Perjuangan Panjang Pasca Kemerdekaan 

Sejarah:

Rajapatni.com: SURABAYA – Kemerdekaan bangsa Indonesia telah diraih. Diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Tapi perjuangan belum selesai, ataukah bangsa ini terlena dalam kemerdekaan.

Kesan itu dirasakan oleh seorang warga negara Indonesia, yang tinggal di Belanda. Jeffry Pondaag namanya. Ia berharap semua harus tetap terjaga dan waspada. Karenanya, secara pribadi Jeffry Pondaag masih tetap berjuang di laga mancanegara, Belanda, negeri yang pernah menduduki bumi Ibu Pertiwi.

Sudah 56 tahun Jeffry tinggal di Belanda. Mulai dari kanak kanak hingga dewasa. Dalam perjalanan waktu itu, Jeffry belajar dan terus belajar tentang sejarah tanah kelahirannya, Indonesia dan sekaligus belajar sejarah negeri tuan, yang pernah menguasainya.

Semakin Jeffry mengenal sejarah bangsanya, semakin sakit hatinya. Karenanya untuk mengobatinya, obatnya adalah memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Potret Kerata Kencana yang dinaiki Ratu Belanda. Foto: nng

Sebuah potret berukuran kerta A4 ia tunjukkan dan meminta agar potret bergambar kereta kencana Ratu Belanda itu diamati dengan seksama. Kereta kencana itu bergambar budak Jawa dan penguasa. Bawahan itu tanpa pakaian dan adapula yang berpakaian beskap, berjarik batik dan berblangkon.

Potret menggambarkan penguasa dan bawahan. Foto: nng

“Kereta kencana itu setiap minggu ketiga bulan September ditumpangi Ratu Belanda untuk datang ke Parlemen guna menyampaikan rencana anggaran belanja untuk tahun berikutnya. Dalam perjalanan menuju Parlemen, kereta kencana menjadi perhatian warga termasuk gambar lukisan pada kereta”, jelas Jeffry.

Bagi Jeffry lukisan pada kereta kencana itu memalukan dan merendahkan martabat bangsa Indonesia. Karenanya Ia pun protes hingga ke parlemen dan akhirnya kereta kencana itu tidak dipakai.

“Sudah lima tahun kereta kencana tidak dipakai. Alasannya sedang diperbaiki”, kata Jeffry.

 

Penjara Koblen

Jeffry (kiri), penulis (dua dari kiri), Wayan Arcana (ketiga) dan Indra (kann). Foto: mat

Kisah Perjuangan Jeffry di mancanegara itu disampaikan saat ia mengunjungi eks Penjara Bubutan atau Koblen pada Rabu sore (23/4/25). Begitu mengenal nama tempat yang dikunjungi, Jeffry yang ditemani Indra, warga negara Belanda asal Indonesia, langsung membrowsing nama penjara Koblen.

Maka didapatlah informasi bahwa di masa pendudukan Belanda, penjara itu lebih dikenal dengan nama Penjara Bubutan. Lantas pada tahun 1942 di masa pendudukan Jepang, penjara itu lebih dikenal dengan nama Penjara Koblen.

Bahwa dalam rangka pemanfaatan lahan eks Penjara Koblen, yang sudah berfungsi sebagai pasar buah lalu dikembangkan dengan penambahan bangunan di lahan kosong di sisi utara.

Selain itu pihak manajemen juga akan menyediakan sarana informasi sejarah penjara Koblen. Untuk menambah narasi, Jeffry diminta data dan informasi terkait Penjara Koblen atau Bubutan.

“Iya nanti akan saya cari informasi tentang Penjara Bubutan. Nama harus benar dulu sebelum mencari data”, kata Jeffry.

 

Dugaan Asal Nama Koblen.

Menurut dugaan Indra, nama Koblen didapat dari Kobbelsteen yang artinya Batu Besar. Penjara Bubutan atau Koblen memang dibuat dari struktur batu, yang ukurannya besar (luas) dan jenis batu pada masa pembangunan di akhir tahun 1920-an hingga awal tahun 1930-an, termasuk batu estetik dan mewah.

Mengamati foto bergambar kereta kencana. Foto: dra

Mungkin karena nilai estetika dan kemewahan itu sehingga penjara itu disebut penjara batu besar (=Kobbelsteen) dan selanjutnya menjadi Koblen.

Sementara itu menurut pengamat sejarah perang kemerdekaan, Ady Setiawan, sebagaimana dikutip dari akun FB nya mengatakan bahwa ada kesaksian pasukan Belanda, yang melihat bagaimana pejuang pejuang Indonesia dieksekusi tanpa pengadilan dibalik dinding benteng (penjara) selama kurun waktu 1946-1949.

“Penjara ini menyimpan catatan panjang dan pembelajaran yang cukup dalam, tentang makna dari kemanusiaan itu sendiri”, kata Ady dalam akun FB nya.

Kisah penjara Koblen ini relevan dengan kisah perjuangan panjang Jeffry yang mencari kebenaran dan keadilan.

Sementara itu pengelola lahan eks penjara Koblen, I Wayan Arcana, kehadiran Jeffry diharap bisa membantu membuka tirai sejarah masa lalu penjara Koblen.

“Semoga kehadiran Jeffry dan rekannya ke eks penjara Koblen akan menambah narasi sejarah Koblen”, kata I Wayan Arcana

 

Pasar Buah dan Sejarah Koblen

Wayan sebagai pengelola eks Penjara Koblen, yang akan dimanfaatkan sebagai pengembangan Pasar Buah, juga akan menyediakan wahana informasi sejarah.

“Kedatangan pelanggan dan publik ke pasar buah Koblen nantinya juga sekaligus bisa belajar sejarah Surabaya di Koblen”, tambah Wayan.

Karenanya Wayan membuka kesempatan kepada pegiat sejarah Surabaya yang ingin turut menata narasi sejarah Surabaya yang terjadi di penjara Koblen.

“Selain membangun Pasar Buah kami juga akan melengkapi dengan wahana informasi sejarah”, pungkas Wayan singkat. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *