Rajapatni.com: SURABAYA – Apresiasi terhadap penulisan Aksara Jawa Kuna (Kawi) berdatangan dari beberapa daerah ke redaksi Rajapatni.com. Utamanya daerah daerah dimana Aksara Kawi itu dipakai untuk menandai dan menamai situs dan kepurbakalaan yang ada di Wilayah Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur.
Pada awal tahun 2025, BPKW XI menginformasikan bahwa pihaknya telah menandai 19 situs dan percandian (kepurbakalaan) di wilayahnya dengan papanisasi beraksara Kawi. Nama nama Situs dan Kepurbakalaan itu sebagaimana termuat dalam daftar yang telah dikirimkan oleh Kepala BPK WXI ke redaksi Rajapatni.com.
Sejak ditulisnya daftar nama situs dengan menggunakan Aksara Kawi (Jawa Kuna), beberapa penggiat Aksara di beberapa daerah langsung meresponsnya positif. Misalnya A. Hermas Thony yang di Surabaya, ia mengusulkan agar BPKW XI layak mendapat penghargaan karena upaya BPKW XI yang tidak hanya memajukan peninggalan yang bersifat bendawi (tangible), tetapi juga bersifat tak benda (intangible), yang kala itu Aksara Kawi memang menjadi alat komunikasi tulis.
“BPKW XI ini membangkitkan bukti peradaban bendawi dan Tak bendawi, sehingga masyarakat sekarang bisa lebih mengenal bagaimana masyarakat dulu berkomunikasi. Yaitu melalui peradaban literasi tulisnya”, jelas A. Hermas Thony.

Sementara itu dari Wilayah Kabupaten Tuban, untuk Sementara telah terpasang papan nama beraksara Jawa Kuno (Kawi) pada situs Bulujowo, Bandungrejo dan Goa Suci. Atas penggunaan Aksara Kawi, pegiat Aksara setempat, Prayudha dari Komunitas Teropong Sejarah Tuban mengatakan bahwa yang dilakukan BPKW XI dengan menggunakan Aksara Jawa Kuno (Kawi) bagus karena sesuai dengan masa keberadaan situs itu.
“Tetapi akan lebih berkemajuan bila disertakan Aksara Jawa Baru (Carakan) yang sekarang masih dipelajari. Aksara Jawa Baru adalah turunan dari Jawa Kuna (Kawi)”, kata Yudha.
Yudha juga mengkritisi kekurang tepatan penulisan Aksara Kawi yang digunakan pada papanisasi.
“Masih ada yang kurang tepat pada penulisan Aksara Kawi di situs Goa Suci Dan Bandungrejo”, jelas Prayudha.
Kritik senada juga disampaikan oleh pegiat Aksara di Gresik, Ali Topan, yang menanggapi lewat postingan di Facebook.
“Tapi nek salah penulisan malah blunder”, katanya.
Sedangkan di Lamongan, papanisasi beraksara Kawi terpasang di beberapa lokasi seperti Makam Sendang Duwur, Candi Patakan, Prasasti nogojatisari, Prasasti Lsaharwotan, Prasasti Sumbersari I, Prasasti Sumbersari II dan Prasasti Modo.
Menurut pegiat Aksara di Lamongan, Yok Kalacakra bahwa apa yang dilakukan BPKWXI merupakan langkah yang cukup bagus sebagai media pengenalan aksara Kawi, minimal publik tahu tentang adanya aksara Kawi.
“Tapi juga harusnya dipakai Aksara Jawa Baru (Carakan Hanacaraka) sebagai pembanding”, Tambah Yok, panggilan akrabnya.
Yok melanjutkan bahwa pemasangan papan nama beraksara Jawa oleh BPK Wilayah XI ini sekaligus menandakan bahwa situs situs itu sudah resmi terdaftar registrasi, dan mendapatkan perlindungan dari instansi terkait.
Dari Surabaya, Tri Priyo Wijoyo, pegiat Aksara, mendukung upaya BPKW XI sebagai bagian dari edukasi dan pengenalan aksara Kawi yang punah kepada masyarakat.
“Ini bagus”, singkat Tri Priyo Wijoyo.
Lebih singkat lagi komentar dari pegiat Aksara Kediri, Supriyadi Sapta Atmaja, “Sae mas!”.
Secara umum, para pegiat berharap bahwa pemerintah daerah dan Propinsi juga bisa bersama sama memajukan budaya literasi nenek moyang, yang menjadi identitas bangsa ini.
“Seyogyanya pemerintah Provinsi juga ikut nyengkuyung Pemajuan Kebudayaan ini sesuai dengan Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan”, pungkas A Hermas Thony dari Surabaya. (PAR/nng).
Pakai Aksara Jawa Kuno Kawi maupun Baru gak masalah.
Cuma Tulisan Aksara Jawanya kurang besar dan mestinya dipasang diatas huruf latin/ Romawi.
Semua Aksara Nusantara termasuk Aksara Jawa ada unsur keSUCI annya maka Aksara Jawa seharusnya dipasang diatas huruf latin.
Opsional bila ada bahasa asing (seperti bhd inggris) barulah pasang di bawah Bahasa Indonesia.
Urutan penulisannya ;
Paling atas : Aksara Jawa.
Tengahnya ; bhs Indonesia.
Paling bawah ; bhs/ huruf asing.
Pakai Aksara Jawa Kuno Kawi maupun Baru gak masalah.
Tulisan Aksara Jawanya kurang besar. Pasanglah diatas huruf latin/ Romawi.
Semua Aksara Nusantara termasuk Aksara Jawa ada unsur keSUCI annya maka Aksara Jawa seharusnya dipasang diatas huruf latin.
Opsional bila ada bahasa asing (seperti bhd inggris) barulah pasang di bawah Bahasa Indonesia.
Urutan penulisannya ;
Paling atas : Aksara Jawa.
Tengahnya ; bhs Indonesia.
Paling bawah ; bhs/ huruf asing.