Rajapatni.com: Surabaya (10/10/24) – Kedua belah pihak ꧌ꦧꦲꦒꦾ꧍ bahagia. Yaitu Belanda dan Indonesia. Karena koleksi benda benda bersejarah asal Indonesia, yang selama ini disimpan di ꧌ꦧꦼꦭꦟ꧀ꦝ꧍ Belanda, kembali lagi ke tanah air. Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyambut datangnya ꧌꧇꧘꧘꧍ 88 koleksi dari sekitar 288 yang akan direpatriasi.
“Bahwa repatriasi tahun ini sebenarnya adalah kelanjutan dari tahun lalu dan tahun ini akan ada ꧌꧇꧒꧘꧘꧍ 288 objek. Yang sudah kembali ada 84”, demikian kata ꧌ꦲꦶꦭ꧀ꦩꦂꦥ꦳ꦫꦶꦢ꧀꧍ Hilmar Farid di Museum Nasional yang dikutip dari IG Museum Nasional Indonesia.
Pengembalian benda benda bersejarah ini adalah ꧌ꦮꦸꦗꦸꦢ꧀꧍ wujud hubungan yang semakin baik antara pemerintah Indonesia dan Belanda. ꧌ꦱꦼꦂꦡ꧍Serta meningkatnya rasa kepercayaan dalam menyimpan (mengoleksi) dan merawat benda benda bersejarah untuk kepentingan publik..
“Koleksi koleksi ini ꧌ꦄꦝꦭꦃ꧍ adalah kepingan sejarah yang telah ꧌ꦠꦼꦂꦥꦶꦱꦃ꧍ terpisah cukup lama. Dengan kembalinya benda benda bersejarah ini, kita berharap gambar gambar sejarah bangsa ini bisa menjadi semakin ꧌ ꦊꦔ꧀ꦏꦥ꧀꧍ lengkap”, tambah Hilmar Farid.
Sementara itu, dari pihak pemerintah Belanda, Machteld Jacques, yang ikut ꧌ꦩꦼꦔꦮꦭ꧀꧍ mengawal pengiriman benda benda koleksi hingga ke Indonesia merasa senang.
“Karena ini ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦝꦶ꧍ menjadi tantangan tersendiri untuk mengirimkan koleksi koleksi yang sangat berat. Saya sangat senang semua koleksi tiba ꧌ꦝꦼꦔꦤ꧀꧍ dengan selamat”, jelas Machteld Jacques.
Sedangkan A. Hermas Thony, penggerak budaya Surabaya dan sekaligus Pembina ꧌ꦥꦹꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni, mengingatkan atas kepercayaan yang diberikan oleh pihak Belanda kepada Indonesia melalui repatriasi ini. Thony berharap agar pihak ꧌ꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia melalui lembaga Museum Nasional benar benar bisa menjaga dan merawat benda benda ini di museum.
“Museum itu sebuah tempat yang paling aman dari semua ꧌ꦏꦼꦊꦩ꧀ꦧꦒꦴꦤ꧀꧍ kelembagaan penyimpanan benda berharga dan bersejarah. Jangan lagi ada kebakaran museum. Peristiwa pernah terjadinya musibah kebakaran di Museum Nasional adalah wujud nyata bahwa Museum ternyata belum aman”, jelas Thony sembari ꧌ꦩꦼꦔꦶꦔꦠ꧀꧍ mengingat kebakaran di Museum Nasional tahun 2023.
Benda benda koleksi hasil repatriasi ini akan menambah koleksi pamer di Museum Nasional. Tahun lalu (2023) dalam repatriasi ada ꧌꧇꧑꧕꧐꧇ꦧꦼꦟ꧀ꦝ꧍ 150 benda dan akan ditambah dengan 288 benda yang dipulangkan dari Belanda pada 2024.
Hasti Tarekat, warga Indonesia yang sudah berwarga negara Belanda, ꧌ꦧꦼꦏꦼꦂꦙ꧍bekerja sebagai Biro Konsultan Cagar Budaya, Heritage Hands On. Dalam repatriasi ini Hasty Tarekat, melalui lembaga Heritage Hands On, ikut berperan ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦼꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ memberikan masukan masukan kepada Menteri Pendidikan Belanda Eppo Bruins (OCW) mengenai Kebijakan Repatriasi.
“Pesan saya semua koleksi itu milik Indonesia, yang telah kembali sebagai saksi perjalanan sejarah. Rawat dan ꧌ꦩꦤ꧀ꦥ꦳ꦴꦠ꧀ꦏꦤ꧀꧍ manfaatkan sebaik-baiknya untuk seluruh negara Indonesia, bukan hanya Jakarta”, demikian pesan Hasty Tarekat yang dihubungi ꧌ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍Rajapatni melalui pesan Whatsapp pada Kamis siang (10/10/24).
Repatriasi adalah penting karena ada upaya saling mendukung untuk r꧌ꦫꦺꦏꦻꦴꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦱꦶ꧍ ekonstruksi sejarah, yang tidak hanya bermanfaat bagi pemilik atau asal benda itu, namun bagi kepentingan publik yang lebih ꧌ꦭꦸꦮꦱ꧀꧍ luas. Sejarah atau peradaban masa lalu bukan hanya ꧌ꦠꦼꦂꦥ꦳ꦺꦴꦏꦸꦱ꧀꧍ terfokus dari mana benda itu berasal. Sejarah suatu negeri memiliki keterkaitan dengan sejarah bangsa lain. Dengan mengembalikan kepingan sejarah berarti mengembalikan mata ꧌ꦫꦤ꧀ꦠꦻ꧍ rantai yang copot dan menyambung alur sejarah. (PAR/nng)