Setelah Peresmian Kota Lama Surabaya, Apa Kemudian?

Rajapatni.com: Surabaya (4/7/24) – Ribuan warga kota Surabaya tumplek blek di pusat ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya zona Eropa pada Rabo malam (3/7/24). Tepatnya di kawasan Jembatan Merah dalam rangka Grand Opening Kota Lama Surabaya. Grand Opening ini diresmikan oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi.

Panggung pertunjukan dengan video mapping pada gedung Internasio. Foto: Ricky for Rajapatni

Keramaian, yang terpusat di bekas Taman Kota Willemplein ini, mengingatkan pada alun alun kota Amsterdam, Damsquare dan Market Place di Belgia. Sebuah plaza yang dikelilingi oleh bangunan lama. Kota Surabaya patut ꦧꦼꦂꦧꦔ꧀ꦒ berbangga karena memiliki wahana wisata baru seperti itu yang berbasis sejarah dan cagar budaya.

Perbandingan dengan Marketplace di Belgia. Foto: ist

Kini Taman Willem itu bernama ꦠꦩꦤ꧀ꦱꦼꦗꦫꦃ Taman Sejarah dan di balik keramaian di pusat Kota Lama Surabaya ini, ada pula keramaian di jalan jalan penopang seperti jalan Glatik dan Jalan Mliwis. Di kedua jalan itu masih ada warga lokal dengan aktivitas sosial budayanya.

Mobil ala klasik sebagai sebuah atraksi di Kota Lama Surabaya melintas di jalan Mliwis. Foto: Ricky for Rajapatni.

Secara administratif mereka adalah warga RT 3 RW 10 Kelurahan Krembangan Selatan. Di tengah tengah keramaian Grand Opening ꦮꦶꦱꦠ Wisata Kota Lama Surabaya, mereka ikut tersenyum lebar dan bahkan tertawa berbahak karena secara sosial dan budaya mereka bisa turut partisipasi meramaikan acara itu.

Warga bergembira menyambut Wisata Kota Lama Surabaya dengan produk yang siap dijajakan. Foto: Ricky for Rajapatni

Keramaian pada acara Grand Opening itu mencatat keramaian yang paling dahsyat dalam sejarah kawasan itu. Dulu, dalam peristiwa perang 1945, tidak seramai itu. Bahkan dalam sebuah peringatan ꦲꦫꦶꦥꦃꦭꦮꦤ꧀ Hari Pahlawan yang pernah bertempat di kawasan itu dengan pertunjukan musik yang digelar di atas bekas halte juga tidak seramai acara Grand Opening. Keramaian dan kerumunan masa pada Grand Opening Kota Lama Surabaya (3/7/24) sungguh luar biasa.

Dansa ala Eropa dengan video mapping Surabaya Tempo Dulu. Foto: Ricky for Rajapatni

Ketika ribuan pasang mata tertuju pada ꦥꦔ꧀ꦒꦸꦁ panggung dan gedung Internasio yang menjadi pergelaran Grand Opening, ada pemandangan menarik di jalan Gelatik dan Jalan Mliwis. Yaitu pemandangan dinamika sosial, budaya dan ekonomi.

Sebagai tuan rumah di kawasan ini, mereka menyambut melimpahnya pengunjung Kota Lama Surabaya dengan apa yang mereka punya. Mereka punya gedung gedung vintage sebagai peninggalan ꦱꦼꦗꦫꦃꦯꦸꦫꦨꦪꦩꦱꦭꦭꦸ sejarah Surabaya masa lalu. Mereka memanfaatkan lingkungan mereka dengan membuka lapak makanan, jajanan dan minuman ringan. Mereka membantu pengunjung dengan cerita lokalnya, seperti yang diceritakan Atik, pemilik warung, kepada wartawan Jawa Pos. Rosida, pemilik warung lainnya, juga berbagi cerita kepada tim produksi JTV.

Warga menjadi sorotan media. Foto: Ricky for Rajapatni.

Mereka percaya diri dalam melayani para pengunjung. Mereka menjadi lebih ꦥꦼꦂꦕꦪꦣꦶꦫꦶ percaya diri setelah mendapat pendampingan belajar mengenai sejarah umum Kota Lama dan peradaban budaya setempat.

Pada pasca Grand Opening, banyak pengunjung bertanya akan ada apa di kawasan ini. Pemerintah kota Surabaya pastinya memiliki agenda kegiatan di Kota Lama ini. Begitu pula dengan warga setempat guna menjaga ꦏꦼꦧꦼꦂꦭꦚ꧀ꦗꦸꦠꦤ꧀ keberlanjutan Kota Lama Surabaya.

Kota Lama Surabaya menjadi sebuah wadah berekspresinya publik Surabaya secara aktif, kreatif dan juga inovatif. Termasuk kreativitas dari ꦮꦂꦒꦱꦼꦠꦼꦩ꧀ꦥꦠ꧀ warga setempat. Selain itu diharapkan Pemerintah Kota Surabaya dapat akomodatif menampung kreativitas warga dalam sebuah sinergi untuk tetap meramaikan Kota Lama Surabaya.

Menjaga dan ꦩꦼꦫꦮꦠ꧀ merawat tidak lebih mudah daripada membangun. Karenanya perlu dipikirkan bersama bagaimana merawat Kota Lama Surabaya bersama. (nanang).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *