꧌ꦥꦿꦺꦴꦒꦿꦩ꧀꧍ Program Penulisan Aksara Jawa di Surabaya Masuki Babak Lanjutan.

 

Rajapatni.com: SURABAYA – “Kami sudah menggunakan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍  aksara Jawa untuk penulisan nama nama kantor ꧌ꦥꦼꦩꦼꦫꦶꦤ꧀ꦠꦃ꧍ pemerintah di lingkungan Pemerintah ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya. Ayo ada program apa lagi setelah itu”. Itulah kata Irvan Wahyudrajat, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya kepada tim ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni di kantornya di jalan Pacar Surabaya pada Jumat sore (14/3/25).

Kepala Bappedalitbang Kota Surabaya ꧌ꦅꦂꦮ꦳ꦤ꧀꧍ Irvan Wahyudrajat (kiri) dan staf menemui Tim Puri Aksara Rajapatni: Nanang dan Novita. Foto: dok par

Tim ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni, yang berkesempatan datang adalah Nanang Purwono (Ketua) dan Novita (sekretaris). Puri Aksara Rajapatni memang sengaja datang ke kantor Bappedalitbang Kota Surabaya untuk menyampaikan ꧌ꦒꦒꦱꦤ꧀꧍ gagasan dalam rangka menindaklanjuti program penggunaan Aksara Jawa di Surabaya sebagai bagian dari upaya ꧌ꦥꦼꦩꦗꦸꦮꦤ꧀ꦏꦼꦧꦸꦢꦪꦴꦤ꧀꧍ pemajuan kebudayaan.

Gagasan itu menurut Nanang bisa dipakai untuk ꧌ꦩꦼꦚꦼꦩꦫꦏ꧀ꦏꦤ꧀꧍ menyemarakkan HUT kota Surabaya pada Mei 2025 atau menandai satu tahun dibukanya ꧌ꦏꦮꦱꦤ꧀ꦮꦶꦱꦠ꧍ Kawasan wisata Kota Lama Surabaya pada Juli 2025.

꧌ꦩꦼꦤꦔ꧀ꦒꦥꦶ꧍ Menanggapi pernyataan dan sekaligus ajakan Irvan untuk melanjutkan program penulisan Aksara Jawa di Surabaya, Nanang langsung menyampaikan beberapa point ꧌ꦈꦱꦸꦭꦤ꧀꧍  usulan, yang memang sudah menjadi bahasan di internal Tim Puri Aksara Rajapatni.

“Pemkot secara manual kan sudah menggunakan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa di kantor kantor pemerintah kota Surabaya, kini saatnya menggunakan aksara Jawa secara ꧌ꦝꦶꦒꦶꦠꦭ꧀꧍  digital pada web web resmi kantor pemerintah kota Surabaya”, terang Nanang kepada Tim Bappedalitbang, yang ꧌ꦠꦼꦂꦞꦶꦫꦶ꧍  terdiri dari Irvan Wahyudrajad sendiri, yang didampingi staf Alvian dan Fajar.

Selain penggunaan aksara Jawa ꧌ꦱꦼꦕꦫ꧍ secara digital, Nanang juga mengusulkan sebuah ꧌ꦥꦼꦤꦼꦂꦨꦶꦠꦤ꧀ꦧꦸꦏꦸ꧍ penerbitan buku sketsa tentang Kota Lama Surabaya yang telah dirancang dalam beberapa seri.

Salah satu contoh ꧌ꦊꦩ꧀ꦧꦂ꧍  lembar halaman Sketsa Kota Lama Surabaya yang ditulis dalam Aksara Jawa, Bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Foto: par

“Ada serial Zona Eropa, zona Pecinan, zona Melayu dan zona Arab. Penulisan ini merujuk pada konsep Pemerintah Kota tentang Kota Lama Surabaya, yang terdiri dari 4 grup etnis”, jelas Nanang tentang ꧌ꦅꦱꦶꦏꦺꦴꦤ꧀ꦰꦺꦥ꧀꧍  isi konsep penerbitan.

“Lah, kampung ꧌ꦥꦿꦶꦨꦸꦩꦶ꧍ pribumi dimana ya?”, tanya Irvan.

Dijelaskan bahwa situs kampung pribumi sebagaimana terbaca pada litografi peta Kota Eropa Surabaya tahun 1750-an, bahwa di kawasan Eropa pernah ada ꧌ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦗꦮ꧍ kampung Jawa dan keluarga Pangeran Sumenep Madura. Namun ketika pemerintah ꧌ꦲꦶꦟ꧀ꦝꦶꦪꦧꦼꦭꦟ꧀ꦝ꧍ Hindia Belanda membuat kebijakan Wiekenstel, pembagian kawasan, maka yang dipakai hanya berdasarkan etnis Asing. Akibatnya keberadaan ꧌ꦌꦠ꧀ꦤꦶꦱ꧀꧍ etnis pribumi tidak terbaca pada peta.

“Karenanya untuk menggali fakta sejarah itu pak dan sebagai ꧌ꦧꦼꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀꧍ bentuk informasi, Puri Aksara Rajapatni mendesain buku ꧌ꦱ꧀ꦏꦺꦠ꧀ꦱꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦹꦫꦨꦪ꧍  Sketsa Kota Lama Surabaya dengan narasi yang ditulis dalam Aksara Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan Belanda”, jelas Nanang ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻ꧍ sebagai konseptor.

Nanang lebih lanjut menjelaskan buku sketsa, yang dirancangnya adalah sekaligus ꧌ꦈꦥꦪ꧍ upaya bedah sejarah peradaban Kota Lama Surabaya.

꧌ꦅꦂꦮ꦳ꦤ꧀꧍ Irvan menambahkan bahwa untuk mengenalkan peradaban budaya lokal (Jawa) penulisan narasi di ꧌ꦏꦮꦱꦤ꧀꧍ kawasan Kota Lama bisa menyertakan penggunaan aksara Jawa, yang informasinya bisa ꧌ꦝꦶꦱꦗꦶꦏꦤ꧀꧍  disajikan dalam bentuk barcode.

“Penulisan juga bisa ditempatkan di obyek obyek wisata, kampung-kampung tematik, yang sudah dibentuk Pemkot”, tambah Irvan ꧌ꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀꧍  sambil mempresentasikan foto foto kampung tematik lewat ꧌ꦭꦪꦂꦩꦺꦴꦤꦶꦠꦺꦴꦂ꧍ layar monitor.

Menyadari bahwa program ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri, ꧌ꦩꦏ꧍ maka harus ada ꧌ꦏꦼꦠꦼꦂꦭꦶꦧꦠꦤ꧀꧍  keterlibatan dan peran serta masyarakat dan lainnya.

“Kalau begitu diagendakan saja pertemuan pada ꧌ꦩꦶꦔ꧀ꦒꦸ꧍ minggu depan dengan pihak pihak terkait. Ini yang namanya kolaborasi pentahelix”, jelas Irvan

Dalam ꧌ꦉꦚ꧀ꦗꦤ꧍  rencana pertemuan pentahelix untuk urusan Aksara Jawa ini, pihak Pemkot akan ꧌ꦩꦼꦔꦸꦟ꧀ꦝꦁ꧌ mengundang unsur unsur terkait swasta, ꧌ꦄꦏꦝꦺꦩꦶꦱꦶ꧍ akademisi, media dan komunitas.

“Ayo ada ide program apalagi, yang bisa dikerjasamakan”, pungkas Irvan yang bersiap untuk buka puasa ꧌ꦧꦼꦂꦯꦩ꧍ bersama. (PAR/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *