Rajapatni.com: Surabaya (12/4/24) – Nama Rajapatni menjadi nama sebuah komunitas aksara Jawa di Surabaya, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni. Puri ini menjadi wadah pendidikan informal belajar Aksara Jawa. Puri Aksara Rajapatni lahir sebagai semangat implementasi Kongres Aksara Jawa 2021 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 2021.
Selain itu, lahirnya ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Rajapatni juga secara langsung sebagai dukungan dan implementasi semangat Surat Edaran Sekda Kota Surabaya atas nama Walikota Surabaya mengenai Penggunaan Aksara Jawa di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Dari komunitas Puri Aksara Rajapatni, lahir kegiatan belajar Aksara Jawa dengan nama Sinau Aksara Jawa.
Penggunaan nama Rajapatni tidak lain karena ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Rajapatni adalah sosok seorang ibu yang bijak dan lambang ilmu pengetahuan. Rajapatni adalah istri Raja Pertama Majapahit, Raden Wijaya.
Sumber ꦤꦒꦫꦏꦿꦺꦠꦒꦩ Nagarakretagama menyebutkan bahwa Raden Wijaya menikahi empat orang putri Kertanagara, raja terakhir Singhasari. Yaitu Tribhuwana bergelar Tribhuwaneswari, Mahadewi bergelar Narendraduhita, Jayendradewi bergelar Prajnyaparamita, dan Gayatri bergelar Rajapatni.
Dyah Gayatri atau Sri Rajapatni lahir sekitar tahun 1275 dan meninggal tahun 1350. Dari rahim Rajapatni inilah lahir penerus penerus Majapahit. Yaitu ꦠꦿꦶꦧ꧀ꦲꦸꦮꦤꦠꦸꦁꦒꦣꦺꦮꦶ Tribhuwanatunggadewi dan Rajadewi. Dari Tribhuwanatunggadewi inilah kemudian menurunkan raja-raja Majapahit selanjutnya. Diantaranya Hayam Wuruk yang berhasil menyatukan Nusantara di bawah maha patih Gajah Mada.
Jadi Rajapatni adalah nenek ꦫꦗꦲꦪꦩ꧀ꦮꦸꦫꦸꦏ꧀ Raja Hayam Wuruk.
Jejak Rajapatni atau Gayatri secara nyata dan historis banyak ditemukan di Jawa Timur, khususnya di kabupaten ꦠꦸꦭꦸꦔꦒꦸꦁ Tulungagung. Menurut sumber sahabat WA Rajapatni, Sugiarto, Tulungagung menjadi tempat terakhir jejak Rajapatni sebelum meninggal dunia.
“Ada tempat bekas padepokan Rajapatni di daerah Boyolangu, yang dinamakan candi ꦒꦪꦠꦿꦶ Gayatri. Ada tempat beliau bersemedi yang dinamakan Goa Selomangleng”,terang Sugiarto.
Selain itu juga ada candi candi di puncak bukit tempat Rajapatni di “abukan”. Juga ada candi ꦱꦁꦒꦿꦲꦤ꧀ Sanggrahan tempat peristirahatan sementara tamu dari luar kota.
Sugiarto menambahkan bahwa ada tempat Larung bernama setra ꦒꦤ꧀ꦝꦩꦪꦶꦠ꧀ Gandamayit di dekat pantai popoh, tempat pelarungan abu Rajapatni ke laut.
“Monggo kapan-kapan mampir Tulungagung Mas”, pungkasnya. (nanang PAR)