Rajapatni.com: Surabaya (21/10/24) – Memasuki kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya serasa dibawa memasuki lorong waktu ke era Majapahit. Menuju area lobby kampus sudah disambut dengan dua dinding berelief cerita ꧌ꦩꦙꦥꦲꦶꦠ꧀꧍ Majapahit. Lebih masuk ke dalam lobby, berbelok ke kanan sebelum ke arah Perpustakaan, terdapat area Satria Wijaya Kusuma Corner, kumpulan ꧌ꦏꦫꦾꦠꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ karya tulis mahasiswa. Disana terdapat tulisan beraksara Jawa, yang berbunyi Satria Wijaya Kusuma Corner.
Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya memang rutin mengajak mahasiswa barunya mengenal sejarah Majapahit. Mereka ꧌ꦥꦼꦂꦓꦶ꧍ pergi ke situs situs Majapahit dengan tujuan untuk melihat dari dekat bekas ꧌ꦏꦼꦄꦒꦸꦔꦤ꧀꧍ keagungan kerajaan Majapahit. Jejak-jejak Majapahit itu umumnya ada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Selain itu, mereka juga ke Candi Penataran di Blitar. Candi Penataran menjadi bagian dari lambang Universitas Wijaya Kusuma. Kunjungan lapangan ke beberapa Situs ꧌ꦥꦼꦤꦶꦔ꧀ꦒꦭꦤ꧀꧍ peninggalan Majapahit ini agar para mahasiswa mengenal para leluhur dan kebesaran Kerajaan Majapahit.
Untuk merefleksikan itu, di kampus Kampung Anggung Wimbuh Linuwih ini terdapat sepasang dinding ber-relief yang menggambarkan penobatan Raja Pertama Majapahit, Raden Wijaya yang ditemani permaisurinya RAJAPATNI dan relief yang menggambarkan Mahapatih Gajah Mada sedang melakukan Sumpah Amukti Palapa, yang berdiri di depan Ratu Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi, puteri ꧌ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Rajapatni.
Selain itu, lingkungan kampus juga didesain ala Majapahitan. Bahkan ada mata kuliah Kewijayakusumaan, yang tidak ꧌ꦭꦲꦶꦤ꧀꧍ lain mengenai Kemajapahitan sebagai pengetahuan dasar yang harus dikenal oleh mahasiswa.
“Kita ada mata kuliah dasar Kewijayakusumaan dan semua mahasiswa harus mengikuti mata kuliah ini. Sekarang sudah ꧌ꦧꦼꦂꦙꦭꦤ꧀꧍ berjalan semester 4 atau dua tahun”, terang Dr. Jarmani , S.Pd., M.Pd., Ketua Pusat Studi Kewijayakusumaan.
Jarmani mengapresiasi komunitas Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni dengan giat mengenalkan dan nguri-uri Aksara Jawa. Aksara Jawa adalah ꧌ꦥꦿꦺꦴꦝꦸꦏ꧀ꦭꦶꦠꦼꦫꦠꦸꦂꦅꦤ꧀ꦠꦼꦭꦺꦏ꧀ꦠꦸꦮꦭ꧀꧍ produk literatur intelektual nenek moyang yang seyogyanya dipahami oleh generasi sekarang.
Ketua Puri Aksara Rajapatni, Nanang Purwono, pada hari Senin (21/10/24) memang datang ke kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan maksud untuk mengajak bersama nguri-uri peninggalan masa lalu yang berupa ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa.
“Aksara Jawa adalah produk literasi masa lalu sebagai turunan Aksara Jawa Kuno atau Kawi yang digunakan sebagai bahasa tulis di era ꧌ꦩꦙꦥꦲꦶꦠ꧀꧍ Majapahit. Pengenalan Aksara Jawa ini adalah bagian dari ꧌ꦥꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦪꦤ꧀꧍ pelestarian produk intelektual leluhur yang layak dimajukan”, jelas Nanang kepada Jarmani.
Mendengar kabar tentang ꧌ꦥꦿꦺꦴꦥ꦳ꦶꦭ꧀꧍ profil Puri Aksara Rajapatni, Jarmani setuju untuk menjalin kerja sama di kemudian Hari.
“Bulan depan, ꧌ꦤꦺꦴꦮ꦳ꦺꦩ꧀ꦧꦼꦂ꧍ November, kami akan mengadakan Bulan Kemajapahitan, pas bulan purnama dengan hidangan Pala pendem. Nanti Rajapatni kami Undang”, ajak Jarmani.
Karena ada kecocokan inilah lantas Jarmani mengajak bertemu Ketua LPPM UWK, Dr. Shantirianingrum Soebandi, SE, M.Com. Di ruang kerjanya, Shantirianingrum mendukung ꧌ꦉꦚ꧀ꦕꦤ꧍ rencara Jarmani sebagai Ketua Pusat Studi Kewijayakusumaan yang rencananya mengajak Puri Aksara Rajapatni.
Pada kesempatan itu ꧌ꦗꦂꦩꦤꦶ꧍ Jarmani juga memperkenalkan ruang gamelan dimana kegiatan kegiatan kemahasiswaan berupa karawitan dilakukan. Selain memperkenalkan kepada mahasiswa yang sedang ꧌ꦧꦼꦂꦭꦠꦶꦃ꧍ berlatih, ia juga menunjukkan tulisan Aksara Jawa pada salah satu Gong. Aksara ini berbunyi Kiai Madularas.
“Kita akan tulis nama kelompok ꧌ꦏꦫꦮꦶꦠꦤ꧀꧍ karawitan ini dalam Aksara Jawa”, pungkas Jarmani. (PAR/nng).