦶ urat nadi perhubungan dan perdagangan yang menghubungkan pedalaman dengan perairan laut. Perkembangan zaman dengan perubahan perubahan yang menyertainya menjadikan kawasan pelabuhan sungai semakin ramai hingga pelabuhan laut mulai dibangun pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Selanjutnya pelabuhan laut ini dikenal dengan nama Tanjung Perak.

Ketika pada pasca kemerdekaan, pada awal tahun 1950-an, pemerintah kota Surabaya mengganti seluruh nama nama jalan yang berbau asing menjadi nama nama yang ꦧꦼꦂꦏꦼꦄꦫꦶꦥ꦳ꦤ꧀ꦭꦺꦴꦏꦭ꧀ berkearifan lokal, maka nama nama rempah menggantikan nama nama jalan yang berbau Belanda di kawasan Krembangan, termasuk yang sekarang bernama rempah rempah.

Kekunoan di Kampung Rempah. Foto: Ricky for Rajapatni

Bukan tanpa alasan mengapa nama rempah rempah disematkan di perkampungan yang mulai dulu sudah dihuni oleh warga yang berasal dari ꦄꦩ꧀ꦧꦺꦴꦤ꧀ Ambon dan Maluku. Di kawasan Krembangan ini terkenal dengan perkampungan Ambon dan warga yang secara etnis berasal dari wilayah Indonesia Timur. Kita ambil contoh nama nama perangkat RW 11 dan warga di Kampung Rempah ini seperti Eleyanoor Pelupessy, Tini Coren, Lucas Tahitu, Linda Tahitu dan Leonard Ajawaila.

 

Memaknai Kampung Rempah

Mengetahui potensi sejarah dalam kaitannya dengan ꦉꦩ꧀ꦥꦃꦉꦩ꧀ꦥꦃ rempah rempah, A. Hermas Thony, wakil ketua DPRD Surabaya melihat dari dekat perkampungan ini pada Senin petang (21/7/24). Kehadiran Thony disambut oleh perangkat RW dan warga. Salah satu pengurus RW, Tini Coren, menjelaskan bahwa di kampungnya sudah ada usaha UMKM yang memproduksi aneka minuman herbal yang berbasis pada temah rempah. Selain itu mereka juga ada gerakan menanam tumbuhan rempah.

Jagong budaya dengan warga Kampung Rempah. Foto: Ricky for Rajapatni

“Kami juga menanam ꦩꦼꦫꦶꦕ merica di pot pot dan aneka tanaman herbal lainnya”, jelas Tini Coren dalam obrolan santai di sebuah rumah kuno di jalan Kunir.

Untuk lebih memaknai Kampung Rempah, Thony menyarankan agar kumpulan RW bisa membuat sebuah ꦏꦺꦴꦥꦼꦫꦱꦶ koperasi untuk usaha yang berbasis pada rempah rempah.

“Dari koperasi itu bisa turut memperdagangkan rempah rempah yang barangnya bisa ambil dari pedagang rempah di Jalan Panggung. Jadi ada kegiatan yang menggambarkan kampung sebagai Kampung Rempah”, jelas Thony.

Di kawasan ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦉꦩ꧀ꦥꦃ Kampung Rempah ini masih terdapat rumah rumah kuno yang menjadi cerminan kekunoan kawasan ini. Tidak hanya rumah, tapi ada pula industri yang masih beroperasi. Yaitu pabrik coklat, Welco. Di zaman VOC di abad 17 dan 18, produk produk dagangnya berbasis rempah rempah. Di era Hindia Belanda, produknya beralih ke produk perkebunan seperti gula,dan coklat (kalau). Sampai sampai di kota Amsterdam ada replika kapal VOC, yang dibuat dengan berbandingan 1:1 dengan menyuguhkan isi kapal yang berupa rempah rempah dari Indonesia.

Kini saatnya ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦉꦩ꧀ꦥꦃ Kampung Rempah Krembangan bisa menjadi etalase dan showcase Rampah rempah Nusantara di Surabaya. Ini untuk mendukung Kota Lama Surabaya.

 

Kalimas

Sungai Kalimas sudah dikenal sebagai jalur dan ꦈꦫꦠ꧀ꦤꦣꦶ urat nadi perdagangan, perekonomian dan perhubungan di zaman kolonial. Kalimas juga secara alami menjadi bagian dari Kota Lama yang menjadi kawasan wisata baru di Surabaya. Kisah rempah rempah yang sudah dikenal di era Sunan Ampel layak disuguhkan sebagai bagian dari atraksi kota Lama Surabaya. Maka kelak bisa terkoneksi antara Kalimas dan kampung Rempah Krembangan.

Thony mengamati pengerukan sungai Kalimas. Foto: nanang

“Penataan sungai Kalimas sedang berjalan. Kelak Kalimas akan memberi makna pada Kota Lama. Kalimas akan menjadi ꦌꦠꦭꦱꦼꦱꦼꦗꦫꦃ etalase sejarah jalur rempah yang harus kita buat sebagai kebanggaan produk Nusantara di Surabaya” jelas Thony dalam upaya memanfaatkan Sungai Kalimas dalam mendukung Kota Lama.

Langkah ini juga menjadi suatu pemikiran dalam ꦥꦿꦺꦴꦱꦺꦱ꧀ proses pengembangan Kawasan Kota Lama Surabaya.

“Perlu ada geliat ekonomi yang berbasis pada sejarah. Sejarah rempah rempah di Surabaya pasti bisa menjadi dasar kegiatan ekonomi yang ramah sejarah lokal”, tambah Thony.

Thony malam itu, Senin malam (21/7/24) beserta warga ꦧꦼꦂꦏꦼꦭꦶꦭꦶꦁ berkeliling kawasan Kampung Rempah dan melihat dari dekat rumah rumah vintage yang masih berdiri. (Nanang).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *