Rajapatni.com: Surabaya (28/5/24) – TERNYATA ada juga warga yang tinggal di Kawasan ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya. Mereka adalah warga RT 03 RW 10 Kelurahan Krembangan, yang tepatnya tinggal di Jalan Glatik, Mliwis, Prenjak dan Jalak. Menurut Ketua RT 03 RW 10, Ricky Sutiyono, total warganya ada 45 KK atau sekitar 120 jiwa.
Khususnya mereka, yang tinggal di Jalan ꦩ꧀ꦭꦶꦮꦶꦱ꧀ Mliwis dan Glatik, sebagian berprofesi sebagai pedagang jualan makanan dan minuman di dekat Rumah. Mereka masih ngemper di samping rumah rumah vintage, yang menjadi Eksotika lingkungan.
Kini kawasan Kota Lama Surabaya sedang direvitalisasi dan diharapkan pada Hari Jadi Kota Surabaya ke 731, Kawasan Kota Lama ini diresmikan sebagai kawasan wisata Kota Lama Surabaya. Seminggu menjelang 31 Mei, penanggalan ꦲꦫꦶꦗꦣꦶꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ Hari Jadi Kota Surabaya, Kawasan Kota Lama Surabaya sudah terlihat lebih indah dan pekerjaan masih berlangsung.
Sebagai kawasan Kota Lama Surabaya, milik semua, diharapkan warga setempat sebagai tuan rumah, bisa ambil peran terhadap dinamika kampungnya yang masuk dalam area kawasan Kota Lama Surabaya. Warga RT 03 RW 10 ikut berperan di dalamnya agar mereka bisa menjadi pelaku dan bukan penonton.
Kawasan Kota Lama Surabaya tidak hanya menyimpan sejarah tapi juga latar belakang peradaban dan budaya. Untuk itu komunitas budaya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni melihat penting untuk membangun kesadaran masyarakat, khususnya warga setempat, untuk bisa mengambil peran dalam dinamika Kota Lama Surabaya.
Pada Senin malam (27/5/24), Ketua ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni (Nanang Purwono) dan Penasehat Rajapatni (A. Hermas Thony) menemui warga RT 03 RW 10 yang tinggal di jalan Mliwis dan Glatik. Kedatangan Puri Aksara Rajapatni untuk berbagi wawasan tentang kesejarahan Kota Lama Surabaya agar mereka sebagai tuan rumah kelak bisa berbagi wawasan kepada pengunjung.
Mereka ini adalah pedagang warung makanan dan minuman yang selama ini buka lapak lapak di jalan Mliwis dan Glatik serta ketua RT 03, Ricky Setiono. Bertempat di lapak warung di jalan Glatik, pertemuan warga dan Rajapatni itu berlangsung. Di lingkungan ini hanya ada 4 ꦭꦥꦏ꧀ lapak (pedagang).
Dijelaskan oleh Nanang bahwa Kawasan Kota Lama Surabaya adalah kawasan penting dalam perjalanan sejarah kota Surabaya. Di kawasan inilah struktur dan sistem sebuah kota itu dimulai, yang merupakan ꦄꦣꦺꦴꦥ꧀ꦱꦶ adopsi dari sebuah kota yang dibawa bangsa Eropa ke Surabaya pada abad 17.
Bahkan nama nama jalan yang dibuat sengaja untuk mengenali adanya infrastruktur dan utilitas kota. Misalnya jalan Mliwis yang kala itu bernama Dwaar Boomstraat, yang berarti Duane Samping, menunjukkan bahwa disana ada Duane. Pun demikian jalan Glatik yang dulunya bernama Stadhuizsteeg, yang berarti Jalan/gang Balai Kota, menunjukkan bahwa di sana ada Balai Kota.
Dengan mengetahui latar belakang ꦱꦼꦗꦫꦃ sejarah, kalak mereka bisa berinteraksi dengan pengunjung dengan menginformasikan sekilas sejarah Kampung Eropa ini.
Warga memang berharap bisa tetap berdagang di lingkungannya, meski di lingkungannya sudah mulai ada stand baru dari pendatang yang akan buka usaha.
“Jangan sampai kami yang selama ini buka usaha disini lalu tersingkirkan karena ada Kota Lama Surabaya”, harap mantan RT 03 mewakili warganya.
Sementara itu, A Hermas Thony, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, yang juga hadir dalam jagong santai itu, menyarankan agar Ketua RT 03 bisa membuat surat kepada Dinas terkait agar dapatnya warganya secara resmi bisa membuka usaha di lingkungan rumahnya untuk mendukung ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya.
“Selain itu, jika memang sudah dialokasikan tempat usaha, maka para pedagang harus mempersiapkan diri untuk mendukung ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Lama Surabaya dengan cara menata lapak lapaknya agar rapi dan serasi dengan lingkungan. Termasuk bisa menceritakan sekilas tentang sejarah daerahnya”, tambah Thony.
Dalam kesempatan itu Thony juga melihat kondisi di jalan Glatik sisi selatan yang belum tersentuh perbaikan dalam proyek ꦫꦺꦮ꦳ꦶꦠꦭꦶꦱꦱꦶ Revitalisasi Kota Lama Surabaya. Kondisi jalan dan salurannya menyempit dan rawan genangan air serta banjir jika hujan. Selain itu, pemandangan lorong jalannya jika dilihat dari tengah perempatan jalan ke arah selatan sangat kontras jika dibandingkan pemandangan lorong ke arah utara, timur dan barat.
“Masa disuruh menunggu musrembang tahun depan, pada musim hujan di tahun ini saja bisa dipastikan akan terjadi banjir di jalan Glatik sisi selatan”, jelas Ricky Setiono kepada AH Thoni.
Kondisi jalan Glatik sisi selatan yang menjadi bagian dari Kawasan Kota Lama ini memang lebih rendah setelah jalan Mliwis dan jalan Glatik sisi utara ditinggikan. Apalagi pada pertemuan gorong gorong di pojokan jalan Mliwis dan Glatik ada ꦱꦸꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀ sumbatan setelah pembangunan jalan Mliwis yang indah itu.
Kondisi ꦆꦤ꧀ꦥ꦳ꦿꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦠꦸꦂ infrastruktur ini menjadi perhatian AH Thony setelah melihat kondisi lapangan. Pada kesempatan itu, juga hadir pihak pelaksana kerja.
“Sampaikan ini dari saya”, ujar Thony kepada pihak pelaksana yang melaporkan temuan lapangan ini kepada atasannya. (nanang PAR)*