Rajapatni.com: Surabaya (19/10/24) – Di Jawa Timur, dari Surabaya jika bergerak ke Barat akan ditemukan bukti bukti peradaban yang Lama (kuno). Misalnya di kawasan Trowulan Kabupaten Mojokerto, terhampar peninggalan Kerajaan Majapahit. Ada juga sebagian peninggalan Kerajaan Medang seperti Prasasti Masahar dan jejak Medang pada struktur bangunan di Situs Kumitir.
Semakin bergerak ke Barat di Kabupaten Nganjuk, terdapat Candi Loh Ceret dimana ditemukan satu piagam kemenangan yang dikenal dengan nama Prasasti Anjuk Ladang. Peninggalan ini langsung fokus ke jejak Medang.
Prasasti Anjuk Ladang adalah piagam batu berangka tahun 859 Saka (versi L.-C. Damais, 937 M) atau 857 Saka (versi Brandes, 935 M). Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Sri Isyana (Pu Sindok) dari Kerajaan Medang setelah pindah dari Jawa Tengah ke bagian timur Pulau Jawa.
Prasasti ini juga disebut Prasasti Candi Lor karena ditemukan pada reruntuhan Candi Lor, di Desa Candirejo, Loceret, Nganjuk, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk.
Prasasti ini sekarang disinpan di Museum Nasional di Jakarta. Sementara replikanya disimpan di Nganjuk. Di beberapa bagian prasasti ini telah aus sehingga tidak dapat terbaca seluruhnya, terutama pada bagian atas prasasti.
Dari beberapa tulisan yang tidak mengalami aus didapatkan keterangan bahwa “Raja Pu Sindok telah memerintahkan agar tanah sawah kakatikan (?) di Anjuk Ladang dijadikan sima dan dipersembahkan kepada bathara Sang Hyang prasada kabhaktyan di Sri Jayamerta, dharma dari Samgat Anjukladang”.
Penamaan “Anjuk Ladang” mengacu pada nama tempat yang disebutkan dalam prasasti ini, yang kemudian dikaitkan dengan asal mula nama Nganjuk sekarang, dan prasasti inilah yang menyebut pertama kali toponim tersebut.
Prasasti Anjuk Ladang yang juga disebut sebagai Tugu Kemenangan itu ada kaitannya dengan pera Sriwijaya Dan Mataram.
Pada 929 M Sriwijaya mulai menginvasi Mataram (Jawa Tengah). Lantas di tahun yang sama terjadilah perang Sriwijaya dan Mataram. Dari perang itu, sisa prajurit Mataram yang pimpinan Mpu Sindok dengan dibantu oleh rakyat Nganjuk berhasil mengalahkan pasukan Sriwijaya di desa Anjuk Ladang. Menandai kemenangan itu, Mpu Sindok mendirikan kerajaan Medang dan Wangsa Isyana yang berpusat di Jawa Timur.
Lalu pada 937 M Mpu Sindok mendirikan tugu di Nganjuk sebagai ungkapan kemenangan melawan pasukan Sriwijaya. Tugu inilah yang disebut Prasasti Anjuk Ladang. Prasasti ini sekarang menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta dengan Nomor Inventaris D.59.
Wilayah kerajaan Medang Jawa Timur tidak hnya di Nganjuk tetapi sudah melebar ke Trowulan. Bukti bukti keberadaan Medang di Trowulan ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan Prasasti Gemekan atau Masahar.
Prasasti Masahar adalah sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Medang yang berangkat tahun 852 Saka atau 930 Masehi yang ditemukan di Situs Gemekan di Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Prasasti ini mencatat penetapan oleh Mpu Sindok atas sebidang tanah sawah di Masahar sebagai sima yang melekat pada bangunan suci Pangurumbigyan.
Selain di Sooko, di Situs Kumitir, juga ditemukan struktur bangunan yang lebih tua dari era Majapahit. Diduga struktur yang berupa batu batu bata yang ukurannya lebih tebal dan lebar itu dari era Kerajaan Majapahit ini adalah peninggalan Medang. Dugaan ini ketika dilakukan ekskavasi oleh Tim gabungan yang melibatkan ahli geologi ITS.
Dari Prasasti Anjuk Ladang , diketahui bahwa prasasti ini ditulis menggunakan Aksara Kawi dengan Bahasa Jawa Kuna. Prasasti Anjuk Ladang berkaitan erat dengan nama Kabupaten Nganjuk, yang be
rasal dari kata Anjuk Ladang, yang berarti Tanah Kemenangan dalam bahasa Jawa Kuno.(PAR/nng)
https://ngadirejo.temanggungkab.go.id/frontend/d_berita/2195