Rajapatni.com: SURABAYA – Selain pada pecahan mata uang kertas Gulden Hindia Belanda, Aksara Jawa juga tercetak indah pada mata uang koin (logam) Hindia Belanda. Di salah satu uang koin yang bernilai 2,5 cent Nederlandsch Indie tahun 1945, pada sisi lainnya (belakang) tertulis dalam Aksara Jawa melingkar membingkai ruang bulat yang di dalamnya bertuliskan Aksara Pegon.
Aksara Jawa itu berbunyi “Sapara Patang Puluh Rupiah”, yang artinya Seper Empat Puluh Rupiah atau 2,5 cent.
“Iya basa jawane sapara patang puluh”, konfirmasi Filolog bahasa Dan Aksara Jawa Yogyakarta, Setya Amrih Prasaja.
Sementara jenis font aksaranya menggunakan Tuladha Jejeg. Font Tuladha Jejeg ini dirancang oleh Taco Roorda pada tahun 1838. Font ini dibuat kembali oleh R.S. Wihananto dan banyak digunakan oleh penerbit dan percetakan Jawa selama lebih dari satu abad pada masa Hindia Belanda.
Tuladha Jejeg memiliki huruf yang tebal-tipis dan beberapa glifnya berbentuk serif. Font ini dilisensikan di bawah SIL Open Font License (OFL) dan menggunakan teknologi Graphite.
Keindahan dan ketegasan Font ini memudahkan pembacaan sehingga layak dipakai untuk penulisan nominal pada mata uang koin sehingga tulisan aksaranya tampak jelas.
Font ini juga dipakai pada pecahan koin Separa Satus Rupiah (Seper Seratus Rupiah) atau satu cent, yang terbit pada era berbeda, 1859.
Font ini tidak hanya identik dengan mata uang koin Hindia Belanda tapi sekaligus menjadi identitas Nusantara di eranya, yaitu era Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Pengalaman penulis (pribadi) ketika menjadi mahasiswa pertukaran Pemuda Indonesia – Canada pada tahun 1989-1990, sebagai peserta program semua diwajibkan membawa pernak pernik perangkat untuk alat pamer tentang negara asal. Selain membawa keris dan seperangkat tari remo, juga membawa pecahan koin Hindia Belanda beraksara Jawa.
Selama di Canada, penulis, sebagai peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada (PPIK) tinggal dengan orang tua angkat berdarah Belanda. Keluarga Jake Van der Linden. Dalam satu kesempatan menulis mengeluarkan koin sebagai bahan cerita Dan keluarga Van der Linden langsung bisa menebak “From Java, Indonesia!”. Sambil memeluk dan menyambut kedatangan penulis sebagai peserta program bergabung ke keluarganya. Jake Van der Linden kenal melalui pecahan koin beraksara Jawa.
Setelah mengamati beragam pecahan koin pada penawaran penawaran online, ternyata semua font Aksara Jawa yang digunakan pada koin dengan berbeda Tahun Emisi (TE) adalah Font Tuladha Jejeg.
Selama seratus tahun lebih tidak berganti font menunjukkan konsistensi ciri mata uang dan stabilnya mata uang itu sendiri.
Ada rasa bangga tersendiri melihat fakta Aksara Jawa sebagai ciri dari mata uang koin (logam) Hindia Belanda. Di era yang berkemajuan sekarang tentu akan semakin membanggakan ketika Aksara Jawa dan Aksara Nusantara menjadi ciri uang koin Rupiah Indonesia.
Saatnya Nusantara bangkit dari jati diri yang selama ini tenggelam di Bumi sendiri.
Menurut Sekretaris Jendral Masyarakat Numismatik Surabaya, dr. Ali Budiono, bahwa sudah selayaknya Bank Indonesia mencantumkan penulisan aksara Nusantara tiap daerah seperti Jawa, Batak, Bali, Sunda, Lampung dan lain lain pada nominal uang NKRI baik pada pecahan kertas maupun koin”.
Ali menambahkan bahwa Aksara Nusantara adalah Jati diri dan identitas bangsa. Uang Republik Indonesia juga merupakan identitas bangsa. (PAR/nng)