Rajapatni.com: Surabaya (4/6/24) – GANTUNGAN kunci, yang berbentuk hati dan persegi panjang dengan luasan sekitar 10 cm persegi, memang tidak selebar satu halaman ꦏꦼꦂꦠꦱ꧀ kertas HVS sebagai media tulis. Namun gantungan kunci itu menyimpan makna sedalam lautan Atlantik, yang menyatukan daratan Eropa dan Asia. Ini luar biasa!
Gantungan kunci itu adalah media tulis, yang digunakan mahasiswa Universitas Staffordshire, UK, dalam kegiatan Sinau Aksara Jawa di Museum Pendidikan Surabaya pada Selasa pagi (4/6/24). Ada enam belas mahasiswa asal UK, yang sedang berada di Surabaya dalam rangka belajar budaya setempat menulis aksara Jawa. Kali ini mereka menulis aksara jawa pada media ꦒꦤ꧀ꦠꦸꦔꦤ꧀ꦏꦸꦚ꧀ꦕꦶ gantungan kunci yang terbuat dari kayu.
Karena alasan inilah gantungan kunci yang luasnya sekitar 10 cm persegi itu memiliki arti sedalam lautan Atlantik, yang mampu menghubungkan daratan Eropa dan Asia. Makna aksara Jawa, yang digoreskan pada media gantungan kunci oleh ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ mahasiswa asal Inggris, menjadi sesuatu yang bermakna.
Arti gantungan kunci bertuliskan aksara Jawa hasil karya mahasiswa asal ꦆꦁꦒꦿꦶꦱ꧀ Inggris cukup besar. Bagi mereka, pengalaman belajar aksara Jawa dengan menulis pada gantungan kunci ini menjadi buah tangan dan sekaligus buah hati dari suatu peradaban kuno yang mereka pelajari di bumi Nusantara. Yaitu Aksara Jawa.
Waktu belajar memang terlalu singkat. Hanya dua kali 1,5 jam dalam dua hari, Senin dan Selasa (3-4/6/24). Namun demikian, mereka mendapat kesan mendalam dari belajar budaya Jawa dari ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya.
Menurut ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo, hasil pembelajaran menulis masing masing nama pada sehelai kertas pada Senin (3/6/24), perlu didokumentasikan pada media yang bisa menjadi cinderamata. Yaitu pada gantungan kunci. Ini bukanlah sekedar gantungan kunci, tetapi memorabilia yang menjadi gabungan aktualisasi pikiran dan perasaan ketika mempelajari kebudayaan lokal di Surabaya.
Sebelum memulai menulis pada bidang gantungan kunci, ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo mengingatkan pada semua peserta untuk berlatih menulis lagi pada lembar kertas agar tidak terjadi kesalahan pada penulisan di media gantungan kunci.
Diantara mereka ada yang terlebih dahulu menulis dengan menggunakan pensil untuk mengukur ꦏꦺꦴꦩ꧀ꦥꦺꦴꦱꦶꦱꦶ komposisi ruang pada bidang gantungan kunci. Setelah cukup, maka mereka menulis dengan menggunakan spidol. Hasilnya luar biasa bagi tangan tangan yang belum terbiasa menulis aksara Jawa.
“Dengan menggunakan media gantungan kunci, maka aksara Jawa akan melanglang ke ꦤꦼꦒꦼꦫꦶꦆꦁꦒꦿꦶꦱ꧀ negeri Inggris”, ujar Ita.
Di British Library sendiri, beberapa manuskrip beraksara Jawa sudah menghuni perpustakaan di sana. Cuma keberadaannya sangat terbatas dan dalam lingkup yang eksklusif. Dengan pendekatan populer seperti yang diajarkan oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, maka Aksara Jawa akan berada di publik Inggris. Guna menyertai gantungan kunci yang nantinya akan terbang ke Inggris, Ita menghadiahkan karya literasi buku anak berbahasa dan aksara Jawa “Titi Tikus Ambeg Welas Asih” kepada dosen pendamping Marc.
Karenanya Ita menggagas menulis Aksara Jawa pada gantungan kunci agar Aksara Jawa akan dilihat oleh mata publik. Setidaknya gantungan kunci beraksara Jawa akan menjadi ꦩꦺꦣꦶꦪꦏꦺꦴꦩꦸꦤꦶꦏꦱꦶ media komunikasi dan diplomasi yang akan diceritakan oleh peserta di lingkungannya masing masing begitu mereka pulang ke kampung halaman.
ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni memang berusaha memperkenalkan Aksara Jawa kepada siapapun baik di Nusantara maupun ke Mancanegara. Targetnya adalah semakin banyak orang menggunakan Aksara Jawa. Dimana mana di dunia ini banyak ditemui warga dari etnis Jawa.
Setelah masing masing peserta ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa menyelesaikan menulis namanya pada gantungan kunci, masing masing secara bergantinya menyampaikan kesan setelah belajar menulis Aksara Jawa. (nanang PAR)*