Aksara:
Rajaparltni.com: SURABAYA – Lulut Edi Santoso adalah seorang kolektor manuskrip yang tinggal di Tegalgondo Kabupaten Malang. Ada sekitar 160 manuskrip, yang dikoleksinya. Demikian dikatakan Lulut dalam sebuah pameran keris internasional dan manusript di Universitas Brawijaya Malang.
Lulut senang stan pamerannya dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa. Lulut berharap mereka bisa mengetahui isi manuscript. Menurutnya mengoleksi tidak hanya menyimpan untuk mengamankan dan melindungi secara fisik. Tapi sekaligus melestarikan isinya.
Untuk mengetahui isi, maka sesungguhnya nya seseorang harus bisa membacanya. MT Agus, seorang kurator Museum Surabaya menginformasikan bahwa manuskrip koleksi museum, Surat Yusuf, telah dikaji oleh Sugeng Adipitoyo dari Unesa.
Dalam kajian naskah tua itu, siapapun harus bisa membaca manuskrip, termasuk Sugeng Adipitoyo sendiri. Bagaimana ia bisa mengkaji jika tidak bisa membaca manuskrip, yang umumnya beraksara daerah seperti aksara Jawa atau aksara Pegon.
Hal senada juga yang menjadi harapan Lulut Edi Santoso, sang kolektor manuskrip di Malang. Memang tidak banyak orang bisa membaca Manuskrip, khususnya yang beraksara Jawa. Karenanya melalui ajang pameran, ia berharap bisa mendorong masyarakat belajar aksara Jawa agar kelak bisa membaca manuskrip Beraksara Jawa.
Demi memasyarakatkan manuscript, selain membuka pameran, Lulut juga membuka perpustakaan yang diberi nama Puspa Lulut di Tegalgondo Kabupaten Malang. Alasannya agar masyarakat memiliki akses ke koleksi manuscript nya. Akses memang sudah terbuka lebar tapi mereka belum bisa membacanya.
Memang untuk bisa memahami isi, harus ada Goodwill dari pemangku untuk membantu mengkaji sehingga isinya bisa dimengerti masyarakat seperti yang dilakukan Museum Tugu Pahlawan Surabaya.
Maka jika berharap untuk bisa mendukung pemajuan Manuskrip sebagai salah satu dari 10 Object Pemajuan Kebudayaan (OPK), maka harus ada pemajuan Aksara daerah. Pemajuan object manusript, harus diikuti oleh pemajuan aksara daerah. Karenanya, penting sekali memasukkan Aksara dalam Perda Pemajuan Kebudayaan Kota Surabaya.
Bagaimana bisa mengerti Manuskrip jika tidak bisa membaca? (PAR/nng)
Tolong alamat diralat yang benar TEGALGONDO