Rajapatni,com: Surabaya (17/10/24) – Sekelompok anak muda ini bergulat dan bergelut memadukan kompendium tradisional dengan teknologi modern dalam ajang Sinau Aksara Jawa. Kompendium tradisional itu adalah aksara Jawa, yang keberadaannya semakin langka dan tergerus zaman.
Melalui ajang Sinau Aksara Jawa, mereka diajak kembali mengenal aksara Jawa melalui belajar menulis baik secara manual maupun digital. Adalah Puri Aksara Rajapatni, komunitas aksara Jawa Surabaya, yang menyelenggarakan kegiatan Sinau Aksara Jawa itu.

Seperti halnya Aksara Jawa sendiri, yang tergolong minoritas di kota modern Surabaya, komunitas Puri Aksara Rajapatni juga terdiri dari orang orang terbatas. Jumlahnya dapat dihitung jari. Maklum, tidak banyak orang memiliki kepedulian terhadap aksara Jawa seperti mereka. Mereka adalah relawan yang mau membagikan pengetahuan dan keterampilan mereka kepada orang lain, meski tidak dibayar.
Latar belakang mereka bervariasi. Mayoritas bukan berlatar belakang sastra Jawa atau pengajar aksara Jawa. Mereka adalah politisi, jurnalis, sarjana teknik, sarjana bahasa Inggris, seniman dan seorang guru dan mahasiswa bahasa Jawa. Namun kepedulian mereka terhadap aksara Jawa yang merupakan identitas bangsa sangatlah besar sehingga melalui jalur dan kapasitas masing masing mampu membangun sebuah wadah dalam upaya pelestarian aksara Jawa.
Mereka berada dalam biduk kecil, yang bernaung di bawah payung Undang Undang tentang Pemajuan Kebudayaan dan melaju harmonis menentang gelombang mengenalkan aksara jawa kepada sesama yang kadang berbeda bangsa. Dari sesama yang berbeda kebangsaaan ini justru diperoleh pemahaman yang lebih baik dalam upaya pelestarian aksara Jawa.
Jika mereka yang berbeda kebangsaan seperti orang Jepang, Inggris, Jerman dan Amerika mau mengenal aksara Jawa, mengapa orang Jawa tidak. Ini ironis memang. Bagi kelompok kecil ini, fakta ini menambah semangat dalam upaya pelestarian aksara jawa.
Puri Aksara Rajapatni menyelenggarakan kegiatan Sinau Aksara Jawa ini dengan bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya dengan dipinjamkannya fasilitas gedung museum sebagai tempat kegiatan Sinau Aksara Jawa.
Menurut MT Agus, kurator museum, melalui fasilitas museum, para pembelajar aksara Jawa ini bisa secara langsung melihat dan mengenali manuscript yang bertuliskan aksara Jawa. Dengan belajar aksara Jawa, para pembelajar bisa mengenal tulisan atau aksara yang digunakan pada manuskrip yang menjadi koleksi museum. Jadi belajar aksara Jawa di museum sama dengan memberikan akses kepada pembelajar untuk mengenal koleksi museum, utamanya manuskrip yang beraksara Jawa.
Dalam kegiatan ini, para pembelajar tidak hanya belajar aksara jawa untuk dirinya, di penghujung kegiatan, ada tugas akhir yang menyuruh pembelajar membuat banner bertuliskan aksara jawa yang kemudian diberikan kepada warung penjual makanan. Selain berbakti sosial membantu sesama menata warung agar tampak rapi, penulisan aksara pada banner menjadi upaya perpanjangan ilmu yang mereka dapatkan. Mereka ikut mengkampanyekan aksara Jawa pada publik.
Selama ini hingga bulan Oktober 2024 sudah ada lima gelombang, kelompok belajar. Setiap kelompok belajar terdiri dari lima kali pertemuan, yang bertemu setiap hari Sabtu di gedung Museum Pendidikan Surabaya. Setiap kelompok belajar dibatasi maksimal 10 peserta. Pesertanya bervariasi mulai dari umum hingga anak sekolah, dan mahasiswa. Kegiatan ini free dan tidak dipungut biaya.
Melalui kegiatan Sinau Aksara Jawa ini, komunitas aksara jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni menyambung peradaban yang terputus menjadi jembatan peradaban tradisional dan modern .(PAR/nng)