Rajapatni.com: Surabaya (28/4/24) – “Aksara Bali dan Jawa lebih sip. Kanggo sinau bedane keloro aksara (Buat belajar perbedaan kedua Aksara)”, begitulah respon penulis senior majalah bahasa Jawa “Jaya Baya”, ꦌꦤ꧀ꦝꦁꦆꦫꦺꦴꦮꦠꦶ Endang Irowati, setelah membaca sebuah artikel yang dimuat oleh Rajapatni.com pada edisi 28 April 2024 tentang “Rajapatni Usul Penulisan Aksara Bali di Pura Segara”.
Komentar positif itu mendorong Rajapatni mencari tau tentang perbedaan dan kesamaan umum dari kedua Aksara: ꦗꦮꦣꦤ꧀ꦧꦭꦶ Jawa dan Bali. Bagi mereka yang sudah tahu, maka hal ini dirasa hal biasa. Tapi bagi mereka yang belum tahu kedua literasi ini, tentu perbedaan dan persamaan itu menjadi menarik untuk diketahui.
Secara umum bahwa kedua Aksara ini, Jawa dan Bali, adalah ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Aksara Nusantara. Yaitu Aksara Aksara lokal sebelum masuk Aksara Latin yang dibawa dan diperkenalkan oleh bangsa Eropa. Sedihnya Aksara Nusantara ini dalam perkembangannya tergeser oleh Aksara Latin. Sekarang bangsa Indonesia menggunakan Aksara Latin dan terhadap Aksara Nusantara, orang Indonesia malah tertatih tatih belajar Aksara Nusantaranya, aksaranya sendiri.
Penggunaan Aksara Bali dan Aksara Jawa
Aksara Bali masih aktif digunakan oleh masyarakatnya. Sementara Aksara Jawa seolah ꦩꦠꦶꦱꦸꦫꦶ mati suri.
Menurut ꦮꦪꦤ꧀ꦄꦂꦕꦤ Wayan Arcana, warga Sidoarjo asal Bali yang aktivitasnya banyak di Surabaya, bahwa Aksara Bali masih aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Bali. Bahkan Aksara Bali menjadi kebiasaan keseharian di keluarganya di Bali. Ayah Wayan setiap hari menulis dalam Aksara Bali.
Menurut literasi ꦮꦶꦏꦶꦥꦺꦣꦶꦪ Wikipedia bahwa Aksara Bali sudah digunakan sejak pertengahan abad ke-15 hingga sekarang dan Aksara daerah ini masih diajarkan di Bali sebagai bagian dari muatan lokal.
Lantas bagaimana dengan Aksara Jawa, khususnya di Surabaya?
Perbedaan dan Persamaan
Kedua Aksara ini adalah ꦉꦏꦤ꧀ rekan, yang sama sama turunan dari Aksara Kawi, yang di atasnya ada Aksara Pallawa. Sementara Aksara Pallawa merupakan turunan dari Aksara Brahmi dari India.
Dengan kata lain dapat dinarasikan bahwa akar paling tua dari aksara Bali adalah Aksara Brahmi India, yang berkembang menjadi ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦭ꧀ꦭꦮ Aksara Pallawa antara abad ke-6 hingga 8. Aksara Pallawa kemudian berkembang menjadi Aksara Kawi, yang digunakan sepanjang periode Hindu-Buddha Indonesia antara abad ke-8 hingga 15. Di berbagai daerah Nusantara, aksara Kawi kemudian berkembang menjadi aksara-aksara tradisional Nusantara (Indonesia), yang salah duanya adalah aksara Bali dan Jawa. Jadi Aksara Bali dan Jawa adalah rekan.

Dalam sebuah diskusi sore di ꦥꦸꦫꦱꦼꦒꦫ Pura Segara pada Sabtu (27/4/24) antara pegiat Aksara Rajapatni dan pengurus Pura Segara ditemukan kesamaan pendapat bahwa dari Aksara Hanacaraka yang berjumlah 20, jika dalam Aksara Bali hanya terdapat 18 Aksara. Dua Aksara tidak digunakan. Yaitu Aksara aksara dha (ꦣ, ᬥ) dan aksara tha (ꦛ, ᬝ).
ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo dari Puri Aksara Rajapatni menambahkan satu unsur pembeda antara keduanya adalah pada cara penulisan. Menurut Ita, penulisan Aksara Bali menggunakan lengkung yang lebih lebar daripada Aksara Jawa. Pendapat ini dibenarkan oleh pengurus Pura yang memang berasal dari Bali.
Perbedaan dalam Penulisan
Sebagai contoh adalah pada penulisan kata deśa. Dalam Aksara Bali adalah sebagai berikut ᬤᬾᬰ dan dalam Aksara Jawa seperti ini ꦢꦺꦯ. Dalam penulisan Aksara Bali, ada anatomi garis yang dihilangkan. Yakni pada bagian depan.

Masih mengutip dari narasi Wikipedia bahwa masih ada perbedaan lainnya. Yaitu terletak pada cara eja, khususnya tentang konsonan retrofleks. Aksara Bali akan menulis kata-kata serapan ꦱꦤ꧀ꦱꦺꦏꦺꦂꦠ Sansekerta. Sementara Jawa Kuna dengan aksara mūrdhanya, yang berbeda dengan aksara dantya (dental). Walaupun tidak ada perbedaan fonologi. Aksara Jawa memposisikan aksara Murdha untuk menulis huruf kapital.
Kesimpulan
Itulah pandangan umum yang menjadi perbedaan dan persamaan antara Aksara Jawa dan Aksara Bali. (nanang PAR).*
Aksara Bali dan Pura sebagai tempat ibadah umat Hindu (Bali) bagai Two in One culture.