Rajapatni.com: Surabaya (15/6/24) – MENJELANG ꦥꦼꦉꦱ꧀ꦩꦶꦪꦤ꧀ peresmian Kota Lama (Eropa) Surabaya, yang kabarnya jatuh pada 23 Juni 2024, saya menyempatkan diri melihat salah satu rumah lama di Jalan Gelatik. Arsitekturnya berbeda dari bangunan bangunan, yang berdiri berderet di Jalan Rajawali dan Jalan Jembatan Merah. Wajah Kota Lama Surabaya.
Bangunan bangunan, yang berdiri di sana bagai pagar raya. Seperti dalam lagu legendaris ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀ꦩꦺꦫꦃ Jembatan Merah. “Jembatan Merah, sungguh indah, berpagar gedung raya”.
Gedungnya megah megah dan besar. Riwayatnya pernah menjadi perkantoran, yang menjadi ꦥꦸꦤ꧀ꦝꦶꦥꦸꦤ꧀ꦝꦶꦌꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦩꦶ pundi pundi ekonomi yang tidak hanya untuk Surabaya, tapi juga untuk Amsterdam, Belanda. Hingga sekarang, gedung gedung itu juga masih menjadi perkantoran, tetapi berbeda jasa.
Sementara itu, bangunan yang saya lihat di ꦗꦭꦤ꧀ꦒꦼꦭꦠꦶꦏ꧀ Jalan Gelatik adalah sebuah rumah. Di sepanjang jalan Gelatik ini berderet rumah rumah lama, yang secara arsitektural berbeda dengan di jalan Rajawali dan Jembatan Merah.
Jalan Gelatik, dahulu bernama Stadhuis Steeg, yang berarti ꦒꦁꦧꦭꦻꦏꦺꦴꦠ Gang Balai Kota. Balai Kota Surabaya, sebelum di kawasan Ketabang (sekarang) pernah berada di Kawasan Kota Lama. Dalam bahasa Belanda bernama Stadhuis Steeg.
Balai Kota Surabaya sekarang, yang dibangun pada tahun 1920-an, dilengkapi dengan fasilitas perumahan ꦥꦼꦗꦧꦠ꧀ pejabat Kota. Salah satunya adalah kediaman walikota Surabaya.
Balai Kota Surabaya dulu, yang ada di kawasan ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀ꦩꦺꦫꦃ Jembatan Merah di abad 18 dan 19, juga pernah ada komplek perumahan pejabat Balai Kota. Perumahan ini berada di Gang Balai Kota atau Stadhuis Steeg, yang sekarang bernama Jalan Gelatik. Stadhuis Steeg (Jl. Gelatik) berada di belakang Stadhuis (Balai Kota).
Di sepanjang jalan Gelatik, Gang Balai Kota, masih berdiri rumah rumah lama, yang dapat dikenali dari arsitekturnya. Rumah rumah ini beratap ꦥꦼꦭꦤ pelana dengan mahkota piron pada bagian sisinya, atap curam ke depan dan ke belakang, bagian muka bangunan berbentuk simetris dengan satu pintu dan jendela di kiri kanannya, ditambah overstek sebagai pelindung depan rumah (teras).
Angin angin (ventilasi) di atas ꦏꦸꦱꦺꦤ꧀ kusen pintu masih terbuat dari kayu, belum ada teknologi besi. Jumat sore (14/6/24) saya melihat bagian dalam rumah ini yang beralamat di Jalan Gelatik 9.
Tidak hanya pada bagian eksterior yang tampak ꦱꦶꦩꦺꦠꦿꦶꦱ꧀ simetris, berimbang kiri dan kanan. Pada bagian interior, tata ruang bangunan, juga simetris. Pada ruang depan, ruang tamu, berbentuk satu ruangan luas. Setelah ruang tamu terdapat satu lorong di tengah menuju ke ruang belakang. Di ruang tengah ini terdapat kamar kamar di kiri dan kanan.
Pada bagian belakang, juga tampak simetris pada eksterior bangunan. Di bagian belakang inilah terdapat tangga menuju ke ruang atas (ꦮꦸꦮꦸꦔꦤ꧀ wuwungan) ynag lantainya terbuat dari konstruksi papan papan jati dengan blandar kayu jati yang berjarak 50 sentimeter. Benar benar konstruksi rumah yang kuat dan mewah. Di bagian wuwungan ini masih menjadi satu ruangan tersendiri dengan jendela pada bagian gavelnya.
Mewah. Mewah di eranya dan masih terlihat mewah di era sekarang. Ini terlihat dari konstruksi dan pilihan bahan yang ꦧꦼꦂꦏ꧀ꦮꦭꦶꦠꦱ꧀ berkwalitas. Termasuk penggunaan tegel bermotif. Tegel di ruang depan (ruang tamu) berbeda dengan ruang tengah.
Rumah seperti ini juga terdapat di sepanjang jalan Gelatik yang membujur dari utara ke selatan. Rumah rumah ini lebih besar dari rumah rumah yang menjadi kawasan perumahan pastor di bagian belakang (barat) yang lokasinya tidak jauh dari ꦒꦼꦫꦺꦗꦏꦠꦺꦴꦭꦶꦏ꧀ꦫꦺꦴꦩ Gereja Katolik Roma (Roomsche Katoliek Kerk) pertama di Surabaya sebelum pindah ke Jl Kepanjen. (nanang PAR)*