Rajapatni.com: Surabaya – Diketahui bahwa Aksara Jawa, Bali dan beberapa Aksara Nusantara lainnya, yang masih digunakan hingga sekarang, adalah turunan dari Aksara Pallawa, asal India.
Aksara Pallawa dibawa dari India ke Nusantara sekitar abad ke 7 – 8 Masehi oleh perantara agama Hindu dan Buddha. Aksara Pallawa ini berkembang menjadi aksara Kawi, yang digunakan di Indonesia pada masa Hindu-Buddha, antara abad ke 8 – 15. Aksara Kawi atau Jawa Kuna selanjutnya menurunkan Aksara Jawa dan beberapa Aksara Nusantara lainnya.
Dirangkum dari beberapa sumber bahwa Aksara Pallawa adalah sebuah aksara yang berasal dari India bagian SELATAN. Aksara ini adalah turunan dari aksara Brahmi.
Nama aksara ini berasal dari Dinasti Pallava yang pernah berkuasa di selatan India (sekitar Madras) antara abad ke-4 sampai abad ke-9 M.
Berbeda dengan Aksara Dewanagari. Aksara Devanāgarī adalah sebuah jenis aksara yang berasal dari India bagian UTARA. Aksara ini juga turunan dari aksara Brahmi.
Secara anatomi bentuk Aksara Pallawa (India Selatan) dan Aksara Devanagari (India UTARA) berbeda bentuk. Secara kasat mata masing masing Aksara Dawanagari bagai tersambung pada bagian atasnya dalam rangkaian struktur kalimat. Sementara Aksara Pallawa berdiri sendiri sendiri.
Menurut Filolog dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Setya Amrih Prasaja, bahwa secara bentuk, Aksara Devānagari memiliki bentuk yang lebih halus dengan garis horizontal, yang khas di bagian atas aksara atau sering disebut dengan istilah शिरोरेखा (shirorekha).
Sementara huruf Pallawa memiliki bentuk lebih sederhana dan terkesan “kotak” atau geometris. Tidak memiliki शिरोरेखा (shirorekha) atau garis horizontal di atas aksara.
Dari kedua Aksara ini, Dewanagari dan Pallawa, maka Pallawa yang lebih memiliki kemiripan bentuk dengan Aksara Kawi (Jawa Kuna). Aksara Pallawa sendiri memang masuk Jawa, kemudian menjadi Aksara Kawi (Jawa Kuna), yang akhirnya menjadi Aksara Jawa Carakan atau Hanacaraka.
Sementara jika mengamati Aksara di Negara Bagian Tengelana, India bagian Tengah-Selatan, termasuk di ibukota Hyderabad, Aksara lokal yang digunakan adalah Telugu, yang memiliki bentuk mirip dengan Aksara Pallawa dan tentu saja Aksara Kawi/Jawa Kuna sebagai turunannya.
Aksara Telugu secara resmi digunakan di negara bagian Telenggana, selain Aksara Dewanagari. Sehingga di Ibukota Hyderabad digunakan 3 Aksara: Dewanagari, Telugu dan Latin dengan bahasa Inggris.
Dimana mana, di tempat tempat umum, ketiga Aksara ini digunakan. Ini adalah upaya nyata dalam menjaga dan melestarikan Aksara tradisional. Bahkan di rumah rumah warga, Aksara Telugu menjadi aksesoris.
Penggunaan Aksara Telugu sebagai aksesoris edukatif ini disaksikan oleh Ita Surojoyo, peserta program Pelàtihan Internasional, ketika berkunjung ke kediaman salah satu dosen. Ita mengabarkan:
“Main ke rumah dosen, ada aksara Telugu nempel di dinding”.
Aksesoris ini terkesan biasa saja tapi keberadaannya sangat luar biasa karena turut menjaga dan melestarikan Aksara tradisional, Telugu di tengah tengah kemajuan India.
Sebenarnya Aksara Telugu sendiri adalah turunan dari aksara Kannada, yang juga turunan dari Aksara Brahmi. Aksara Telugu, Aksara Kannada dan Aksara Pallawa adalah serumpun dari India bagian Selatan, yang kemudian Aksara Pallawa berkembang ke Asia Tenggara termasuk Nusantara.
Sekarang aksara Pallawa tidak lagi digunakan di India. Aksara ini digunakan hanya pada abad ke-3 hingga ke-10 Masehi. (PAR/nng).