Warga Kota Lama Surabaya Sinau Sejarah. Imam Syafi’i: “Warga jangan jadi penonton”.

Rajapatni.com: Surabaya (13/6/24) – PADA Rabu sore (12/6/24) Jalan Mliwis di kawasan ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya terlihat ramai. Warga setempat tumplek blek di sebuah rumah model Indiesch dari abad 19 dengan pilar pilar silinder megahnya pada bagian teras rumah. Mereka, dari beragam usia, belajar sejarah Kota Lama Surabaya. Kota Lama Surabaya adalah eks Kota Eropa Surabaya di era Kolonial.

Warga berkerumun di jalan Mliwis. Foto:  PAR

Dalam acara itu, warga sangat terlihat antusias mengikuti pembelajaran ꦱꦼꦗꦫꦃ sejarah dan peradaban Kota Lama Surabaya. Kegiatan ini sengaja digelar dan ditujukan kepada warga setempat sebagai bekal mereka dalam menyambut Kota Lama Surabaya.

Imam Syafi’i, anggota DPRD Kota Surabaya, bicara dihadapan warga. Foto: PAR

Turut mendampingi mereka adalah Imam Syafii, yang terpilih kembali sebagai wakil rakyat di DPRD Kota Surabaya. Imam Syafi’i berangkat dari Daerah Pemilihan (Dapil) 1, yang di dalamnya ada ꦏꦿꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ Krembangan. Selain itu juga ada Ketua RT 03/RW 10 Kelurahan Krembangan Selatan, Ricky Setiono, sebagai tuan rumah. Hadir pula Ketua RT 02, Bu Gembong dan perangkatnya.

Warga mengikuti dan mendengarkan paparan sejarah Kota Lama Surabaya. Foto: PAR

Di rumah Ketua RT inilah temu warga itu digelar. Suasananya santai tapi serius. Warga ꦄꦤ꧀ꦠꦸꦱꦶꦪꦱ꧀ antusias mendengarkan paparan sejarah Kota Lama. Selama ini mereka belum tau dan belum mengerti sejarah lingkungannya.

Nanang Purwono, pegiat dan aktivis budaya dan sejarah dari komunitas ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni Surabaya, yang juga seorang penulis dan jurnalis eks JTV (PT Jawa Pos Multimedia Televisi), berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Nanang Purwono paparkan sejarah Kota Lama Surabaya. Foto: dok PAR

Dalam paparannya, ꦤꦤꦁ Nanang mengatakan bahwa warga harus bangga bertempat tinggal di kawasan Kota Lama Surabaya. Karena Kota Lama Surabaya ini dulu adalah sebuah ibukota wilayah Pantai Utara Jawa bagian Timur (Java’s van den Oosthoek), yang kepala dadreahnya disebut Gezaghebber.

“Warga harus tau tentang kampungnya. Warga harus bangga dengan lingkungannya, dimana dulu pernah menjadi ibukota wilayah ꦥꦤ꧀ꦠꦻꦈꦠꦫꦗꦮꦧꦒꦶꦪꦤ꧀ꦠꦶꦩꦸꦂ Pantai Utara Jawa Bagian Timur setelah Mataram menyerkan Surabaya kepada VOC pada 1743”, jelas Nanang.

Kota Surabaya (Stad van Sourabaya) punya pengaruh luas hingga di luar batas tembok kota. Kota Surabaya adalah kota bertembok, kota yang pernah dikelilingi ꦠꦺꦩ꧀ꦧꦺꦴꦏ꧀ tembok.

“Stad van Surabaya adalah kota bertembok. Wilayahnya yang hanya seluas empat hektar ini pernah dibatasi oleh tembok, seperti yang terlihat pada gambar di belakang saya”, Nanang sambil menunjukkan gambar peta kota Surabaya pada spanduk acara.

Kala itu, di era VOC dan seterusnya, nama nama jalan yang membelah belah kota menunjukkan adanya ꦆꦤ꧀ꦥ꦳ꦿꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦠꦸꦂ infrastruktur kota. Struktur kota Surabaya seperti halnya struktur kota kota di Eropa. Bangsa Eropa memang mengusung konsep sebuah kota untuk Surabaya sebagai kota administrasi.

Karenanya hingga masa Pemerintahan Hindia Belanda, pasca VOC, Surabaya menjadi pusat perkantoran industri perkebunan. Akibatnya di Surabaya banyak dibuka kantor kantor ꦥꦼꦂꦧꦤ꧀ꦏꦤ꧀ perbankan dan asuransi pada pertengahan abad 19.

Sementara itu Imam Syafi’i mengingatkan dan menginformasikan kepada warga bahwa beaya untuk ꦫꦺꦮ꦳ꦶꦠꦭꦶꦱꦱꦶ revitalisasi kawasan Kota Lama Surabaya sangat besar dan mahal. Ia pun menghimbau warga agar ikut berpartisipasi dalam mengisi Kota Lama Surabaya dengan hidup bersih dan rapi karena kampungnya akan banyak di kunjungan tamu tamu. Warga juga diingatkan agar bersih lingkungan.

“Jangan jemur pakaian sembarangan dan warga sendiri lah yang harus paling tidak rela jika ada pengunjung yang buang sampah sembarangan”, terang Imam.

Imam Syafii dalam sebuah jumpa pers. Foto: PAR

Sebagai wakil mereka di DPRD Kota Surabaya, Imam mengatakan bahwa ia akan membela untuk kepentingan warga, tapi warga sendiri harus sumbut dengan hidup tertib, seperti tertib ꦄꦣ꧀ꦩꦶꦤꦶꦱ꧀ꦠꦿꦱꦶ administrasi.

“Sudah ber KTP Surabaya? “, tanya Imam kepada salah seorang warga.

Imam juga berterima kasih kepada Nanang dan ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni yang menginisiasi kegiatan edukasi untuk warga sehingga warga punya kesempatan untuk belajar sejarah tentang tempat tinggalnya.

“Warga jangan jadi penonton. Warga harus jadi pemain. Saya sendiri pun baru tau bahwa jalan Glatik ini dulunya bernama Stadhuizsteeg, yang berarti Gang Balai Kota”, aku Imam.

Dengan semakin rapi dan indahnya Kawasan Kota Lama Surabaya, ꦮꦂꦒ warga harus mendapatkan berkah. Tapi warga harus ikut aktif dan kreatif dalam mengisi daerahnya. Di penghujung acara ini, Imam membuka sesi tanya jawab untuk sekaligus menampung aspirasi warga. (nanang PAR)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *