Rajapatni.com: Surabaya (5/6/24) – Di penghujung kegiatan belajar menulis Aksara Jawa di Museum Pendidikan Surabaya pada Selasa (4/6/24), enam belas mahasiswa Staffordshire, UK, merasakan adanya hubungan antara belajar Aksara Jawa di museum dan ꦩꦤꦸꦱ꧀ꦏꦿꦶꦥ꧀ manuskrip beraksara Jawa yang menjadi koleksi Museum.

Mengawali sinau pada Selasa pagi, memang dijelaskan oleh pendiri ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, Ita Surojoyo, bahwa di museum inilah komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni menggelar kegiatan Sinau Aksara Jawa secara gratis untuk umum. Alasan pentingnya adalah para pembelajar bisa mengenal manuskrip Aksara Jawa yang dikoleksi di museum ini. Meski belum dan tidak bisa membaca manuskrip yang ada, setidaknya para pembelajar lewat ajang Sinau Aksara Jawa, bisa membaca Aksara yang digunakan dalam manuskrip tersebut.
Misalnya, salah satu dari mahasiswa dari Inggris yang diajak untuk mengenali Aksara apa saja yang tertulis pada ꦩꦤꦸꦱ꧀ꦏꦿꦶꦥ꧀ manuskrip disana. Sambil memperhatikan Aksara yang tertulis pada manuskrip dengan seksama, lalu disebutnya NA (ꦤ). Luar biasa! Meski hanya satu Aksara, mereka sudah dekat dengan manuskrip. Mereka mengenali aksara.

Dalam sesi feedback, setiap peserta memang diminta untuk berbagi ꦏꦺꦴꦩꦺꦤ꧀ꦠꦂ komentar tentang apa saja yang telah mereka dapatkan atau pelajari dalam waktu yang singkat, dua kali 1,5 jam selama dua hari.
Dari komentar mereka, secara umum dapat dipetik satu pendapat bahwa belajar Aksara Jawa bisa mendekatkan pada ꦏꦂꦪꦕꦶꦥ꧀ꦠ karya cipta peradaban suatu masa. Bahkan bisa dikenali pula pola pikir dan pola rasa dari peradaban itu. Dengan demikian ada kesinambungan antara masa lalu dan masa sekarang dan tentunya untuk masa depan.
Dalam manuskrip ada kalanya mengandung cara cara ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ tradisional dan teknologi tradisional, yang pernah dilakukan oleh masyarakat pada zamannya dan untuk dipraktekkan untuk masa sekarang dan mendatang.

Kunjungan museum oleh mahasiswa dari Staffordshire, UK, ini memang dirancang oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni untuk menambah khazanah pengetahuan mereka tentang budaya Indonesia, khususnya di Surabaya. Apalagi belajar Aksara Jawa ada korelasinya dengan manuskrip yang menjadi artefak Museum.
Tour museum ini dipandu oleh Nanang Purwono (Ketua ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni) karena ada kaitannya dengan sejarah Aksara di Jawa dan bahkan di Nusantara. Tour diawali dari ruang era Pra Aksara, era Kerajaan di mana Aksara Aksara kuna sudah mulai dikenal baik yang ditulis pada media kertas, daluwang dan daun lontar. Kemudian masuk pada masa Kolonial, Kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. Ini semua untuk menambah pemahaman mereka tentang citra pendidikan dari zaman ke zaman di Indonesia.

Sebetulnya ada sejumlah manuskrip beraksara Jawa yang disimpan di Inggris, seperti yang menjadi koleksi The British Library.
Mengapa Inggris memilikinya? Silakan terka dan duga! (Tim PAR)*