Warga Kota Lama (Eropa) Surabaya Inisiasi Membuat Plat Alamat Rumah Dalam Dua Aksara dan Tiga Bahasa. 

Rajapatni.com: Surabaya (14/6/24) – VOC secara resmi masuk wilayah ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Nusantara pada 1602. Pejabat VOC, Gubernur Jendralnya, Hendrik Brouwer, menginjakkan kakinya di Surabaya untuk urusan dagang pada 1612. Lalu disusul Jan Pieterszoon Coen pada 1617. Ketika itu sebuah pos dagang (trading post) didirikan di lahan sisi barat Sungai Kalimas, yang berseberangan dengan Kampung Melayu dan Pecinan di timur Kalimas. Itulah awal peradaban bangsa Eropa di Surabaya.

Sebelum kedatangan Bangsa Eropa, di kawasan lahan dimana Kampung Eropa ini berdiri, adalah lahan permukiman Jawa dan ꦏꦼꦭꦸꦮꦂꦒꦧꦁꦱꦮꦤ꧀ keluarga bangsawan Madura, Pangeran Sumenep. Baik Jawa dan Madura memiliki literasi tulis yang bernama Carakan atau Hanacaraka hingga sekarang.

Kampung Java, Pangeran Sumenep Madura dan Kota Surabaya. Sumber: KITLV

Jika dibahasakan, baik ꦕꦫꦏꦤ꧀ Carakan Jawa dan Madura, adalah bahasa Jawa. Namun, bahasa Madura memiliki logat sendiri dalam pelafalan. Misalnya kata “anda”, keduanya Jawa dan Madura mengatakan “Panjenengan”. Tapi Madura mempunyai gaya (logat) dalam pengucapannya. Bahasa Jawa dan Madura banyak persamaannya di lingkungan keluarga Keraton Sumenep.

Hingga sekarang masih banyak manuskrip dari kalangan Keraton Sumenep yang beraksara Jawa.

Dalam rangka meramaikan ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya, khazanah kesejarahan yang pernah tertoreh di lahan Kota Lama Surabaya ini perlu dilestarikan agar lebih menyemarakkan khazanah edukasi dari Kota Lama Surabaya.

 

Jl. Mliwis, Kota Lama Surabaya. Foto: rik/PAR

Salah satu Warga, yang tinggal di ꦗꦭꦤ꧀ꦩ꧀ꦭꦶꦮꦶꦱ꧀ Jalan Mliwis Surabaya, mengirim pesan WA yang isinya minta dibuatkan penulisan alamat rumahnya dengan menggunakan aksara Jawa, nama jalan sekarang, nama dahulu yang berbahasa Belanda dan terjemahan bahasa Belandanya.

Dari upaya pengenalan sejarah kampung setempat, warga secara mandiri telah merespon positif dari eksposisi sejarah lokal sehingga muncul inisiasi mandiri membuat plat alamat rumahnya bengan menggunakan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa, alamat sekarang, alamat dahulu dan terjemahan alamat dahulu.

“Format alamat seperti ini sangat ꦌꦣꦸꦏꦠꦶꦥ꦳꧀ edukatif dan layak untuk upaya pembelajaran publik”, kata Ricky Setiono, yang di lingkungannya menjadi Ketua RT.

Hal ini disadari Ricky setelah mendapat cerita sejarah tentang lingkungannya. Secara historis, di lingkungan Kota Lama Surabaya, sebelum bangsa Eropa masuk, disini adalah perkampungan Jawa dan ada juga keluarga ꦧꦁꦱꦮꦤ꧀ꦩꦣꦸꦫ Bangsawan Madura. Hingga kini, di lingkungannya juga masih dihuni warga etnis Jawa dan Madura.

Ricky berharap melalui kemasan Kota Lama Surabaya, sejarah lingkungannya akan terbuka buat publik. Sementara itu, pendiri komunitas budaya literasi Jawa, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, Ita Surojoyo, mengapresiasi gagasan yang muncul dari warga setempat ini.

“Wah, asik ada yang suka”, respon Ita. Ini format penulisan alamat rumah pertama di Surabaya dalam Dua Aksara dan Tiga Bahasa. (nan PAR)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *