Sejarah:
Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦩꦱꦶꦃ꧍ Masih menelusuri sejarah penting kota Surabaya. Yaitu tentang perubahan nama nama jalan dari yang ꧌ꦧꦼꦂꦨꦲꦲꦸ꧍ berbau Bahasa Belanda menjadi nama nama lokal Indonesia. Ini menjadi penting karena ꧌ꦩꦼꦚꦔ꧀ꦏꦸꦠ꧀꧍ menyangkut administrasi warga dan pemerintah.
Nama nama jalan ter-rekam dalam data data ꧌ꦄꦢ꧀ꦩꦶꦤꦶꦱ꧀ꦠꦿꦰꦶ꧍ administrasi mulai dari data kependudukan, usaha hingga pertahanan dan ꧌ꦥꦿꦺꦴꦥꦼꦂꦡꦶ꧍ properti.
꧌ꦮꦂꦓ꧍ Warga, yang terlahir di tahun 1950-an hingga tahun 2000;-an tidak mengerti perubahannya bagaimana. Hanya ꧌ꦱꦼꦒꦼꦭꦶꦤ꧀ꦠꦶꦂ꧍ segelintir orang saja. Mereka hanya tahu bahwa ketika mereka terlahir, nama nama jalan sudah seperti sekarang di semua sudut kota ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya.
꧌ꦮꦭꦶꦏꦺꦴꦠ꧍ Walikota Doel Arnowo dan Perubahan Jalan

꧌ꦭꦤ꧀ꦠꦱ꧀꧍ Lantas kapan perubahan nama nama jalan di Surabaya terjadi? Proses perubahannya terjadi tahun 1950, tepatnya di sepanjang bulan Maret 1950. ꧌ꦏꦼꦧꦶꦗꦏꦤ꧀꧍ Kebijakan perubahan nama jalan ini terjadi ketika administrasi walikota Surabaya Doel Arnowo. Perubahan ini setelah sekitar tiga bulan setelah Indonesia mendapat ꧌ꦥꦼꦔꦏꦸꦮꦤ꧀꧍ pengakuan kemerdekaanya dari pemerintah Belanda pada Desember tahun ꧌꧇꧑꧙꧔꧙꧇꧍ 1949.
꧌ꦱꦼꦗꦏ꧀꧍ Sejak itulah (1950) bangsa Indonesia sepakat merubah nama nama yang berbau ꧌ꦧꦼꦭꦟ꧀ꦝ꧍ Belanda dan digantikan oleh yang berbau Indonesia atau lokal. Perubahan nama jalan ini menjadi wujud ꧌ꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭꦶꦱꦱꦶ꧍ nasionalisasi.
Seperti apa nama nama ꧌ꦧꦫꦸ꧍ baru itu? Ada klaster nama-nama pahlawan nasional, ada ꧌ꦏ꧀ꦭꦱ꧀ꦠꦼꦂ꧍ klaster nama-nama burung, ada klaster nama-nama Candi serta nama-nama ꧌ꦱꦸꦔꦻ꧍ Sungai dan Gunung.
꧌ꦫꦶꦭꦶꦱ꧀꧍ Rilis nama jalan Lama dan Baru

꧌ꦏꦺꦴꦫꦤ꧀꧍ Koran Nieuwe Courant terus mengabarkan perubahan nama jalan mulai proses perubahan hingga rilis nama-nama baru. Di koran itu, ꧌ꦲꦩ꧀ꦥꦶꦂ꧍ hampir setiap hari ada pemberitaan mengenai perubahan nama-jalan di Surabaya. Nieuwe Courant adalah salah satun koran, yang ꧌ꦩꦼꦔꦧꦂꦑꦤ꧀꧍ mengabarkan. Koran ini memberitakan mulai awal Maret hingga ꧌ꦥꦼꦔ꧀ꦲꦸꦗꦸꦁ꧍ penghujung Maret 1950 dengan merilis daftar nama nama lama dan baru.
Pada ꧌ꦌꦝꦶꦱꦶ꧍ edisi pungkasan berturut turut tanggal 27 dan 28 Maret 1950, Nieuwe Courant ꧌ꦩꦼꦩꦸꦮꦠ꧀꧍ memuat daftar nama-nama jalan, yang lama dan baru. Sejak itu seluruh nama-nama yang berbau Belanda diganti dengan nama nama ꧌ꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia.
꧌ꦩꦼꦔꦸꦧꦃ꧍ Mengubah nama nama jalan butuh waktu karena juga menyangkut mindset manusia. Bahkan ꧌ꦲꦶꦔ꧀ꦒ꧍ hingga sekarang masih ada saja warga, yang menyebut nama-nama lama. Misalnya masih ada saja orang ,yang ꧌ꦩꦼꦚꦼꦧꦸꦠ꧀꧍ menyebut jalan Ondomohen (sekarang Jl Walikota Musjatab) dan Kaliasin (Sekarang ꧌ꦗꦭꦤ꧀꧍ jalan Basuki Rahmat).
Karena perubahan ꧌ꦠꦼꦂꦙꦝꦶ꧍ terjadi pada Maret 1950, maka peta buta pun turut menyesuaikan. Peta peta lama Surabaya, yang ꧌ꦠꦼꦂꦨꦶꦠ꧀꧍ terbit sebelum tahun ꧌꧇꧑꧙꧕꧐꧇꧍ 1950, menuliskan nama-nama lama. Sementara setelah tahun 1950, penulisan nama-nama jalan ꧌ꦩꦼꦚꦼꦱꦸꦮꦻꦏꦤ꧀꧍ menyesuaikan dan memakai nama nama baru.

꧌ꦱꦺꦴꦱꦶꦪꦭꦶꦱꦱꦶ꧍ Sosialisasi perubahan nama nama jalan ini selain ꧌ꦝꦶꦧꦼꦫꦶꦠꦏꦤ꧀꧍ diberitakan di koran, juga ditulis menjadi artikel dan bahkan dibuat dalam bentuk ꧌ꦩꦗꦭꦃ꧍ majalah popular.
“Ini data penting ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya karena menyangkut sejarah kota”, kata Nanang Purwono, ketua ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni. (PAR/nng)