Rajapatni.com: Surabaya (8/7/24) – SALAH satu dari 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) adalah bahasa, yang didalamnya termasuk ada aksara sebagai simbol bahasa. Ada banyak bahasa (daerah) yang diampu dalam Pasal 5 tentang Object Pemajuan Kebudayaan (OPO), khususnya bahasa Jawa dan simbolnya, ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa.
Sebagai implementasi dari pasal tersebut, pasal 5 UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Kota Surabaya telah memperkenalkan kembali aksara Jawa dengan menggunakannya sebagai signage signage di kantor kantor pemerintah dan ꦥ꦳ꦱꦶꦭꦶꦠꦱ꧀ꦈꦩꦸꦩ꧀ fasilitas umum.
Kebijakan pemerintah ini didukung oleh aktivasi Kebudayaan komunitas, khususnya yang fokus pada Aksara Jawa, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni. Komunitas ini hadir untuk mendukung sosialisasi penggunaan Aksara Jawa di Surabaya. Eksistensinya memang masih terlalu kecil dibanding dengan tantangan yang dihadapi. Surabaya adalah Kota besar dimana masyarakatnya sangat heterogen dan modern. Sementara Aksara Jawa bersifat Jawa dan satu diantara sekian banyak keragaman etnis dan budaya di Surabaya. Surabaya tidak hanya rumah bagi keragaman etnis Nusantara tapi juga keragaman kebangsaan.
Namun demikian komunitas budaya, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, tidak surut menghadapi kondisi sosial dan budaya ini. “Sedikit sedikit lama lama menjadi bukit”, sebuah kata kata bijak yang tidak mungkin tidak terjadi. Semangat menggunakan kembali Aksara Jawa di Surabaya adalah hal yang sangat memungkinkan.
Filsuf Tiongkok, Lao Tzu, pernah mengatakan bahwa “Perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah pertama”.
Makna filosofi di atas sedang diimplementasikan oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dalam mendukung kebijakan pemerintah Kota Surabaya meski tanpa diminta. Kegiatan budaya komunitas Rajapatni didasari dari hati individu yang tergabung di dalamnya. Berangkat Dari Hati mereka, sosialisasi dan implementasi penggunaan Aksara Jawa itu bergulir.
Sudah berbagai aktivitas yang komunitas ini lakukan. Utamanya adalah di bidang pengajaran Aksara Jawa. Pembelajarnya beragam mulai dari siswa, umum hingga ekspatriat dan mahasiswa Asing. Dibanding dengan jumlah warga Surabaya yang mencapai kisaran 3 juta jiwa, jumlah pembelajar Aksara Jawa oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, masih terlalu sedikit. Tetapi sebuah langkat telah diambil untuk mencapai seribu mil.
Dari aksi ꦏꦼꦧꦸꦣꦪꦄꦤ꧀ Kebudayaan ini, partisipasi warga di Surabaya pun bermunculan. Salah satunya adalah turut memasang banner banner bertuliskan Aksara Jawa. Setidaknya mereka sepakat dengan pemasangan banner beraksara Jawa di lingkungan mereka.
Belum lama, warga paguyuban pedagang di Sentra Kuliner Tugiman di komplek Angkatan Laut Kenjeran melalui pengelola Primkopal V, memasang spanduk di komplek ꦥꦸꦱꦠ꧀ꦏꦸꦭꦶꦤꦺꦂꦠꦸꦒꦶꦩꦤ꧀ Pusat Kuliner Tugiman di jalan Tugiman, Komplek AL Kenjeran Surabaya.
Aktivitas senada juga dilakukan oleh warga di jalan Mliwis, RT 03/RW10 Krembangan Selatan, dengan pemasangan spanduk bertuliskan aksara Jawa di ꦮꦫꦸꦁ warung dagangan.
“Spanduk ini sangat edukatif sekali. Bagus bagi warga saya dan pengunjung yang datang ke kawasan Kota Lama Surabaya”, jelas Ketua RT, Ricky Setiono.
Atas pemajuan terhadap budaya literasi, yang berupa Aksara Jawa oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni itulah, sebuah pengajuan Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Perseorangan (oleh individu Rajapatni) atas kegiatan pembelajaran Aksara Jawa disetujui. Semoga stimuli itu akan menambah semangat dalam mengembangkan Aksara Jawa sebagaimana diharapkan. (nanang PAR)*