꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa Ungkap Sejarah Klasik Surabaya.

Aksara:

Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦱꦼꦧꦸꦮꦃ꧍ Sebuah catatan keluarga bangsawan Keraton Surakarta dan sanak ꧌ꦏꦼꦭꦸꦮꦂꦓ꧍  keluarga tahun 1878, yang ditulis dalam aksara Jawa, ungkap sejarah ꧌ꦏ꧀ꦭꦱꦶꦏ꧀꧍ klasik Surabaya. Di sana,dalam catatan itu, menyebut hubungan keluarga Sunan Ampel dan ꧌ꦫꦢꦺꦤ꧀ꦥꦠꦃ꧍  Raden Patah.

Raden Patah adalah ꧌ꦩꦼꦤꦤ꧀ꦠꦸ꧍ menantu Sunan Ampel dan sekaligus muridnya, yang diangkat ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦝꦶ꧍ menjadi Sultan Demak pada tahun 1475 M. ꧌ꦲꦸꦧꦸꦔꦤ꧀꧍ Hubungan keluarga Sunan Ampel dan Raden Patah ini nampak pada catatan Keluarga Keraton Surakarta 1878 itu.

꧌ꦕꦠꦠꦤ꧀꧍ Catatan keluarga bangsawan Keraton Surakarta tahun 1878. Foto: nanang

Tampak dalam silsilah, ꧌ꦱꦸꦤꦤ꧀ꦄꦩ꧀ꦥꦺꦭ꧀꧍ Sunan Ampel dituliskan punya anak perempuan yang ꧌ꦩꦼꦤꦶꦏꦃ꧍ menikah dengan Raden Patah.

Dari ꧌ꦥꦼꦤꦼꦭꦸꦱꦸꦫꦤ꧀꧍ penelusuran kepustakaan online oleh Puri Aksara Rajapatni didapati bahwa ꧌ꦥꦸꦠꦿꦶ꧍ putri Sunan Ampel, yang menikah dengan Raden Patah, adalah ꧌ꦢꦼꦮꦶꦩꦸꦂꦡꦱꦶꦩꦃ꧍ Dewi Murtasimah. Dewi Murtasimah adalah putri dari ꧌ꦥꦱꦔꦤ꧀꧍ pasangan Sunan Ampel dan Dewi Karimah. Salah satu dari dua istri Sunan Ampel (Dewi Candrawati dan ꧌ꦢꦺꦮꦶꦏꦫꦶꦩꦃ꧍ Dewi Karimah).

꧌ꦱꦶꦱ꧀ꦰꦶꦭꦃ꧍ Silsilah hubungan keluarga Sunan Ampel Denta dan Raden Patah. Foto: nanang

꧌ꦧꦼꦫꦶꦏꦸꦠ꧀ꦚ꧍ Berikutnya dari silsilah itu, keturunan Sunan Ampel itu, putrinya Dewi Murtasimah yang menikah dengan Raden Patah ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦥꦠ꧀꧍ mendapat keturunan Pati Unus, Raden Sasongka, Trenggana, ꧌ꦲꦪꦸꦏꦶꦫꦤ꧍ Ayu Kirana, Ayu Wulan dan Pangeran Surowiyoto

Dari penelusuran ꧌ꦭꦶꦠꦼꦫꦱꦶ꧍  literasi Wikipedia di atas, ada nama Trangganu dan Ayu Wulan yang dapat terbaca dari catatan 1878 dalam ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa itu.

Bisa jadi nama nama yang ꧌ꦝꦶꦠꦼꦫꦶꦩ꧍ diterima oleh juru tulis naskah ada yang kurang pas. Atau nama nama itu diucapkan tidak nama ꧌ꦉꦱ꧀ꦩꦶꦚ꧍ resminya. Sehingga kurang akurat dalam ꧌ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦤ꧀꧍ penulisan.

Setidaknya dari secuil informasi tentang keberadaan silsilah orang penting di ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya dapat dilihat. Apalagi itu sumber pertama, tulisan tangan pembuat catatan dalam aksara Jawa. Oleh ꧌ꦏꦉꦤ꧍  karena itu, catatan atau boleh dibilang manuskrip ini ꧌ꦥꦼꦂꦭꦸ꧍ perlu diamankan untuk dibaca lebih teliti. Sehingga menjadi ꧌ꦫꦸꦗꦸꦏꦤ꧀꧍ rujukan sahih untuk mendukung sejarah Klasis kota Surabaya.

꧌ꦩꦤꦸꦱ꧀ꦏꦿꦶꦥ꧀꧍ Manuskrip memang berbeda dari buku buku beraksara latin terbitan dari masa kolonial yang banyak ꧌ꦧꦼꦫꦺꦝꦂ꧍ beredar . Manuskrip dari keluarga Keraton Surakarta tahun 1878 ini langka dan itu ada di tangan ꧌ꦮꦂꦓ꧍ warga Surabaya. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *