Buku Gayatri Rajapatni: Mantan Duta Besar Kanada Untuk Indonesia Earl Drake (1982-1983) Terpikat oleh Kecantikan Rajapatni.

Gayatri Rajapatni, sosok wanita di balik kejayaan Majapahit. Foto: ist

Rajapatni.com: SURABAYA – Jangan salahkan lelaki, jika ia merelakan hatinya terpanah oleh kecantikan seorang wanita. Syahdu hatinya menyejukkan dan menentramkan. Rasa damai dan puas pun tercipta karenanya.

Salah seorang lelaki, yang beruntung karena bisa merasakan kesyahduan di bawah bayangan kecantikan seorang wanita itu, adalah mantan Duta Besar Kanada untuk Indonesia masa jabatan 1982-1983, Earl Drake.

Sedangkan sosok wanita cantik, yang syahdu dan sejuk hatinya itu adalah Gayatri Rajapatni, istri Raja Pertama Majapahit Dyah Wijaya. Bagi Earl Drake, Rajapatni menjadi pintu pembuka dalam meneropong Kemaharajaan Majapahit. Rajapatni menjadi pembingkai salah satu angle cerita Besar Kemaharajaan Majapahit.

Earl Drake adalah seorang diplomat yang cinta sejarah. Di setiap negara ia bertugas, selalu dimanfaatkan untuk mengenal sejarah. Di India Ia akrab dengan zaman Gupta dan Mogul. Di China ia mengenal kehebatan Dinasti Tang Dan Song. Namun sesampainya di Indonesia pada awal tahun 1980-an, ia gagal menemukan konsensus mengenai Wilayah Nusantara. Demikian kutipan Dari buku “Gayatri Rajapatni” (Earl Drake, 2012).

Setelah meninggalkan Indonesia di awal 1990-an dan Drake berkesempatan mengunjungi pameran keliling seni pahat Indonesia di Geleri Kesenian Indonesia di Washington DC, Drake melihat cahaya arca Ratu Rajapatni.

“Arca itu membangkitkan gairah dan semangat saya waktu itu”, tulis Drake dalam halaman prolog di buku Gayatri Rajapatni.

Ketika Drake berdiri di hadapan arca Ratu Jawa tanpa Mahkota pada Abad 14 yang cantik dan syahdu itu, hati dan rasanya bergetar.

“Saya langsung berfirasat bahwa dialah kunci menuju Teka Teki tentang kebesaran Majapahit, yang selama ini saya bingung. Saya rasa penglihatan ini adalah pertanda bahwa saya harus menggubah suatu pujian, suatu hayat dan masa ketika dia (Rajapatni) hidup”, jelas Earl Drake.

Bersama bayangan Rajapatni, Drake dapat berjalan menapaki waktu melalui lorong waktu dan menembus rintangan yang massanya sudah  berabad abad.

Selain di Washington DC, Amerika Serikat, Drake masih menjumpai perwujudan Rajapatni di Tokyo, Jepang, ketika mengunjungi National Museum pada 1997.

“Ketika saya berkeliling ruangan museum, patung si cantik Rajapatni muncul lagi. Sekali lagi, ia membuat saya takjub. Setelah itu, kami belum bertemu lagi hingga terbitnya buku Gayatri Rajapatni. Sejak itu saya pun bagai hidup dalam imajinasi dan terbitlah buku Gayatri Rajapatni “, Drake berkisah.

Halaman sampul buku Gayatri Rajapatni. Foto: ist

Kini melalui buku Gayatri Rajapatni yang terbit tahun 2012, Kita bisa tau bagaimana Imperium Majapahit berjalan hingga pada masa kejayaannya di era raja Hayam Wuruk, yang tidak lain adalah cucunya sendiri, anak dari Ratu Tribhuwana Tunggadewi, raja ke IV Majapahit.

Selain menjadi nama judul buku, Rajapatni juga menjadi nama komunitas Aksara Jawa Surabaya, PURI AKSARA RAJAPATNI. Sosok Rajapatni seolah hadir dalam dunia modern. Ia seolah menuntun insan yang berkiprah dalam wadah komunitas Aksara itu.

Aksara tradisional Jawa Kuna (Kawi) adalah alat komunikasi yang digunakan oleh peradaban manusia di era Majapahit. Bukti bukti peradaban Aksara itu banyak disimpan di Pusat Informasi Majapahit (PIM) Trowulan.

Arca Joko Dolog di Surabaya, yang menjadi perwujudan Raja Kertanegara, yang tidak salah adalah ayahanda Gayatri Rajapatni, juga menjadi bagian dari lahirnya komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni.

Rajapatni tidak hanya berparas cantik sebagaimana terlihat pada arcanya, tapi ia juga cantik hatinya sebagai seorang wanita dan ibu.

Earl Drake, penulis buku Gayatri Rajapatni. Foto: ist

Earl Drake meninggal dunia dengan damai di rumahnya, Vancouver, Kanada pada 22 September, 2023 pada usia 95 tahun. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *