Rajapatni.com: SURABAYA – Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon mengingatkan kembali harapannya untuk bisa ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦝꦶꦏꦤ꧀꧍ menjadikan Indonesia sebagai Ibukota Budaya Dunia. Ucapan itu disampaikan dalam sebuah ꧌ꦮꦼꦧꦶꦤꦂ꧍ webinar pidato Kebudayaan yang digelar oleh Afiliasi pengajar, peneliti budaya, bahasa Sastra, komunikasi, seni, dan desain (Apebskid) dan ISI Surakarta pada Sabtu pagi, 28 Desember 2024. Webinar ini diikuti oleh hampir ꧌꧇꧒꧐꧐꧇ꦥꦼꦱꦼꦂꦡ꧍ 200 peserta se-Indonesia.
Dasar harapan menjadikan Indonesia sebagai Ibukota Budaya Dunia adalah bahwa Indonesia ini adalah negara yang sangat kaya akan ꧌ꦏꦼꦫꦒꦩꦤ꧀꧍ keragaman budaya, yang teruntai mulai ujung Barat negeri di Aceh hingga ꧌ꦈꦗꦸꦁ꧍ ujung Timur negeri di Papua.
Untuk itu: ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦒ꧍ menjaga, merawat, mengembangkan, melestarikan hingga memanfaatkan agar menjadi modal ꧌ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦔꦸꦤꦤ꧀꧍ pembangunan bangsa, yang pada gilirannya bisa mensejahterakan masyarakatnya, adalah tugas ꧌ꦱꦼꦩꦸꦮ꧍ semua elemen bangsa.
Tugas ini tidak mudah dan tidak bisa dipikul oleh satu pihak saja. Semua pihak, stakeholders, elemen harus bahu membahu dalam satu roda ꧌ꦏꦼꦂꦙꦱꦩ꧍ kerjasama yang harmonis dan menguntungkan. Inilah yang kemudian disebut ꧌ꦏꦺꦴꦭꦧꦺꦴꦫꦱꦶ꧍ Kolaborasi Pentahelix. Yaitu kolaborasi yang melibatkan lima unsur yang terdiri dari pemerintah, swasta, ꧌ꦄꦏꦝꦺꦩꦶꦱꦶ꧍ akademisi, media dan masyarakat.
Masing-masing unsur memiliki tugas sesuai dengan ꧌ꦏꦥꦱꦶꦠꦱ꧀ꦚ꧍ kapasitasnya untuk bersama menjalankan tugas dalam memajukan object object kebudayaan sebagaimana tersebut dalam Pasal 5, Undang Undang 5/2017 tentang ꧌ꦥꦼꦩꦗꦸꦮꦤ꧀ꦏꦼꦧꦸꦢꦪꦴꦤ꧀꧍ Pemajuan Kebudayaan.
Yang menarik dalam meeting pada Sabtu pagi itu, tepatnya setelah sesi paparan pidato Kebudayaan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, adalah dilontarkannya dalam ꧌ꦫꦸꦮꦁꦎꦧꦿꦺꦴꦭꦤ꧀꧍ ruang obrolan dimana sebagian peserta meeting kemudian mendiskusikan. Yaitu tentang Aksara Nusantara.
Isu Aksara Nusantara ini dipantik dengan unggahkan ꧌ꦥꦼꦱꦼꦂꦡ꧍ peserta meeting dengan inisial AS, yang menuliskan bahwa dirinya ꧌ꦧꦼꦂꦯꦸꦫꦠ꧀꧍ bersurat ke salah satu Universitas Negeri di Surabaya, yang memang memiliki jurusan di bidang Kebudayaan terkait, tetapi sudah ꧌꧇꧓꧇ꦩꦶꦔ꧀ꦒꦸ꧍ tiga minggu sejak pengiriman surat belum mendapat respon dan jawaban.
Unggahan itu sangat ꧌ꦫꦺꦊꦮ꦳ꦤ꧀꧍ relevan dengan salah satu poin dari pidato Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang ꧌ꦩꦼꦤꦼꦒꦱ꧀ꦏꦤ꧀꧍ menegaskan bahwa dalam rangka memajukan kebudayaan Nusantara, perlu ada kolaborasi dan kerjasama. Salah satunya adalah kerjasama dengan pihak ꧌ꦄꦏꦝꦺꦩꦶꦱꦶ꧍ akademisi atau akademisi dengan unsur masyarakat (komunitas).
Atas dasar ꧌ꦫꦺꦊꦮ꦳ꦤ꧀ꦱꦶ꧍ relevansi isi pidato dan kenyataan inilah, kemudian isi dan kualitas obrolan ꧌ꦧꦼꦂꦑꦼꦩ꧀ꦧꦁ꧍ berkembang. Peserta dengan inisial NP dari Surabaya juga menyampaikan ꧌ꦏꦼꦥꦿꦶꦲꦠꦶꦤꦤ꧀꧍ keprihatinan tentang kondisi Aksara Nusantara saat ini yang cepat atau lambat akan ꧌ꦥꦸꦤꦃ꧍ punah jika tidak ada upaya penyelamatan dan pengembangan termasuk ꧌ꦥꦼꦩꦤ꧀ꦥ꦳ꦴꦠꦤ꧀꧍ pemanfaatan sebagai aset pembangunan bangsa melalui ꧌ꦱꦺꦏ꧀ꦠꦺꦴꦂ꧍ sektor budaya.
Menurut NP Aksara adalah bentuk ꧌ꦥꦼꦫꦢꦧꦤ꧀ꦠꦼꦂꦡꦶꦔ꧀ꦒꦶ꧍ peradaban tertinggi manusia. Aksara yang tersusun menjadi kata, kalimat dan seterusnya adalah bentuk olah dan ꧌ꦥꦺꦴꦭꦥꦶꦏꦶꦂꦩꦤꦸꦱꦾ꧍ pola pikir manusia, peradaban manusia. Karenanya ꧌ꦥꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦪꦤ꧀꧍ pelestarian aksara bisa menjadi kunci pembuka kebudayaan dan sejarahnya. Temuan ꧌ꦥꦿꦯꦱ꧀ꦠꦶ꧍ prasasti dengan Aksara Aksara yang digunakan pada masa itu (lalu) akan menjadi jendela untuk mempelajari masa lalu.
Aksara adalah karya ꧌ꦅꦤ꧀ꦠꦼꦭꦺꦏ꧀ꦠꦸꦮꦭ꧀꧍ intelektual yang mampu digunakan untuk mendokumentasikan ꧌ꦥ꦳ꦏ꧀ꦠ꧍ fakta dan peristiwa dan bahkan ilmu pengetahuan masyarakat pada masanya. ꧌ꦄꦑ꦳ꦶꦂꦚ꧍ Akhirnya, dapat sitarik pandangan bahwa Aksara menjadi alat dalam proses Pemajuan Kebudayaan itu sendiri dari zaman ke zaman.
Vanny Ekowati sebagai salah satu Co Host webinar ketika mengikuti chattingan yang ꧌ꦧꦼꦂꦓꦸꦭꦶꦂ꧍ bergulir di ruang chatting akhirnya ikut menangapi dan akan mewadahi dalam konteks webinar yang ꧌ꦩꦼꦔꦔ꧀ꦏꦠ꧀꧍ mengangkat Aksara Nusantara.
“Mas kapan kapan kita adakan sesi khusus untuk ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Aksara Nusantara“, demikian tulis Vanny Ekowati. (PAR/nng).