Rajapatni.com: Surabaya (9/5/24) – DELAPAN (8) bulan telah berlalu sejak 8 September 2023 hingga 8 Mei 2024, yang menjadi penanda tekad melestarikan Aksara Jawa di Surabaya. Tanggal 8 September 2023 adalah penanggalan peringatan ꦲꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦱꦼꦣꦸꦤꦶꦪ Hari Aksara Sedunia. Surabaya memperingatinya dengan tema “Surabaya Merangkai Aksara Sedunia”.
Memang tidak hanya aksara aksara ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Nusantara saja yang diketengahkan pada momen peringatan itu, tetapi juga Aksara Aksara dunia melalui negara sahabat yang berkantor di Surabaya. Diantaranya adalah Jepang, India, Taiwan dan Thailand.
Tanggal 8 September 2023 adalah penanda awal, yang kemudian ditindaklanjuti dengan ꦆꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦱꦶꦭꦶꦱꦤ꧀ instruksi lisan (per telepon kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan) wali kota Surabaya, Eri Cahyadi, pada 11 September 2023 mengenai penggunaan Aksara Jawa di lingkungan pemerintah Kota Surabaya. Lantas secara formal tertulis Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya atas nama Walikota Surabaya yang menerbitkan Surat Edaran (SE) pada 19 September 2023 tentang Penggunaan Aksara Jawa pada kantor kantor di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
Kini setelah 8 bulan berjalan sejak 8 September 2023 – 8 Mei 2024, ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa terpasang di seluruh kantor kelurahan, kecamatan, OPD serta Balai Kota dan DPRD Kota Surabaya. Masih ada tempat tempat lainnya di Surabaya. Bahkan bermunculan (diikuti) di tempat lainnya seperti di Pengelolaan Informasi Majapahit (PIM) Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pemasangan di Trowulan ini adalah komitmen Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur.
Dalam rangka memajukan Aksara Jawa, sesuai isi Undang Undang 5/2017 tentang ꦥꦼꦩꦗꦸꦮꦤ꧀ꦏꦼꦧꦸꦣꦪꦄꦤ꧀ Pemajuan Kebudayaan, kemudian lahirlah komunitas budaya yang fokus pada Aksara Jawa, yaitu Puri Aksara Rajapatni. Kemudian hadir portal beraksara Jawa, rajapatni.com pada 21 Februari 2024 yang dikelola oleh Puri Aksara Rajapatni.
Momen momen itu penting, mulai 8, 11 dan 19 September 2023, 22 Desember 2023 dan 21 Februari 2024. Penanggalan itu adalah pilar pilar upaya ꦥꦼꦩꦗꦸꦮꦤ꧀ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ pemajuan Aksara Jawa di Surabaya.
Aksara Jawa adalah aksara yang selama ini mati suri. Ia adalah Aksara yang seolah menjadi asing dan lebih asing daripada Aksara asing. Ini adalah tantangan yang dihadapi. Karenanya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni berupaya secara mandiri untuk membumikan Aksara Jawa berdasarkan Surat Edaran Sekda Kota Surabaya (19 September 2023) dan Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Kota Surabaya sendiri adalah rumah bagi Aksara Jawa karena bukti bukti sejarah keberadaan Aksara Jawa masih ada di kota ini. Ada prasasti beraksara Jawa di Masjid Kemayoran (1848), Gapura Ampel (abad 15) dan Prasasti makam di ꦥꦼꦱꦫꦺꦪꦤ꧀ꦄꦒꦸꦁꦧꦺꦴꦠꦺꦴꦥꦸꦠꦶꦃ Pesarean Agung Botoputih. Layak jika kemudian Aksara Jawa dikembangkan di Surabaya.
ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni memandang Aksara Jawa sebagai Jatidiri bangsa yang ada di Surabaya. Aksara Jawa adalah bagian dari Aksara Nusantara, yang oleh PBB melalui UNESCO layak dikembangkan sebagai bagian dari Aksara Dunia. Karenanya PBB mendorong lestarinya Aksara Aksara dunia melalui peringatan Hari Aksara Internasional pada 8 September.
Sungguh ironis jika pemilik Aksara Jawa abai terhadap aksaranya sendiri. Apalagi ada daerah di Indonesia yang justru menggunakan Aksara asing sebagai ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦣꦌꦫꦃ Aksara daerah.
ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dalam rangka Hari Jadi Kota Surabaya ke 731 mengingatkan melestarikan Aksara Jawa, yang tentu saja masyarakat yang sudah pernah tinggal di wilayah Surabaya menggunakan Aksara Jawa, sebelum hadirnya bangsa Eropa pada abad 17.
Pelestarian Aksara Jawa, juga Aksara Nusantara, adalah tanggung jawab bersama karena Aksara ini menjadi bagian dari obyek pemajuan Kebudayaan sesuai dengan UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Pun demikian dengan komunitas ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni tidak bisa sendirian dalam upaya pelestarian Aksara Jawa di Surabaya.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, berulang kali mengatakan bahwa dalam membangun Surabaya haruslah bergotong royong. ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦔꦸꦤꦤ꧀ Pembangunan kota Surabaya tidak hanya membangun fisik, tapi juga membangun moral dan budaya. Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, A Hermas Thony mengatakan bahwa pembangunan Kota akan bisa selesai jika dilakukan dengan pendekatan Kebudayaan. (nanang PAR).*