Rajapatni.com: Surabaya (19/3/24) – Dalam membumikan Aksara Jawa di kota Surabaya harus mencoba dengan berbagai cara. Tidak saja melalui cara ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦮ꦳ꦺꦤ꧀ꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ konvensional dalam pengajaran, setidaknya di kota Surabaya. Selama ini kita mengenal dengan cara pengajaran di jalur pendidikan di bangku bangku sekolah.
Diharapkan dengan cara ini bisa membantu pengenalan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa ke siswa siswi, utamanya dimana pelajaran Aksara Jawa masih diajarkan. Maklum pelajaran Aksara Jawa masuk dalam pelajaran Bahasa Jawa. Padahal Bahasa Jawa dan Aksara Jawa adalah dua hal yang berbeda. Keduanya mestinya paralel.
Tapi kenyataannya terjadi ketidak seimbangan antara Bahasa Jawa dan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa dan sering Aksara Jawa justru tertinggal. Alasan ini yang membuat Aksara Jawa hidup segan mati tak mau. Alias mati suri.
Karenanya, mengiring kebijakan Pemerintah Kota Surabaya dalam hal penggunaan Aksara Jawa di ranah publik, seperti pada gedung dan bangunan Pemerintah Kota Surabaya, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, sebuah komunitas Surabaya yang fokus pada Aksara Jawa, membuat terobosan dalam membumikan Aksara Jawa.
Menurut Ketua ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, N. Purwono bahwa dalam rangka mengenalkan dan bahkan upaya membumikan Aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni menggunakan cara cara praktis dan dinamis.
“Kami menggunakan pola praktis agar dengan mudah dipelajari masyarakat umum. Misalnya menyertakan penulisan Aksara Jawa pada artikel di website Rajapatni, mengadakan kegiatan Sinau Aksara Jawa, membuat banner beraksara Jawa, membuat kaos dengan tulisan Aksara Jawa, menjalin komunikasi antar anggota dengan WA yang beraksara Jawa serta membantu membuat stiker brand product”, jelas Purwono.
Ternyata pola ini gayung bersambut di masyarakat. Bahkan ada sejumlah entrepreneur Surabaya yang sudah memesan agar nama usahanya dibuatkan tulisan ꦧꦼꦫꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ beraksara Jawa.
Selama ini, kegiatan ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, masih bersifat free of charge alias gratis. Semua dilakukan secara swadaya.
“Kami urunan secara mandiri demi bangkitnya Aksara Jawa di Surabaya”, tambah Purwono, aktivis sejarah dan budaya yang pernah mendapat penghargaan di Rotterdam, Belanda (2023).
ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dalam kegiatan Sinau Aksara Jawa juga mengenalkan, tidak hanya kepada warga kota tapi juga ke kalangan ekspatriat.
“ Sejauh ini ada keluarga Jepang dan Amerika yang berminat belajar rutin dalam kelas Sinau Aksara Jawa. Secara insidental juga pernah ada rombongan mahasiswa Jerman dan wisatawan Eropa”, tambah Purwono.
Proses membumikan Aksara Jawa memang tidak seperti membalik telapak tangan. Kegiatan ini butuh ꦕꦩ꧀ꦥꦸꦂꦠꦔꦤ꧀ campur tangan pihak lain demi merawat warisan pusaka yang dilindungi oleh undang-undang ini. Tepatnya Undang Undang nomor 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. (nanang)