Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Zaman telah berganti, produk karya cipta manusia pun berubah. Salah satunya adalah karya cetak pada media kertas. Di era pemerintahan Hindia Belanda karya cetak itu sangat luar biasa, termasuk karya cetak yang beraksara Jawa.
Beberapa karya cetak di era Hindia Belanda, antara lain surat kabar, majalah, dan buku serta pamflet. Dari laman delpher.nl saja diketahui ada macam macam karya cetak surat kabar, trmasuk buku buku yang diterbitkan. Jumlahnya sudah ratusan ribu. Semuanya adalah hasil karya cetak, yang sudah digitalisasi.
Selain berbahasa Belanda dengan aksara Latin, juga ada yang berbahasa Jawa dengan aksara Jawa. Terbitan beraksara Jawa ini berjalan seiring dengan diproduksinya mesin cetak beraksara Jawa. Salah satunya adalah mesin ketik. Salah satu produsen mesin cetak beraksara Jawa adalah Royal Barlock, Inggris.

Dikutip dari detik.com, mesin ketik ini pernah digunakan oleh Keraton Surakarta untuk surat-menyurat, membuat surat keputusan, dan pengumuman resmi. Sekarang menjadi koleksi Museum Penerangan di Jakarta.
Karena teknologi juga berkembang, kini sudah tidak lagi memakai mesin ketik manual. Tetapi sudah berbentuk perangkat lunak seperti laptop dan mobile phone, dimana fitur aksara Jawa menjadi bagiannya. Apalagi aksara Jawa sudah dikenal UNICODE, sebuah lamba di bawah UNESCO.

Unicode adalah sistem pengkodean karakter universal, yang memberikan angka unik untuk setiap karakter. Unicode memungkinkan komputer untuk mewakili dan memanipulasi teks dari berbagai bahasa, platform, dan program.
Maka sekarang siapa yang mengerti aksara Jawa dan terampil dengan perangkat berteknologi modern akan bisa menggunakan dan memproduksi terbitan terbitan beraksara Jawa.
Jika tidak dimulai membuat karya karya tulis beraksara Jawa dari sekarang, lalu kapan lagi?
Dari Surabaya sudah ada penerbitan majalah beraksara Jawa seperti “Ajisaka”, yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT). Penerbitan beraksara Jawa secara Individual juga sudah muncul. Salah satu nya adalah buku cerita anak yang berjudul “Titi Ambeg Welas Asih”.

Seiring dengan upaya pemajuan kebudayaan di kota Surabaya, juga mulai muncul program kegiatan penerbitan beraksara Jawa oleh kalangan masyarakat.
Sebenarnya penerbitan beraksara Jawa secara teknis tidaklah sulit karena sudah ada fitur teknologi di perangkat HP dan Laptop untuk membuat tulisan beraksara Jawa. Proses cetaknya pun juga tidak seribet secara manual.
Dengan teknologi baru, hasil cetakannya juga jauh lebih bagus dan rapi, termasuk penyetingan. Apalagi sudah ada aplikasi transliterasi dari aksara latin ke aksara Jawa. Sekarang tinggal apakah kita mau berkreasi dalam rangka Pemajuan aksara Jawa di era modern ini. (PAR/nng)