Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Surabaya tidak sedang bermimpi dengan hadirnya aksara Jawa, yang bertebaran di seluruh penjuru kota. Memang belum seberapa. Tapi ini adalah nyata. Surabaya sungguh hebat dan luar biasa. Itulah kesan yang disampaikan oleh seorang kawan, yang pernah menginisiasi kerjasama Aceh dan kepulauan Andaman dan Nicobar, India.

“Saya kagum lihat keaktifan rekan rekan di Surabaya. Sungguh membangun peradaban. Luar biasa, harus menjadi inspirasi untuk daerah daerah lainnya di Indonesia”, begitu kata sosok berinisial Mas dari Sumatera Utara, yang disampaikan lewat akun grup WA Defense Heritage Diskusi.
Mas bukan orang satu satunya yang kagum dan apresiatif tentang upaya Surabaya dalam mengenalkan kembali aksara Jawa.
Juga ada kawan lain dari grup WA lainnya, yang mengundang tim pegiat aksara Jawa Surabaya ke kotanya untuk berbagi cerita dan pengalaman Surabaya dalam mengembalikan aksara Jawa.
“Kapan kapan semoga panjenengan ada waktu untuk berbagi ilmu di Blitar”, undang seorang pegiat sastra dan bahasa Jawa di Blitar.
Mereka ingin selalu berkomunikasi untuk berbagi pengalaman dalam rangka penguatan kebangsaan melalui bidang kebudayaan. Akhirnya adalah tanggung jawab kita bersama saat ini untuk menjaga, melindungi dan melestarikan warisan budaya dan nilai nilai kebangsaan untuk Indonesia di masa depan.
Karenanya lunturnya penggunaan aksara Jawa, yang terjadi ini bukan semata mata karena hadirnya aksara asing Latin. Tetapi sejauh mana warganya mau mempertebal nilai nilai budaya dan kebangsaan Indonesia untuk tameng dari ancaman degradasi nilai budaya secara khusus dan kebangsaan secara umum.

Negara negara lain seperti Jepang, China, Korea dan India bukanlah negara negara yang menutup diri dari masuknya aksara Latin. Tetapi mereka adalah negara negara yang lebih menjunjung dan menghormati aksaranya sendiri. Sehingga nilai budaya akan menjadi tameng akan potensi ancaman yang mengikis budaya lokal dan nasional mereka.

Sudahkan kita mempertebal dan memperkuat budaya sendiri untuk menghadapi masuknya budaya asing?
Masuknya budaya asing tidak salah. Menjadi salah bila kita abai terhadap budaya sendiri.
Kota Surabaya sudah memberi contoh baik kepada daerah lain, khususnya dalam upaya perlindungan Aksara Jawa. Hendaknya upaya Surabaya ini perlu ditingkatkan kualitasnya dengan lebih memperluas penggunaan aksara Jawa.
Misalnya penggunaan aksara Jawa pada laman laman digital pemerintah, penguatan kurikulum pelajaran aksara Jawa, penggunaan aksara Jawa di ranah publik seperti nama nama jalan, nama nama Usaha Dagang dan adanya produk produk lokal.
Kesimpulannya adalah yang bisa menghidupi dan mematikan aksara lokal, ya masyarakatnya sendiri. Bukan aksara asing, yang dijadikan kambing hitam. (PAR/nng)